Final 15: The Invisible Dying
-AUTHOR'S POV-
.
.
Xing berdiri di depan pintu kamar An-Hee lebih dari setengah jam. Ia hanya memandangi pintu itu tanpa melakukan sesuatu. Ia ingin melakukan sesuatu untuk An-Hee, menghiburnya dan membuatnya merasa jauh lebih baik. Namun ia tidak punya rasa percaya diri apa ia akan cukup baik melakukan itu, atau mungkin saja ia malah memperburuk suasana.
"Xing, apa An-Hee masih belum mau keluar dari kamar?" tanya Ian sembari berjalan menghampiri Xing, Xing memutar balik tubuhnya, menatap Ian lalu menggelengkan kepalanya. Ian menghela napas dan menarik Xing lalu mendekapnya. "Beri dia waktu, oke?" Xing memeluk Ian sambil menganggukkan kepalanya lemah. "Jangan melupakan makan malam! Menu hari ini dim-sum kesukaanmu!" ujar Ian dan Xing terkekeh geli lalu mereka berdua beranjak pergi dari depan pintu kamar.
Di sisi lain, An-Heepun hanya duduk terdiam memandangi lantai di dalam kamar. Pikirannya begitu kacau, ia mencoba untuk memikirkan hal-hal baik dan positif yang dapat terjadi atau yang dapat ia lakukan, tapi tak satupun pikiran semacam itu muncul dalam benaknya. An-Hee tak pernah menyangka ketika ia dan Gilbert berpisah atau tak lagi bersama, rasa-nya benar-benar memilukan. Selama ini ia yang lari dari Gilbert, selama ini Gilbert yang selalu mencarinya, Gilbert yang selalu menemukannya. Namun kali ini ia yang kehilangan Gilbert, ia tidak tahu kemana mencari Gilbert dan ia juga tidak yakin apa ia dapat menemukan Gilbert.
Tidak hanya pilu karena Gilbert, tapi beban batin, perasaan tertekan yang menghantuinya membuat ia mulai kehilangan sense-nya dan juga munculnya 'Song An-Hee' yang lain yang membuat ia tidak tahu lagi mana yang benar untuk dilakukan dan mana yang tidak seharusnya ia lakukan. 'Kemana ia bisa mencari jawaban? Kepada siapa ia bisa berkeluh kesah? Adakah orang yang akan membantunya?'
Dari luar kamar sayup-sayup, An-Hee mendengar suara Ian yang bicara dengan seseorang, mendengar Ian, ia beringsut turun dari ranjang dan berjalan menghampiri pintu, belum sempat membuka pintu kamar, Ian yang kembali bicara membuat An-Hee membatalkan niatnya. "Beri dia waktu, oke?" An-Hee melangkah mundur perlahan-lahan dan akhirnya kembali duduk di ranjang. Setelah apa yang terjadi beberapa jam lalu, ia menembak pria utusan dari keluarga lain dan menyakiti perasaan Neo, An-Hee merasa ia saat ini hanya menjadi beban saja. Bukannya ingin meragukan Ian dan yang lainnya, tapi ia tidak sepenuhnya yakin mereka masih mau berada di sisinya atau mendengarnya setelah Gilbert tidak ada.
"Aku tidak boleh seperti ini terus..." pikir An-Hee. "Kalau aku terus seperti ini, lemah dan tak berguna seperti ini.. mereka juga akan meninggalkan dan aku akan benar-benar kehilangan satu-satunya tempat yang bisa aku anggap sebagai keluarga."
An-Hee memejamkan matanya—dan setiap kali ia memejamkan matanya ia bisa mendengar suara yang tidak asing itu, suaranya sendiri bicara di dalam kepalanya. Berulangkali bicara padanya bahwa semua akan baik-baik saja saat ia menerima dirinya sendiri seutuhnya, semuanya akan baik-baik saja saat ia tidak lagi lari dari kenyataan—ia tidak sesuci dan sebersih apa yang ia pikirkan.
An-Hee memeluk tubuhnya sendiri dengan erat, menundukkan kepalanya lalu bergumam pelan. "Aku tidak akan lagi lari... aku tidak akan lagi lari.. aku tidak akan lagi lari..."
***
Neo sedari tadi hanya memainkan makanan di piringnya, sedangkan Riley, Xing dan Ian melahap makanan mereka seperti biasa. Neo meletakkan sumpit dan sendok supnya lalu menendang kaki meja makan, membuat Ian, Riley dan Xing menoleh ke arahnya.
"What's wrong with you?" tanya Ian
"How can you all stay clam while OLD MAN ISN'T WITH US AND HIS LOVER IS FUCKING A COWARD CRY BABY!" pekik Neo kesal. "That's so rude boy cause I ain't calm at all." Balas Ian. "But we can't do something reckless right now." Lanjut Ian dan kembali menyantap makanannya. Neo mendengus kesal lalu bergegas bangkit dari kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINFUL -Judgement- [ 2 ]
ActionSequel : SINFUL Roda kehidupan semua makhluk hidup terus berputar, tidak terkecuali Gilbert dan An-Hee. Meski roda kehidupan berputar, dosa mereka tidak akan pernah pudar. Song An-Hee yang mulai menjalani kembali hidupnya bersama Gilbert Rossivekaya...