Chapter 20: Killing is Your Choice

19.9K 2K 136
                                    

Final 20: Killing is Your Choice

-Gilbert's PoV-

Valentine mendorong An-Hee dengan kasar hingga An-Hee jatuh ke arahku. Aku cepat-cepat menangkap An-Hee lalu memeluknya meski luka di tubuhku terasa perih saat bergesekan dengan kain pakaian An-Hee tapi perasaan bahagia yang meluap-luap karena bisa memeluk An-Hee seperti ini membuatku tidak menghiraukan rasa perih dari luka. "Gil... Gil..." An-Hee memanggil-manggil namaku berulang kali disela-sela isakannya. Aku melepaskan pelukanku dan menatap wajahnya, "ukh...uuhh...Gil...Gil..jangan tinggal...kan aku...lagi..." aku menatap An-Hee sambil menghapus air matanya dengan kedua ibu jariku kemudian membelai pipinya dan mengecup bibirnya. "Aku tidak akan meninggalkanmu, An-Hee." Jawabku setelah bibir kami berpisah. tidak lama berpisah, aku kembali mengecup bibirnya. "OLD MAN! BABY AN-HEE, ARE YOU TWO ALRIGHT?!" Suara Neo yang nyaring membuatku kesal tapi sekarang ini bukan waktunya merasa kesal, ada hal yang perlu aku bereskan. "Yeah, how about you?" tanyaku balik. "EVERYONE IS OKAY BOSS!" jawab Neo. "Good." Balasku, "An-Hee, aku akan menghajar bajingan itu sebelum kita kembali pulang." Ujarku pada An-Hee, "Tunggulah di sini, jangan sampai kau terluka lagi." An-Hee menganggukan kepalanya kemudian aku mengecup bibirnya sekali lagi.

Setelah An-Hee mundur, aku berjalan menghampiri tangga dan melihat Valentine juga anak buahnya menodongkan pistol ke arah Ian dan yang lainnya. "Valentine, tidak kau tidak juga ayahmu, kalian benar-benar tolol." Ujarku, "aku sudah memperingatkanmu sebelumnya, benarkan? Kalau kau mengundang mereka sama hal kau mengundang kematianmu sendiri." "DIAM KAU, BRENGSEK!" teriak Valentine. "Siapa bilang aku akan kalah darimu? Siapa bilang aku akan kalah dari tikus gotmu?!" Valentine tersenyum mengejekku. Meski begitu aku bisa melihat adanya ketakutan yang besar dari wajahnya. "BOSS, CAN WE JUST CUT HIS HEAD ALREADY?" tanya Neo yang sudah siap dengan sabitnya. "Don't cut his head, cause I want to capture him alive." Jawabku. "ROGER!" Seru Neo dan ia mulai mengayunkan rantai sabitnya dan berlari ke arah anak buah Valentine. Aksi Neo menimbulkan kericuhan hebat, anak buah Valentine mulai panik, begitu juga Valentine yang mulai menembaki aku. Aku berlari kembali ke atas dan bersembunyi di balik tembok.

"An-Hee, apa kau membawa senjata??" tanyaku, aku tidak mungkin melawan Valentine dengan tangan kosong dan kondisi kritis sekarang ini. An-Hee merogoh ke saku jasnya lalu ke kantong di balik jasnya, tapi ia tidak menemukan apapun. "Gil, maafkan aku... aku tidak membawa apapun." Jawab An-Hee dengan wajah takut dan suara yang kedengaran sama ketakutannya. "Sshh... tidak apa An-Hee." Setelah dipikir-pikir, mana mungkin An-Hee membawa senjata bersamanya. Aku tidak percaya bocah jalangku membunuh orang, jangan-jangan rekaman waktu itu palsu? Apa mungkin Valentine sengaja membuatku panik dengan memperlihatkan rekaman cctv waktu itu? "Hei Neo, lakukan sesuatu!" seruku dari atas. "ARGH! Shit! I want to cut his head so bad!!!" teriak Neo lalu teriakan histeris terdengar.

Aku mengintip ke lantai bawah dan melihat beberapa anak buah Valentine kehilangan kepala mereka. Xing dan Ian sedang sibuk mengurusi anak buah Valentine yang baru saja tiba. Tyler dan Ashton membantu Neo membereskan anak buah Valentine yang ada di lantai bawah, dan Valentine sendiri, ia juga sibuk membantu anak buahnya melumpuhkan Neo. Aku menyadari ini adalah kesempatan emas, jadi aku berlari turun secepat mungkin lalu memukul Valentine dengan sekeras sampai ia jatuh karena ia terlalu sibuk dengan Neo dan yang lainnya.

Aku menginjak tangan Valentine lalu merampas pistolnya. "BERHENTI ATAU KUTEMBAK KEPALA MAJIKANMU!" seruku, mendengar seruanku anak buah Valentine juga anak buahku berhenti saling serang. "Bajingan...kau Gilbert!" umpat Valentine, "siapa yang bilang aku malaikat?" aku menembak paha Valentine dan membuatnya menjerit kesakitan. "AARGH! ARGGH!! BRENGSEK!!" teriaknya. "Kau diberi kesempatan Tuhan untuk memulai hidup baru, Val. Tapi bukannya menggunakan kesempatanmu untuk hidup lebih baik, kau malah menggali kuburmu.". "Gil..bert..bajingan..aku tidak akan bisa hidup tenang sebelum kau mati.." ujar Valentine. Aku mengangkat kakiku lalu menyepak wajahnya kuat-kuat sampai ia terpelanting. Tidak berhenti sampai di situ, aku mencengkram rambut Valentine lalu membenturkan kepalanya ke tembok berulang kali sampai akhirnya ia pingsan. Anak buah Valentine tidak bergerak, mereka hanya memandangi tubuh lemas majikannya.

SINFUL -Judgement- [ 2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang