-Author-
Siswa di kelas XI sedang riuhnya mendengar kabar akan kedatangan siswi yang dikatakan sangat cantik.
Mereka sudah tidak sabar menunggu kedatangan siswi cantik itu. Begitupun dengan Deven. Yang dia dengar siswi itu dulunya bersekolah di SMA khusus cewek. Yah pokoknya cewek, mungkin, kecuali satpamnya.
"Dev, ngapain lo senyum-senyum?" Zidan memukul pundak sahabatnya yang sedari tadi senyam-senyum sendiri seperti orang bego.
"Gue cuma ngebayangin secantik apa tuh cewek nanti." Deven terkekeh membuat Zidan ikut membayangkan cewek cantik yang akan datang di sekolahnya.
Tiba tiba terdengar suara langkah kaki yang terdengar akan memasuki ruang kelas.
"Harap tenang!" Albert pun tidak kalah antusiasnya ingin tau secantik apa siswi baru itu.
Semua murid cowok di kelas itu tidak sabar menunggu kedatangan siswi baru itu. Jantung mereka berdetak cepat mendengar langkah kaki yang akan memasuki kelas mereka.
Tampaknya dia sudah datang. Batin Deven.
Tapi yang datang malah Pak Udin, guru paling killer di antara guru killer lainnya. Dan hal itu membuat semua murid patah semangat.
"Buka halaman 376 dan kerjakan semua soal di halaman itu!" ketusnya.
"Haleh, Kek lampir baru masuk udah ngasih tugas aja." Zidan mendengus kesal mendengar perintah Pak Udin.
Dia membuka bukunya dengan kasar, sedangkan Deven hanya terkekeh melihat tingkah laku sahabatnya. Wajar jika Zidan marah, karena memang dia tidak suka belajar, tidak seperti Deven yang pintar di segala bidang study.
"Wait... Sepertinya ada yang salah?" Zidan berhenti membuka bukunya.
Deven hanya menaikkan sebelah alisnya. Dia juga kebingungan melihat Zidan menghentikan aktivitasnya. Zidan menatap Deven dengan tatapan melongo.
"Buku gue kok cuma sampai halaman 250?"
Mendengar itu Deven membuka lembar terakhir dari bukunya dan benar saja, buku itu hanya memuat halaman hingga 250.
Deven mengangkat tangannya.
"Pak, bukunya cuma sampe halaman 250."
"Yang bener kamu?" Pak Udin juga memeriksa bukunya, dan benar buku itu hanya memiliki 250 halaman.
Jadi dia kemarin baca buku apa?
Pak Udin kemudian memukul jidatnya dan mengingat buku yang kemarin dia baca itu adalah novel karangan. Dia kembali menatap murid-muridnya yang sedang menatapnya bingung.
"Kalian tutup buku saja. Dan kita ulangan dadakan."
Semua murid menjadi riuh termasuk Zidan yang hebohnya. Dia kesal mendengar ucapan Pak Udin.
"Dev, tahan gue pliss"
"Napa?"
"Jari jari gue serasa pengen nyabutin kumisnya Udin."
Deven hanya tertawa mendengar Zidan.
Suara yang tadinya riuh sekarang menjadi sangat tenang karena kedatangan seseorang. Semua mata tertuju pada seorang gadis yang sekarang telah berdiri di hadapan mereka.
Dia?
Deven melongo melihat gadis itu. Gadis itu tersenyum ke arah Deven membuat Zidan menyadari akan hal itu.
"Lo kenal dia?" Zidan berbisik ke sahabatnya.
Deven melirik Zidan dan dia menggelengkan kepalanya. Dia sebenarnya sangat mengenal gadis itu tetapi dia tidak ingin sahabatnya yang satu itu terus menanyakan gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lollipop
RomanceCamilo Deven Frederick dan Quenxy Zavan Alain adalah teman kecil. Mereka sudah lama berpisah tetapi dipertemukan kembali di usia mereka yang sudah beranjak remaja. Cerita ini mengangkat tentang dua orang dengan sifat yang bertentangan. Camilo denga...