Mobil hitam keluaran 2 tahun lalu berlaju tak kalah saing dengan mobil-mobil keluaran terbaru yang mendekati SMA Merah Putih di Jl. Merdeka 45. Mobil yang tadinya berisi tiga orang dan telah menjadi dua orang itu berhenti di tepi jalan depan gerbang SMA Merah Putih.
"Mamah agak kecewa kamu ngga milih masuk ke SMA 1 aja, jadi jangan buat mamah kecewa sama kamu lagi ya."
Cowok yang baru saja lulus SMP di sebelah mamahnya itu tersenyum dan mengangguk, "Iya... iya mah. Aku masuk dulu ya!"
Rambut hitam cowok itu walaupun sudah diberi gell masih saja bergoyang kecil ketika angin menerpanya. Entah bagaimana pada bulan Juli ini cuaca masih terus tak menentu. Cowok itu menghela nafas ketika dirasakan hawa panas pada suasana yang mendung ini.
"Kayak mau ujan, mana ngga bawa payung lagi."
Cowok itu bernama Dino, sepertiga anak mamah sisanya kece abis. Langkah kakinya yang percaya diri dengan tas bermerk yang hanya isi sebuah buku tulis kosong dan peralatan tulis yang ia minta dari adiknya menuju gerbang disambut oleh OSIS yang menyuruh buru-buru masuk ke dalam auditorium sekolah yang lumayan luas dengan nuansa romantic featuring horror karena unsur pembangunnya kayu tua dengan selingan lukis kaca yang terlihat abstrak.
Tidak ada kursi kosong selain pada barisan ketiga dari depan. Kursinya tepat ada ditepi jendela yang tertutup dan hanya dibatasi sekat jalan kecil. Dino segera mendudukinya karena para OSIS mulai terlihat mempersiapkan acara pertama.
"Setan," desis Dino lirih, saking lirihnya telinganya sendiri pun samar mendengarnya.
Mata Dino menangkap hampir semua yang ada di sekitarnya adalah cewek-cewek rumpi, para cowok rata-rata duduk di barisan belakang . Lalu Dino menoleh pada cewek di sebelahnya yang sedang membaca buku tebal dengan sangat dekat. Jarak 5 cm dari wajah mungkin.
Dino mengamatinya sambil terus berpikir akan mengajaknya bicara atau tidak karena ia juga sadar banyak juga lawan jenis yang mengobrol dengan santai. Kalau dipikir juga bagi Dino cewek di sebelahnya terlihat manis.
Dino tersenyum.
"Eh, liatin gue ya?"
Sial! Sekarang Dino cuma bisa ketawa gaje sambil ngangguk. "Kek asik aja lo baca bukunya."
"Padahal gue ngga ngerti artinya sama sekali loh," katanya sambil menutup buku dan memasukkannya ke dalam tas.
Merasa cukup dengan cewek itu Dino kembali menatap ke depan melihat situasi yang semakin mendekat pada detik-detik upacara pembukaan.
Ia kembali menoleh pada cewek itu ketika bahunya di colek.
"Gue Alicia Valeree," tanpa disangka cewek itu mengulurkan tangan dengan senyum yang mengembang.
Dino tak menyangka hari ini ia akan menemui cewek supel yang dari senyumnya saja memastikan semua orang adalah temannya. Disambut uluran tangan cewek itu, "Gue Dino, lo bisa dipanggil apa?"
"Tergantung," cewek itu meninggalkan senyum kecil di akhir katanya yang terkesan manis, apalagi setelah Dino amati mata cewek itu akan menyipit jika tersenyum.
Alis Dino naik sebelah, meminta penjelasan dari perkataannya barusan.
"Aku biasa ngasih nama Valee ke temen-temen aku, nah... kamu mau jadi temen aku nggak? Temen yang beneran loh, tahu kan maksudnya?"
Cukup sudah kalimat tadi sebagai penguat keyakinan Dino bahwa semua orang adalah temannya. "Ya, udah kita temenan. Valee, kamu ada id Line?"
Valee mengangguk, karena tahu maksud dari Dino yang ingin mengajaknya berteman Valee langsung mengeluarkan ponsel baby bluenya dari saku rok. Valee menunjukkan layar poselnya pada Dino yang sedang menggenggam i Phone 7 nya yang tiba-tiba jadi sorotan setelah dikeluarkan dari saku.
Aaron Dino Candela added you as friend
Add|Block
Aaron Dino Candela
Addbacknya Valee
Add|Block
Valeree A.
Kita sebelahan, tinggal ngomong :3
Udah yaa
Aaron Dino Candela
Sipp
BERSAMBUNG
Karena awalan belum terlalu panas yess :3
Lav yu
YOU ARE READING
Crush
Romance"Detak jantung gue ngga kedengeran sama dia, kan?" Dino Seventeen story by @xxendalswallow