Tali sepatu yang telah Dino ikat diuraikan lagi untuk mengulur waktu. Dino memang kurang kerjaan saat ini.
"Kenapa sok-sok'an mau makek angkot sih, bang? Sama mamah aja, kan bisa nonton kartun dulu," perkataan Jisung dari ruang keluarga ikut menyemarakan suara oseng-oseng mamahnya dari dapur di telinga Dino.
Dengan mencebikkan bibirnya Dino menggerutu, "Maunya sih nonton kartun tapi juga berangkat pakek angkot. Lagian kalau siangan dikit desek-desekkannya juga sedikit kan..."
Ternyata Dino sedang merajuk wahai khalayak muda sekalian, hari ini ia ingin memakai fasilitas umum sebagai warga negara yang baik katanya. Padahal ada niat busuk dari hatinya. Akal bulus Dino mengatakan kalau ia naik angkot dari perumahannya jam 7:30 maka kemungkinan besar 2 Km berikutnya Valee akan naik pada angkot yang sama juga. Tapi mamahnya memberi syarat agar Dino berangkat pagi jika hendak memakai angkot, saat siang pasti akan berdesak-desakkan. Selain bau, para tangan panjang pasti juga ingin ambil kesempatan, gitu kata mamah.
Masih dengan gelas berisi susu putih yang mulai menurun suhunya dan tatapan fokus pada kartun di televisi, Jisung menyuruh kakaknya dengan santai, "Sini bang!"
"Elah, ngga sopan banget si sama abang ndiri juga," walaupun protes Dino tetap saja menghampiri adiknya.
"Gue bisikin mau ngga?"
Dino mendengus kesal, tapi ia tetap mau kok dibisiki oleh Jisung. Terkadang memang akal bulus Jisung lebih masuk akal dilakukan dibanding dirinya yang berpengalam 16 tahun hidup di dunia.
"Hahaha," Dino mengusap poni Jisung pelan, mengakui kepintaran adiknya karena bisikkan kalimat Jisung merupakan ideal idea baginya.
Tangan kanannya langsung menyabet tas berwarna merah yang baru papahnya kirimkan dari luar negeri hari kemarin. Sekali lagi Dino menatap cermin, deretan giginya ditunjukkan dengan manis sebagai check smile versi 2.3 miliknya. "Mummy, i'm ready to go! Bye everyone!"
Dengan bahagia dan riang Dino melangkah pergi dari rumahnya setelah melakukan high five pada adiknya yang terlihat sangat menggemaskan baginya pagi ini, tidak lupa juga ia mencium pipi mamahnya yang masih sibuk dengan beragam wajan dan olahan bahan makanan. Baru saja Dino membuka gerbang rumahnya ia langsung berlari menuju jalan raya depan perumahan, ia terlalu senang hingga rasanya tak sempat untuk bernafas normal. Paru-parunya seperti membuat jadwal baru yaitu 10 detik hanya satu tarikan nafas. Bahkan otaknya sempat berpikir gaya apakah yang harus ia lakukan untuk menghentikan angkot.
Angkot berwarna biru terlihat dari jarak 6 meter, Dino menghentikkannya dengan gaya yang telah disepakati semua organ tubuhnya. Ia naik pelan-pelan dan mendapatkan duduk di samping pintu, lumayan ramai soalnya.
Jarak demi jarak ditempuh oleh angkot yang dikendarai Si Abang, hati Dino rasanya ingin meminta untuk laju angkotnya dipelankan, ia masih punya urusan bagaimana gayanya nanti kalau bertemu Valee dan berangkat bersama ke sekolah. 12 meter lagi angkot ini akan melintas di depan jalan masuk perumahan Valee tinggal, tapi pada jarak 9 meter Dino tidak lagi ingin menatap kiri jalan. Ia tak ingin menghentikan laju nagkot ini. Kalau bisa dipercepat Dino akan memintanya.
YOU ARE READING
Crush
Romance"Detak jantung gue ngga kedengeran sama dia, kan?" Dino Seventeen story by @xxendalswallow