》3《

35 3 0
                                    


 


 
°°°

Saat itu ia berlari ke arahku sambil tersenyum sumringah. Aku ikut tersenyum karena ku kira ia akan memberikan berita baik untukku. Begitu sampai di depanku, ia langsung memelukku dengan sangat erat. Aku ikut memeluknya, merasakan kesenangan yang ada pada dirinya saat itu.

Aku pun bertanya padanya, "Ada apa?"

Ia langsung menjawab, "Kak Aldin nembak gue Nad!" ucapnya dengan senyum paling bahagia.

Aku langsung terdiam dibuatnya, mulutku terasa bungkam. Senyum yang tadinya terukir manis di wajahku, kini telah memudar. Sakit, itu yang kurasa. Seperti tidak kuat lagi menimpa beban yang baru saja diberikan secara spontan tanpa aba-aba.

"Nad, lo nggak apa-apa kan?" tanya dia kepadaku.

Aku pun hanya tersenyum pahit dan menganggukkan kepala.

"Nad, maaf ya. Gue tau lo suka sama Kak Aldin, ya cuma gimana ya Nad. Gue juga suka dan gue beruntung ditembak sama dia. Gue seneng Nad," ucapnya seolah tidak merasa bersalah sedikitpun padaku.

Ya, dia tau. Dia tau jika orang yang tadi ia sebut namanya, orang yang tadi ia katakan kalau baru saja menembaknya. Itu adalah orang yang ku sukai. Hati ini sangat terasa dikhianati, namun apa gunanya jika aku marah sekarang? Apa gunanya jika aku membenci temanku sekarang?

"Nad, lo nggak seneng ya gue jadian sama Ka Aldin. Maaf ya Nad," ucapnya begitu tenang.

Wajahnya jelas sekali berusaha menahan kebagiaannya dan berpura-pura memasang wajah tak enak hati padaku.

Sejenak aku tersenyum mendengar kata-kata yang diucapkan olehnya. Aku tertawa hambar, "Gue seneng kok. Langgeng ya."

Dia pun kembali tersenyum dan memelukku. Aku sedikit risih dengan pelukan saat ini, aku mencoba melepas pelukan itu tanpa membalas nya terlebih dahulu.

"Ca, ayo pulang bareng," ucap seseorang tiba-tiba dengan suara berat khasnya.

Sontak, aku langsung menengok dan memandang nya sebentar.

"Nad, gue pulang dulu ya sama Kak Aldin. Lo hati-hati. Hehe..."

Aku pun hanya tersenyum dan mengangguk kecil. Menatap kepergian mereka berdua dari sini adalah hal yang menyakitkan bagiku. Hal yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya.

Aku tertawa kecil, kemudian berlari dan mengubah tawa itu menjadi tangis. Sesak, itu yang kurasakan sekarang. Sakit dan lelah dengan semua hal yang kurasakan saat ini. Kaki ku tersandung dan akhirnya terjatuh, sakit yang kurasakan saat terjatuh ini tidak lebih sakit daripada sakit yang dirasakan hati ini.

Aku menangis, menangis untuk dia. Seseorang yang tidak seharusnya aku tangisi.

 
▪▪▪
[Edit]
Salam beku;
10.07.20

ParagrafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang