Thomas terbangun lalu spontan melihat kearah jendela, langit masih gelap. Ia melihat jam yang ternyata masih menunjukan pukul lima pagi. Wow, ia bangun lebih pagi dari alaram. Semacam prestasi? Ah, sudalah. Daripada memikirkan itu, Thomas lebih memilih untuk mengingat-ingat apa yang terjadi kemaren malam. Oh, benar juga. Selesai bicara kemaren, ia langsung pergi kekamarnya untuk tidur, tanpa basa-basi lagi. Ia bahkan lupa untuk memprotes tentang ‘kenapa Pak Zam yang harus mewakili ayahnya?’.
Thomas merebahkan kepalanya lagi, mencoba untuk tidur. Gagal. Akhirnya ia jalan menuju lemari pakaian. Ia harus memilih batik untuk hari Jumat ini, dia memang benar-benar kebanyakan batik. Langkah Thomas terhenti. Ia tertawa, mengingat pikirannya semalam. Benar ya, ayah sudah kebanyakan UANG untuk membelikannya batik sebanyak ini.
Di ruang makan, Thomas bertemu Pak Zam. Tanpa basa-basi lagi Pak Zam mengangkat surat peringatan Thomas. “Apa ini? Aku baru tahu kau suka membolos Thomas.”
“Yeah, tapi prestasiku masih bagus kan?” Thomas tersenyum menanggapi Pak Zam.
“Yeee.. Nggak bisa begitu juga kale..” Pak Zam menghela nafas. “Yaudah, asal nggak sampai yang lebih parah, oke deh.”
Thomas lega Pak Zam nggak terlalu kecewa. Mungkin ia sendiri yang terlalu paranoid.
Sesampainya di gerbang sekolah, Brian… Eh? Mana Brian? Oiya, Thomas datang terlalu pagi, ini masih sekitar 30 menit sebelum bel masuk. Sekolah benar-benar sepi sekarang, hanya ada anak-anak kutu buku yang keasikan nongkrong di perpus pada pagi buta.Thomas langsung masuk ke kelas 5b yang biasa, sepertinya belum ada satu teman Thomas yang hadir sekarang. Membosankan. Jadilah Thomas ikutan baca buku dengan anak-anak ‘culun’ lainnya. Kebetulan Thomas membawa novel tipis untuk dibaca. Sial, rasanya kayak cewek aja baca buku beginian.
Memang Rachel menjauh, tapi bukan berarti Thomas dan Rachel diem-dieman. Mereka masih bertegur sapa kok. Tanpa Thomas sadari, Rachel mendekati meja Kenneth lalu duduk didepannya. Thomas mendongak mengira Kenneth sudah hadir, ia bahkan udah siap-siap untuk rusuh : ‘Wah, keajaiban dunia! Guys, Kenneth bangun pagi!’
“Oh, kau.” Sahut Thomas sambil kembali memalingkan muka pada buku yang dibacanya. Oiya, ia menarik balik kata-katanya. Ada satu temannya yang sudah datang kesekolah pagi-pagi begini.
“Tumben bangun pagi.” Katanya singkat. Thomas menghadap kearahnya lalu mengangguk. Oke, ini canggung. “Biar kutebak, pasti besok Pak Zam yang akan menemui Bu Eva (guru Bk).”
Thomas mengangkat kepalanya. Ia menghela nafas lalu menopangkan kepalanya diatas tangan. “Yeah, papaku ke Jepang besok.” Thomas tersenyum.
“Bukan ke Hongkong?”
“Oiya, ke Hongkong. Salah Negara nih!” Thomas berhenti tersenyum, “Kamu tahu dari mana papaku ke Hongkong?
“Kan sepupuku asisten papamu, wajar kan aku tahu.” sahut Rachel."Oh.." Thomas menampili dengan tenang sampai ia sadar apa yang Rachel bicarakan.
Thomas melotot. “Kak fide SEPUPUmu?!!”
“Emang kenapa?”sahutnya.
“Fide kan ganteng, kok kamunya jelek?" Thomas meledek sambil nyengir.
“Apa?”
“Hehe.. Bukan apa-apa..”Thomas menghadap kesamping dan menggarukan kepalanya.
“Coba kauulangi lagi, kayaknya telingaku kemasukan sesuatu.”sahut Rachel dengan mimik marah sambil tersenyum (lho?).
Thomas memperhatikan wajah Rachel. Benar juga, ia tak pernah sadar warna rambut Rachel ada warna-warna coklatnya gitu. Tapi matanya hitam pekat, nggak seperti Fide.
“Eh, Rachel.”
“Hm?”
“Emang Fide umur berapa sih?”
“Sekitar 18 kalo nggak salah.”
“Hahh?! Dia nggak kuliah?”
“Ouwh, dia lulus kuliah waktu umur 14 tahun. Hehehehe….”
“Gila…..”
“Iya dong! Fide pintar, kayak sepupunya!”
“Aduh, ngaca dulu dong Chel!” Thomas tertawa. Sangat jarang Rachel bisa bercanda, lagi hoki aja Thomas. Rasanya ia ingin mem-video kejadian ini, soalnya kalau Rachel bercanda wajahnya imut. 'Eh, AKU NGOMONG APAAN!!!' Nggak, kutarik balik kata-kata ku!
“Eh, Thomas.” Wajah Rachel berubah serius. “Kalau kamu bisa menukar keluarga, kamu mau ngga?”
“Tuker keluarga tapi hartanya ngga tuker kan?” sahut Thomas dengan wajah siap berdebat.
“Tuker semuanya pokoknya.”sahut Rachel. Thomas terdiam.
“Nanti kamu pasti bilang, ada banyak anak yang mau bergelimang harga sepertiku dan aku harus bersyukur karena aku bukan pengemis, pengamen, gelandangan atau apalah.” Thomas berhenti sejenak, lalu melanjutkan. “Asal mereka tahu, aku lebih memilih hidup biasa-biasa aja dengan ortu yang care padaku. Kalo mereka mau tukeran, ayo.”
“Jangan bersyukur dengan cara membandingkan dong.”
“Kata siapa?”
“Ah, sudalah. Kamu tahu kenapa aku menjauh belakangan ini?” Nah, ini baru memancing ketertarikan Thomas! “Biasanya hanya Kenneth yang nakal, sekarang tambah kamu, ada dua orang. Kalau hanya satu orang yang memberi pengaruh buruk sih oke, tapi kalau dua…” Thomas tertawa. Rachel jadi takut menyinggung perasaannya.
“Jadi aku pengaruh buruk?” Tanyanya pada Rachel.
“Yah, membolos itu tidak baik.”
“Aku tahulah!”
“Terus kenapa masih dilakukan?”
“Kan sudah kubilang, aku membolos cuma mau menarik perhatian bokap.”
“Tapi nanti kamu tetap berteman dengan anak-anak tukang bolos yang lain kan?”
“Ya iyalah. Masa kalo tujuanku tercapai terus kutinggalin mereka begitu aja? Kan kami udah temenan! Kalau mereka ku tinggalin, nggak setia kawan dong namanya.”
“Yah, yaudahlah. Aku mau balik ke kelas.”Rachel berdiri dan hendak pergi.
“Weh, tunggu! Disini aja, kamu di kelas juga mau ngapain?”
“Mau baca buku.” Thomas melirik buku yang dipegang Rachel. ‘Filosofi dan Pandangan Hidup’ Heh? Apa normal anak berumur 10 tahun udah baca ginian? Bentar, ngomong-ngomong tentang umur, hari ini kan 7 April! Mampus, mampus, mampus!! Hari ini ultahnya Rachel dan Thomas lupa sama sekali! Biasanya Thomas yang paling ingat ulang tahun Rachel kerena kalau tanggal dan bulannya dibalik, itu ulang tahun Thomas, 4 July.
Sebelum Thomas sempat bereaksi apa-apa lagi, Brian merangkul leher Thomas. “Hey! You two, get a room!”
“Hah? Apaan dah Brian?” sahut Thomas yang berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Brian.
“Lu beneran nggak ngerti?” Kenneth tiba-tiba datang dan langsung menaruh tas diatas meja lalu duduk. “Makanya, pagi-pagi jangan pacaran dong!” Wajah Rachel memerah.
“Siapa yang pacaran?” sahut Thomas lagi.
“Siapa lagi ? Ah, udah ah. Lu gimana besok Thom?”
“Besok Pak Zam yang dateng.”
“Ha?”
“Bukannya lu kekantor bokap untuk menghindari Pak Zam? Katanya nggak mau bikin kacewa? Yah, kalau gue sih rasa gapapa.” Kenneth menyahut.
“Iya lah, lu nggak papa. Lu udah bikin kecewa banyak orang!” Brian membalas Kenneth.
“Lha, jadi gimana dong?”
“Maksudnya apa, gimana? Yaudah, lu mau apa?”
“Maksudnya, lu masih mau main ama Kenny dll ga?” Kenneth yang bertanya.
“Ya maulah!” Jawaban Thomas membuat Kenneth tersenyum.“Udalah, daripada capek-capek narik perhatian bokap, mendingan lu bermain dan menikmati hidup! Iya kan Bri?”
“Iya, dan pacaran.” Brian cekikikan lalu menyerahkan kotak kado seukuran kepala manusia pada Rachel. “Happy Birthday Rachel, semoga legang sama Thomas!”
“Iya, maksaih.”jawab Rachel.
Uuhh, Brian saja ingat ulang tahun Rachel, Thomas merasa malu sekali karena lupa ulang tahun Rachel! “Anu, Rachel, soriii… Aku lupa hari ini ulang tahunmu.”
“Elah, masa ultah pacar sendiri dilupain? Gue aja inget! Gue lupa siapin hadiah sih, tapi gue inget ulang tahun lu Chel.”
“Iya, makasih banget udah inget. Aku jarang banget rayain ulang tahun sih!” Rachel merasa sangat spesial hari ini. Sejak dulu, Rachel memang jarang merayakan ulang tahun karena tidak mempunyai teman. Sekarang, karena berteman dengan Kanitha, ia mendapat bonus teman-teman yang lain! Nggak Cuma bonus satu teman, tapi banyak!
![](https://img.wattpad.com/cover/92836689-288-k999927.jpg)
YOU ARE READING
PERHATIAN!
Short Story[Completed]Thomas Templya, seorang anak dari ayah yang memimpin sebuah perusahaan tambang terbesar di Indonesia. Hidupnya bergelimang harta, ia bisa membeli apapun yang ia mau! Harta ayahnya menjadi idaman semua anak-anak! Tapi apa Thomas senang de...