PERHATIAN!

Epilog

Ketika didalam mobil, Thomas terus tersenyum. Ia berpikir, betul juga kata Kenneth. Ngapain capek-capek menarik perhatian ortu kalau aku sudah punya semuanya? Thomas baru sadar kalau ia tidak mau mengecewakan Pak Zam karena tanpa sadar Thomas sudah menganggap Pak Zam sebagai sosok ayah! Kak Jhon juga bisa Thomas anggap sebagai kakak, soalnya Kak Jhon tempat curhat yang baik sih! Kak Jhon bisa diajak bersekongkol berbuat nakal juga! Hehehe...

Thomas sudah punya semuanya! Hmmm...Tiba-tiba teringat Fide, sepertinya Thomas menganggapnya sebegai sosok seorang Paman. Ah, tauk ah! Seperti saran Kenneth, mari kita bermain dan menikmati hidup! Thomas tentu tidak mau punya masa kecil kurang bahagia jadi, mari bermain!

. . .

Keesokan harinya, Thomas berangkat ke sekolah dengan Pak Zam. Pak Zam memakai kemeja dan celana panjang. Dan yang lebih mengagetkan, Pak Zam bercukur!! "Ka..Kakek mau nyukur??"

"Emang kanapa!? Nggak pernah liat orang dicukur?" Wajah Pak Zam memerah karena malu dengan tampilan barunya. Tanpa rambut-rambut yang mengganggu, Thomas dapat melihat dengan jelas bagaimana wajah Pak Zam.

Matanya berwarna hitam pekat dan hidungnya mancung sempurna. Rahang kotak Pak Zam memancarkan ketegasan dan wibawa. Dan yang paling mengejutkan, Pak Zam terlihat muda!!! Wajahnya seperti baru berumur tiga puluh tahun!! Padahal Pak Zam sudah mencapai kepala enam!!

"Woi Thomas! Jangan melongo terus, cepet-cepet naik ke mobil!" Pak Zam berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. Thomas hanya tertawa.

Sesampainya mereka di sekolah, mereka turun dari mobil dan mendapati sekolah yang biasanya sangat ramai itu sunyi senyap.

Pak Zam menghadap pada kepala sekolah, sementara Thomas menunggu di luar ruangan.

Ia berjalan-jalan di taman sekolah ketika hp-nya tiba-tiba berdering.

"Halo?"

"Hey Thomas, kita mau berangkat ke dufan. Kamu mau ikut nggak?"

Thomas mengingat kalau habis ini ia les mandarin. "Kalo aku bisa aku langsung kesana ya..."

"Oke, bye Thomas."

"Bye...."

-End-