26

572 68 41
                                    

Zayn menatap Vira yang tergeletak lemas di kasur rumah sakit. Ia menghelas napas sejenak, lalu bangkit untuk pergi ke kamar mandi. Sudah satu jam ia berada di ruangan tersebut, namun belum ada tanda-tanda sadarnya Vira.

Zayn takut hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Namun, ia hanya bisa berdoa untuk yang terbaik.

Seorang dokter memasuki ruangan di mana Vira berada, mengecek keadaan Vira.

"Permisi? Apa ada orang?" Zayn keluar dari kamar mandi, ketika mendengar suara dokter tersebut.

"Ya, Pak, ada saya di sini." Ia berjalan mendekati dokter tersebut sambil tersenyum ramah.

"Ah, begini Tuan, mengenai pasien, mungkin dia belum bisa sadar karena obat penenang yang saya berikan, mungkin kira-kira setengah jam lagi baru dia bisa bangun, saat dia sudah sadar, tolong panggil saya secepatnya." Dokter itu menepuk-nepuk pundak Zayn.

"Baik, Dok. Saya mengerti." Zayn mengangguk lalu mengantar dokter itu keluar dari ruangan.

Zayn menghela napas. Ia lupa memberi kabar kepada orang tua atau teman Vira. Ia bahkan baru ingat detik ini juga. Mungkin ini semua karena kepanikannya. Namun, ia bingung bagaimana cara menghubungi kedua orang tua Vira maupun temannya. Ia bahkan tidak memiliki nomor mereka.

Ternyata ia memiliki kontak LINE teman-teman Vira. Lantas ia buru-buru menelfon satu di antara mereka.

"Halo?" ucap seseorang di seberang sana.

"Halo, ini Zayn Malik. Temen satu sekolah lo dulu."

"Oh, iya, ada apa ya?"

"Hmm ...," Zayn tampak bingung dan ragu mengatakannya, "Vira masuk rumah sakit."

"APA?!" Sungguh suara perempuan di seberang sana memekakkan telinga. Zayn menjauhkan handphonenya dari telinganya.

"Iya, buset gak usah teriak-teriak. Dia cuman pingsan tadi, gak kenapa-kenapa." Zayn menenangkan perempuan yang ia yakini sedang panik sekarang.

"Oh, syukurlah, cepet kasih alamat rumah sakitnya ya, gece gak pake lama!" perintahnya.

"Iya, Mba, iya ...." Sambungan diakhiri.

Zayn mengetikkan alamat rumah sakit dan mengirimnya kepada Lisya.

Setelahnya Zayn melihat tangan Vira yang bergerak. Dengan gerakan cepat, Zayn memanggil dokter.

Dokter mengecek keadaan Vira, ia bilang bahwa keadaannya sudah membaik dan mungkin sebentar lagi perempuan itu akan bangun, dan tidak perlu memanggil dokter lagi.

Dokter pun keluar, meninggalkan Vira dan Zayn.

"Jadi, Vira, bangun napa, kebo banget lo." Zayn terkekeh sendiri. Belum ada sahutan dari orang yang ia ajak bicara.

"Gue kangen lo, Vir. Tau gak sih, oke lo gak tau ya, jadi ... gue tuh kangen banget sama lo, lo selalu ada di pikiran gue. Entah kenapa memori-memori gue sama lo waktu dulu gak bisa ilang dari pikiran gue. Dan akhirnya gue memutuskan untuk balik ke diri lo.

Tapi, gue gak nyangka ternyata gue diberikan kemudahan sampe-sampe lo bisa inget gue lagi— inget kita waktu dulu. Ya walaupun akhirnya di rumah sakit." Lagi-lagi Zayn terkekeh.

"Itu mungkin sebanding sama kebahagiaan yang hilang. Kita bisa bikin kebahagiaan lagi." Zayn tersenyum miris, melihat ke arah lantai.

"Vira, bangun dong," ucap Zayn tersenyum getir. Di elus-elusnya tangan Vira dengan lembut.

***

Vira POV

Gue denger semuanya. Astaga, itu Zayn? Itu bener-bener Zayn, 'kan? Zayn yang selama ini gue lupain karena Amnesia gue, dan sekarang gue udah inget itu semua. Itu dia, 'kan?!

Fake Chat | z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang