Burung-burung berkicauan, membuat melodi di angkasa. Pohon-pohon Rum terbentang, melindungi dari panasnya terik matahari. Angin sepoi-sepoi berhembus, menjatuhkan daun-daun pohon. Hutan Floor sangat asri dan segar kala itu.
Lu, Han, dan keenam temannya sedang berkumpul di dekat tungku api. Suasananya sangat canggung, sampai akhirnya Lu memutuskan untuk berbicara lebih dulu.
"Ehem..Hei? Boleh kami bertanya sesuatu?", tanya Lu kepada Han.
"Boleh-boleh saja. Semua pertanyaan akan aku jawab.", jawab Han dengan penuh rasa yakin.
"Mulai dari aku", selak Afta sambil mengangkat tangan, "Darimana asalmu?"
"Saya dari Kyoto, Jepang", jawab Han.
"Kyoto? Jep..Jepang? Tempat apa itu?", celetuk Sophia.
"Heh, kalian tak tahu?", kata Han kaget, "Itu lho. Negara yang ada di benua asia."
"Benua...Asia? Kamu bicara apa? Aku tak mengerti?", celetuk Sophia sembari menggaruk kepalanya.
"HAH!? KAMU MASIH TAK TAHU JUGA? INI BUMI KAN? MASA KALIAN TAK TAHU? KALIAN TAK PERNAH SEKOLAH YA!?", bentak Han kepada Sophia.
"HEI!!?? JANGAN ASAL BICARA YA!! DASAR BEDEBAH! KITA INI TIDAK BODOH TAHU!!", balas Sophia. Akhirnya, terjadilah pertengakaran sengit antar mereka berdua.
"Eh? Apa kita sebaik tenangkan mereka?", bisik Afta kepada Corey.
Corey bingung harus menjawab apa, lalu dengan perasaan tidak yakin, ia berkata, "Te..tenang saja! Kita tanya saja Le..".
Prang!
"HEI!? APA YANG KAMU LAKUKAN, LEON!? BUKANNYA MENENANGKAN, MALAH SEMANGAT SEKALI MELIHAT MEREKA BERTENGKAR!", bentak Corey kepada Leon sembari memukulinya menggunakan panci.
"Ho...Hoi! Ampun! Lagipula, kenapa harus aku? Ngomong-ngomong, pertarungan ini seru juga!", celetuk Leon.
Karena tak sanggup melihat kekacauan ini, Lu pun langsung berdiri dari posisi duduknya, lalu dengan perasaan kesal ia berteriak, "HAAAAAAAAAAAI! SUDAH CUKUP! CUKUP SUDAH! SEMUANYA TENANG!!!!"
Lalu, dalam sekejap, semua orang terdiam. Burung-burung beterbangan, lalu angin menjadi lebih kencang. Suasananya sangat aneh, sehingga atmosfer saat itu menjadi sangat panas. Lu pun melihat keenam kawannya itu dengan perasaan kesal dan terganggu. Namun, Lu bukanlah orang yang melanjutkan kemarahannya. Lu pun langsung berkata, "Sudah. Mari kita fokus kembali ke awal pembicaraan kita."
Lalu, mereka semua pun duduk kembali di dekat tungku api. Secara terpaksa, mereka harus mengulang semuanya dari awal.
YOU ARE READING
Arcana: Ia Yang Ditakdirkan
AventuraSeandainya hidup itu seindah Manga, begitulah pemikiran hidup seorang Han Ryujin. Murid SMP Ryuhimura itu sudah muak dengan hidupnya sengsara. Namun, takdir memberinya jalan. Sebuah portal biru mengantarkannya ke Sorum, sebuah 'bumi' di dimensi lain...