Null: die Vorstellung.

518 46 20
                                    

Null: die Vorstellung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Null: die Vorstellung.

-

-

-

"Goretzka!"

Suara pelatih Horst Hrubesch yang terdengar lantang menggaung di ruang ganti pemain yang tak sebegitu luas. Leon, yang sebelumnya mengobrol bersama Max--the only one Maximilian Meyer--seketika menoleh ke arah pintu, menyebabkan nyaris seluruh kepala di ruang ganti itu ikut menoleh.

"Oh, ja, Coach?"

"Bench, sekarang."

"Baik!"

Coach Hrubesch menghilang lebih dulu dari ambang pintu, pasti berjalan menuju bench di pinggir lapangan tempat latihan mereka yang ia maksud tadi, di camp yang menjadi basis tim sepakbola pria Jerman selama Olimpiade Rio berlangsung. Sebelum Leon beranjak, ia sempat menoleh ke arah Max yang memasang ekspresi 'pergilah' sambil tersenyum tipis.

"Aku tahu, ini pasti soal bahumu." Max menepuk bahu kanan Leon, pelan, tapi berhasil membuat Leon meringis.

"Max! Kau lupa kalau bagian itu yang sakit!" Leon ingin mengomel, tapi Max buru-buru menutup mulut Leon dengan tangan kanannya.

"Sshhh, aku minta maaf deh, pergi, sana! Coach bisa marah kalau menunggu terlalu lama."

Maka Leon akhirnya beranjak, diiringi tatapan pemain-pemain lain yang masih sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang mengelap keringat dengan handuk, mengobrol dengan teman setim, menelepon. Meskipun aktivitas yang mereka lakukan semuanya berbeda, ada satu yang terlihat sama:

Menatap Leon penuh rasa iba.

Sialan, kenapa mereka menatapku seperti itu? Leon bergumam setengah jengkel dalam hati.

Setelah menelusuri lorong-lorong panjang menuju lapangan, Leon akhirnya sampai. Matanya sempat menyipit ketika menyambut sinar matahari Brazil yang agak asing bagi pupil mata Eropanya. Pandangannya dengan cepat mendapati Coach Hrubesch duduk di bench, dengan orang yang membuat Leon semakin tahu kalau perkataan Max tadi memang benar, ini soal bahunya.

Ada kepala dokter tim di situ, memegang sebuah amplop coklat besar yang entah apa isinya, hanya dokter itu dan Tuhan yang tahu. Leon melangkah gugup tapi berusaha sewibawa mungkin, menghampiri Coach dan Dokter Hansi lalu menjabat tangan mereka.

"Ah, ini dia, kapten kita sudah datang!" Coach Hrubesch tertawa pelan sementara ia menjabat tangan Leon.

"Oh, Kapitän Goretzka, apa kabar?" tanya Dokter Hansi ramah.

"Seperti yang kalian ketahui," Leon menjawab hambar, mengulas senyum tipis.

"Baiklah, duduk."

Leon duduk menyamping, beberapa sentimeter dari Coach Hrubesch dan Dokter Hansi yang duduk bersebelahan. Jantungnya berdegup kencang, ia siap menerima apapun keputusannya, apapun yang akan diutarakan Coach dan Dokter nanti.

The Small Girl Next Door [Leon Goretzka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang