Vierte: Meet Annelie, Philipp, and Matilde!
-
-
-
Leon menarik kunci mobilnya sambil menghela nafas dalam. Huh, akhirnya, sampai juga.
Setelah berada di training ground Schalke sampai pukul 11 siang tadi, setelah dokter melepas perban putihnya yang menyebalkan dan jelek itu tentu saja, ia memutuskan untuk mengunjungi kakak perempuannya, Annelie, di Bochum, kota kecil berjarak 25 menit dari Gelsenkirchen yang juga merupakan kota kelahirannya. Meski bahunya belum sembuh total, menyetir sama sekali bukan masalah besar. Ia tersenyum tipis melihat ekspresi wajah kakaknya itu ketika ia berdiri di ambang pintu rumahnya yang terkesan hangat, mengingatkan Leon pada keluarga besarnya yang juga tinggal tak jauh dari situ.
"Hei, kenapa kau tak bilang kalau kau mau mampir?"
Leon menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia merasa bersalah karena tak sempat membawakan kakaknya apapun. Matanya melirik ke sofa di ruang keluarga, ada setumpuk pakaian bayi yang sedang dilipat Annelie, kakaknya itu tersenyum geli.
"Kau tahulah, ada dua anak kecil di sini," Annelie terkikik. "Kau tak keberatan, kan, duduk di sofa ini dulu? Sebentar ya, aku ambilkan minum." Ia baru saja hendak beranjak ketika Leon mencegatnya.
"Duh, Annelie, tak usah repot, biar aku saja," Leon berjalan melewati kakaknya itu lalu berjalan lurus menuju dapur. "Kau ini seperti tak tahu aku saja."
Annelie mengangguk-angguk sambil mengerutkan bibirnya, tersenyum mengejek.
Leon sendiri tak begitu mengerti kenapa ia berakhir di sini, di kursi pantry di dapur rumah kakak perempuannya, menyeduh kopi. Ia memang rindu rumah, ia tahu itu, tapi kenapa semuanya terkesan tiba-tiba?
Annelie sudah selesai dengan pekerjaannya ketika Leon kembali ke ruang keluarga.
"Aku selalu membeli kopi itu kalau stoknya habis, karena aku tahu, itu merek kopi favoritmu." Tangan Annelie mengangkat keranjang berisi baju-baju yang selesai ia lipat, lalu beranjak.
"Terima kasih, kakak, kau memang yang terbaik." Leon tersenyum sarkastik lalu menghirup kopinya, membuat Annelie mencubit pipinya dengan satu tangannya yang masih bebas.
"Kau harus bercukur!" teriakan Annelie terdengar dari ruangan yang lain, yang hanya ditanggapi Leon dengan senyuman mengejek yang persis sama seperti yang Annelie lakukan tadi.
Rumah kakaknya ini hening. Tak ada suara ribut apapun, hanya televisi yang tepat berada lurus di depannya menyala dengan volume terkecil. Leon mengernyit, ia punya dua keponakan, seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan, Philipp dan Matilde, keduanya putra dan putri Annelie. Tapi kedua keponakannya itu tak terlihat siang ini, membuat Leon sedikit celingukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Small Girl Next Door [Leon Goretzka]
Fanfic[Featured on WattpadFanficID's Reading Lists: 'Fanfiksi Unik, Beda Dari Yang Lain' & June'19 Picks] Apa ada skenario yang lebih buruk dari seorang kapten tim yang pulang lebih dahulu karena cedera dari turnamen sekelas olimpiade? Leon Goretzka t...