I gave you $10,
.
"Astaga, Gyu-ya, bagaimana kau bisa ada disini?" tanyaku khawatir pada pemuda tinggi yang berada di depan pintu apartemen kecilku. Mingyu duduk meringkuk di samping pintu dengan wajahnya yang nampak sangat berantakan. Aku memegang bahunyadan berusaha mengangkatnya agar ia berdiri.
Kutatap wajahnya, berharap mendapatkan jawaban dari pertanyaanku sebelumnya. Namun saat kulihat sorot matanya yang terlihat menyedihkan itu, yang ku tahu hanya ada satu orang yang bisa membuat Mingyu menjadi seperti ini. Aku membuka pintu agar kami berdua bisa masuk ke dalam dan membicarakan masalahnya lebih lanjut. Kami berdua masuk ke dalam dan duduk di sofa setelah aku mengunci pintu kembali.
Tanganku bergerak mengusap punggung tegapnya untuk menenangkan Mingyu. "Gyu, lihat aku, kumohon. Bicaralah." Kutangkupkan tanganku ke wajahnya dan menolehkannya ke arahku.
"Aku diusir oleh kakek."
"Apa? A-apa maksudmu, Gyu?"
"Dia menyuruhku untuk memilih perusahaan atau cita-citaku sebagai pelukis. Aku memilih menjadi pelukis dan disinilah aku." Aku paham sekarang masalah apa yang sedang dihadapinya, Mingyu juga sebenarnya telah membicarakan hal ini denganku beberapa kali.
"Kau tahu betul konsekuensinya kan, Gyu? Aku percaya apapun keputusan yang kau buat. Hanya saja, aku tidak ingin kau menyesal nanti. Kau tahu benar bahwa dengan memilih menjadi pelukis kau akan kehilangan dukungan kakekmu."
Mingyu menangkupkan tangannya ke tanganku yang berada di pipinya dan mengelusnya perlahan. Kemudian ia tersenyum sambil berkata, "Bukankah aku punya kau, Won? Berjanjilah bahwa kau akan selalu mendukungku apapun yang terjadi nanti."
"Percayalah, aku hanya akan pergi jika kau yang memintaku, Gyu. Kuharap kau sadar bahwa yang bisa kuberikan hanyalah dukungan dan cinta. Jadi-"
Sebelum aku menyelesaikan ucapanku, Mingyu telah memotongnya, "Dan itu cukup untukku." Setelahnya senyum timbul dari kedua belah bibir kami dan ia memelukku dengan hangat.
.
"Jadi apa rencanamu sekarang, Gyu?"tanyaku sembari menyiapkan sarapan untuk kami berdua. Mingyu yang baru saja keluar dari kamar mandi menoleh ke arahku lalu berpikir sejenak sebelum kemudian menjawab, "Aku akan mencari pekerjaan part-time sementara ini sambil mencari order lukisan. Aku butuh uang untuk membeli perlengkapan melukis karena sebagian besar alat melukisku telah dibuang oleh kakek."
Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum senang karena paling tidak Mingyu sudah merencanakan masa depannya. Masa depan yang ia impikan selama ini, bukan yang diingini kakeknya. Mingyu terlihat bahagia maka aku juga ikut bahagia. Aku mulai menata sarapan kami di meja makan. Hanya sekedar roti bakar dan susu, tapi aku yakin Mingyu tidak masalah akan hal itu.
"Baguslah, akusuka dengan rencanamu. Oh iya, setelah ini aku akan segera pergi bekerja hingga nanti sore. Kau mau bawa kuncinya atau bagaimana?" tanyaku lagi.
"Hmm, kau bawa saja. Sepertinya aku akan pulang lebih larut daripada kau. Dan, bisa tolong buatkan duplikat kuncinya?" kata Mingyu yang kujawab dengan anggukan mantap. "Baiklah, Gyu. Kudoakan yang terbaik untukmu.Semoga beruntung!"
.
Orang bilang bahwa jika kita menjadikan hobi sebagai pekerjaan, maka kita tidak akan merasa bahwa kita sedang bekerja, dan harus kuakui bahwa perkataan itu benar. Aku memang tidak mempunyai hobi yang spesifik, aku hanya merasa sangat senang berada diantara anak-anak kecil. Untunglah aku dapat memiliki pekerjaan yang sesuai dengan kondisiku itu. Bekerja sebagai guru Taman Kanak-Kanak memang tidak bergaji terlalu besar, tapi aku menikmati setiap detik yang kuhabiskan dengan calon-calon penerus bangsa itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/83476533-288-k845365.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
All I Have [Meanie]
FanficAku tahu bahwa ia bisa memberimu lebih, sehingga kau akan menilai bahwa ia lebih baik untukmu. Tapi, tidakkah kau tahu? Ia memang memberimu lebih, tapi aku memberimu semua yang kupunya. . Jeon Wonwoo (GS!) . Kim Mingyu