Two

102 15 7
                                    

.

she gave you $20

.

Keesokan harinya, ketika Wonwoo bangun, ia tidak mendapati Mingyu di sebelahnya. Ya, mereka tetap tidur satu kamar walau bertengkar. Kemarin malam Wonwoo menghabiskan waktunya untuk menangis di ruang baca hingga larut. Kemudian ketika ia masuk ke kamar, ia melihat sang kekasih telah terlelap. Maka, dengan perlahan Wonwoo ikut membaringkan tubuhnya di atas kasur di sebelah Mingyu.

Gadis cantik itu melihat jam di atas nakas yang menunjukkan pukul 8 pagi. Baru kali ini Wonwoo bangun terlambat, biasanya paling lambat ia akan bangun jam 6 karena ia harus menyiapkan makanan. Mungkin ia terlalu lelah sehabis menangis kemarin jadi ia sampai ketiduran. Wonwoo segera bangkit dari kasur dan keluar menuju dapur.

"Gyu?" panggilnya beberapa kali.

Sayang sekali hanya keheningan yang menyahut panggilannya. Wonwoo melangkah menuju dekat pintu dan benar saja, sepatu Mingyu tidak ada. Itu berarti Mingyu tidak ada di rumah. Hal ini membuat Wonwoo kembali merasa sedih karena kemarin adalah pertama kalinya Mingyu membentaknya. Ia takut bahwa kemarahan Mingyu akan bertahan lama, ia tidak mau itu terjadi.

Menyadari bahwa tak ada yang bisa ia lakukan, Wonwoo memutuskan untuk bersiap menuju TK dimana ia mengajar. Jam masuk TK adalah pukul 9 yang berarti ia sudah harus berada di sana pukul 8.30, maka Wonwoo tidak punya waktu banyak untuk menangisi keadaannya saat ini.

.

MINGYU's SIDE

"Mingyu?"

Suara lembut seorang perempuan membuat Mingyu yang duduk di depan perkantoran menoleh. Perempuan itu adalah Jeonghan, senior Mingyu di klub seni lukis saat SMA dan juga merupakan pemilik sebuah galeri terkenal di Seoul. "Halo, Jeonghan-noona," jawab Mingyu seadanya.

"Wah, lama tidak bertemu, Mingyu. Apa kabar? Dan kenapa kau duduk disini?"

"Iya, noona. Aku tidak terlalu baik sebenarnya, dan itulah yang membuatku duduk disini."

Bisa dibilang Jeonghan sangat senang bertemu dengan adik kelas yang lukisannya sangat ia sukai. Namun melihat keadaan pemuda didepannya, Jeonghan mengerutkan dahinya bingung, dan tak sengaja matanya terarah pada map yang dipegang oleh Mingyu.

"Kau mencari pekerjaan kah?" tanya Jeonghan hati-hati.

Mingyu bangkit dari duduknya kemudian menghela napas dalam sebelum akhirnya mengangguk pelan. Jeonghan meletakkan tangan kanannya di bahu Mingyu yang membuat pemuda itu mendongak menatapnya. "Kau mencari pekerjaan seperti apa?"

"Saat ini aku mencari pekerjaan part-time apapun. Aku butuh uang untuk membangun karirku sebagai pelukis."

"Apakah kakekmu tidak membantumu?"

"Ia malah mengusirku karena ingin menjadi pelukis," ucap Mingyu blak-blakan karena pikirannya sudah mulai kacau saat ini.

Mendengar hal ini, Jeonghan sontak menutup mulutnya yang terbuka, "Astaga, Mingyu, maafkan aku."

"Tak apa, noona. Sepertinya aku harus segera mencari pekerjaan lagi sekarang. Sudah 3 hari aku belum diterima dimanapun."

"Ehm, Mingyu, sepertinya aku bisa membantumu."

Mingyu menoleh kembali kepada Jeonghan dengan menunjukkan wajah penuh harapannya, "Benarkah, noona?"

"Hmm, iya. Aku berniat membuka galeri baru tapi aku belum menemukan lukisan-lukisan yang hendak kupajang. Aku tahu kau adalah pelukis berbakat, maukah kau membuatkan lukisan untuk galeri baruku?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

All I Have [Meanie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang