03 - Masa Lalu

45 9 0
                                    

"Dari masa lalu, aku belajar untuk menghargai seseorang."

DEVINNA terbangun dari tidurnya. Ia terkejut mengapa ia bisa tertidur di paha Al, padahal terakhir kali dia ingat, ia tertidur dalam pelukan seorang Alvaro Aldric.

"Eh, lo udah bangun? Kebo, liat kaki gue jadi kesemutan gara gara lo." protes Al yang menyadari Devinna sudah bangun.

"Mama mana?" tanya Devinna seraya berdiri dari sofa.

"Tuh, lagi tidur." tunjuk Al dengan dagunya.

Reflek mata Devinna melihat ke arah mamanya dengan senyum tipis.

"Pa, Papa kenapa jarang jenguk Mama? Tapi Mama senang sekarang, karena Papa datang." ngigau Lina disaat kamar 205 ini sedang sunyi.

Otomatis Devinna terkejut, ia langsung mendekati ibunya dan memegang tangan ibunya. Ternyata ibunya sedang mengigau, itu bukti bahwa ibunya selalu memikirkan ayahnya yang sok sibuk itu.

Gue gak tahan lagi, gue harus telpon papa, kalau papa gak angkat, gue bakal samperin papa di kantornya sekarang juga! Batin Devinna tegas.

Devinna segera mengambil ponsel-nya dari kantong celananya.

"Al, gue keluar bentar ya? Mau nelfon Bokap." ucap Devinna kepada Al.

Al pun mengatakan 'ok' dengan isyarat tangan.

Dalam hati, Al berdoa kalau ayah Devinna akan dengan senang hati datang, jangankan datang, telfon itu diangkat saja sudah lebih dari cukup.

Devinna menekan tombol hijau pada ponsel, dan sudah terhubung.

"Halo, Pa?" ucap Devinna senang karena telfonnya diangkat oleh papanya sendiri.

"Inna, Papa sibuk. Nanti saja kamu telfon." jawab David sebagai seorang ayah. Dan telfon pun langsung diputuskan.

Bajing** mau sampai kapan papa katakan sibuk? Inna capek, Pa. CAPEK. ucap Devinna dalam hati, Devinna mengepalkan kedua tangannya, ia sudah cukup sabar untuk kali ini.

Devinna kembali ke kamar 205 untuk mengambil tasnya, setelah selesai mengambil ia langsung keluar dari kamar itu dengan muka masam.

********

"Pak David dimana sekarang?" tanya Devinna pada sekretaris papanya.

"Sebentar saya hubungi." jawab wanita ini sambil menghubungi papa.

"Pak David lagi ada tamu, kalau boleh saya tahu, kenapa anda mencari Pak David, dan anda itu siapa?" tanya sekretaris tersebut.

"Ooo tamu, tamunya gak kelar kelar yah, pantesan tiap hari sibuk, gue anaknya." jawab Devinna.

Devinna langsung menuju ruangan papanya, perempuan ini mendorong pintu ruangannya dengan keras, ia tidak mau tahu lagi ada tamu atau tidak. Sekarang yang penting itu mamanya. Pintu tersebut menghantam tembok sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

Ekspresi David? tentu saja terkejut, baru kali ini ia melihat anak bungsu-nya seperti itu. Devinna langsung berdiri di depan meja David dengan tampang kesal pastinya.

"Jadi ini yang dinamakan sibuk? mana tamunya, Pa?" tanya Devinna melirik ke kiri dan ke kanan.

Plak! satu tamparan dari ayahnya mendarat di pipi sebelah kiri milik Devinna. Devinna kaget. Karena ini baru pertama kalinya, ayahnya menampar dirinya. Gadis ini mengusap pipinya seraya berkata, "Kapan Papa mau jenguk Mama? mau sampai Mama mati baru Papa jenguk? UDAH TELAT, PA!!"

DevinnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang