11. Nge-date ala Gue

1.3K 114 8
                                    

Fix, seperti yang udah di sepakati sebelum UTS kemarin, hari senin adalah jadwal gue buat ngedeketin Jamilah. Semoga sukses.

Gue mengambil waktu malam. Karena menurut gue malam itu romantis. Ha...ha...ha...

Gue udah punya rencana buat ngedate malam ini. Yang di jamin anti mainstream, dan kalian boleh ngikutin cara gue.

Pulang sekolah, gue nyempetin ke markas dulu, gue juga gak tau dari kapan gue bilang tu rumah pohon jadi markas. Ah-yang penting begitudah.

Malemnya, gue minta mereka buat nungguin gue, dan sepakat bahwa seminggu ke depan kita bakal nginep di rumah Ijon.

Jam 07:00, selepas sholat maghrib.

"Doain gue yak!" kata gue sambil turun dari rumah pohon. Yang lain cuma dada-dada aja.

Gue jalan ke depan kostan si Jamilah, dan untungnya si Jamilah lagi ada luar, jadi gue gak perlu repot-repot manggil dia.

"Uhm-Assalamu'alaikum," kata gue pas di sebelah Jamilah.

"Eh-waalaikumussalam," jawabnya. "Siapa ya?" tanyanya.

"Kenalin Satria Fauzan Gumala, panggil aja Satria." Gue memperkenalkan diri, dengan nama pnggilan Satria, biar kebih keren gitu.

"Eh-iya Satria, kenalin Jamilah," katanya sambil menjulurkan tangannya. So pasti langsung gue jabat lah tangannya.

Ebuset, tangannya alus bener...

"Jamilah." Gue manggil dia setelah dia ngelepas jabatan tangannya. Dia ngelat gue seakan mengisyaratkan ada apa? atau ya?

"Jalan yuk... Itu juga kalau Jamilah gak sibuk," ajak gue ke Jamilah. Jamilah keliatan mikir dulu, sampai akhirnya dia ngangguk.

Yes!!!

Gue jalan sama Jamilah menelusuri jalan komplek yang kelatan sepi. Sambil jalan gue juga sempetin ngobrol, walaupun lebih banyak gue yang nanya atau yang ngajak ngomong duluan.

"Jamilah, kelas berapa?" tanya gue.

"Masih kelas 10, bang Sat," katanya. Gue seneng dia jawabnya baik-baik, tapi kok dia manggil gue bukan Satria, malah di singkat jadi "Sat" itu yang bikin gue gak nyaman, di tambah lagi dia manggil gue "bang"

"Eh- aku juga masih kelas 10, baru masuk tahun ini, jangan panggil abang," gue menjawab dengan nada selembuuuttt mungkin. Dia senyum dan jawab, "Gapapap, biar lebih sopan," katanya.

Gue gak bisa jawab, karena senyumnya manis banget.

"Sekolah dimana?" tanya gue (lagi).

"Di SMA N 98," jawabnya.

"Wah...kamu pinter ya, bisa masuk sana," gue muji dia, karena emang SMA 98 itu SMA yg favorit. Terus dia malah balik nanya gue sekolah dimana, "Bang Sat sekolah dimana?" katanya.

Gue jawab dengan menyebut nama sekolah gue, dan alhasil dia diem aja. Dan sampai di tempat tujuan, gak ada lagi yang saling ngomong.

Dan akhirnya, setelah beberapa menit diem-dieman dan itu terasa lama, akhirnya gue sampai di pinggir jalan bypass tempat dimana banyak mobil lewat terutama malem hari.

"Kok ngajak aku ke sini?" tanya Jamilah. Gue tersenyum, ini dia rencana ngedate gue yang anti mainstream.

"Iya, liat aja nanti," kata gue. Gak lama, ada mobil bus lewat, dan tanpa membuang waktu gue langsung teriak, "OM...TELOLET OM!!!!!"

Telolet telolet...

Langsung kedenger klakson mobil bus itu. gue ketawa, Karena emang itu rencana gue, cara ngedate yang anti mainstream.

"Ayo, ikutan." Gue ngajak Jamilah. Awalnya dia nolak, tapi gue terus ngajak dia, sampai akhirnya dia nyoba sendiri.

"Nah itu ada... ayo coba." Gue nunjuk ke arah bus yang lagi jalan. Dia ngangguk.

"Om... Telolet om!" Jamilah teriak kenceng. Rambutnya yang di gerai ketiup angin malam, semakin membuatnya terlihat cantik.

Pas Jamilah teriak, supirnya langsung neken klakson yang bunyinya lucu, bahkan sampai berkali-kali.

Dasar, om om, kalo yang minta cewe cantik aja, semangat banget.

Jamilah tersenyum lebar dan ketawa ngakak abis-abisan, pas tahu usahanya berhasil. Gue seneng bisa bikin Jamilah ketawa, rencana gue berhasil, ngedate yang anti mainstream.

Ujung-ujungnya gue sama Jamilah malah minta banyak supir bus buat bunyiin klaksonnya, kali ini teriaknya bareng-bareng. Bodo amat orang mau liatin juga, yang penting gue berhasil.

"OM TELOLET OM!!!!!"

*
Gue pulang sekitaran jam 8:30, itu karena Jamilah yang minta. Katanya besok harus sekolah, emang bener sih, akhirnya gue nurutin dia buat pulang.

Di jalan Jamilah gak berenti-berenti cerita soal kejadian tadi. Kalau pas berangkat lebih banyak gue yang cerita, sekarang malah Jamilah yang banyak ngomong.

Sampai di rumah pohon, gue nyeritain semua itu ke temen-temen gue. Responnya sih, pada sama.

"GILA! LO NGAJAKIN CEWE CANTIK BUAT TERIAK OM TELOLET DI PINGGIR JALAN!!!"

Gue cuma bisa senyum sambil angkat bahu. Yang penting sukses.

[5] Panti Jomblo [PENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang