Adivan 25

10.3K 407 9
                                    

     Esok adalah hari dimana Divan harus kembali ke Amerika dan melanjutkan studinya.
Saat ini Divan sedang membantu Ibunya di toko roti milik Ibunya itu. Banyak sepasang mata yang melirik Divan dari luar toko, sehingga tokonya lebih ramai daripada biasanya. Olan beruntung memiliki Divan, anak yang baik, patuh dan juga tampan meski memang sifat dinginnya belum sepenuhnya hilang.

Seorang wanita menghampiri dimana Divan berdiri disamping ibunya. Wanita itu sangat merindukan laki - laki itu, sudah sangat lama ia tak bertemu. Ia susah payah mencari informasi mengenai Divan tentang keberadaannya dan kini bertemu.

"Rey?" Panggil wanita itu.

Divan yang merasa terpanggil menoleh ke asal suara itu. Namun ia acuh dan kembali melayani para pengunjung.

Wanita itu mendekati Divan, hingga jarak hanya 2 meter. Tetapi Divan tetap tidak bergeming dan seolah tidak terjadi sesuatu.

"Rey, aku kangen kamu," ucap wanita itu lalu memeluk Divan dari samping.

"Aku udah lama cari kamu dan akhirnya kita ketemu." Lanjut wanita itu.

Divan melepaskan pelukan wanita itu dan membawanya kedalam. Ia menarik paksa wanita itu walau wanita itu memberontak dan sedikit meringis akibat cengkraman Divan pada pergelangan tangannya.

"Ada apa?" Tanya Divan dingin.

Wanita itu menatap mata almond Divan dalam, ia mencari sesuatu didalamnya. Mencari sosok Divan yang dulu hangat terhadapnya dan sangat menyayanginya. Namun nihil, yang ia temukan hanya tatapan tajam penuh amarah.

"Aku kangen kamu, Rey. Apa kita gak bisa ulang kaya dulu lagi?" Tanya wanita itu penuh harap.

Divan tersenyum sinis dan memalingkan wajahnya keluar. Baginya lebih baik melihat orang gila daripada harus melihat wanita yang dulu sudah menyakiti hatinya.

"Aku mohon.." ucap wanita itu, ia memegang tangan Divan tapi ditepis kasar.

"Nona Sierra yang terhormat, silahkan tinggalkan tempat ini dan jangan pernah temui saya lagi," kata Divan dengan nada dingin.

Sierra menatap laki - laki itu tak percaya, ia berusaha mencari kebohongan bahwa Divan marah padanya, tapi nihil. Laki - laki itu menatapnya dengan penuh kebencian, ia mengingat semua dulu ia pernah dibuat sakit hati olehnya.

Dulu ketika ia benar - benar mencintai Sierra tapi Sierra-lah yang menyia-nyiakannya. Ia bermain dibelakang Divan dan ia melihat sendiri bahwa Sierra sedang bermesraan dengan laki - laki itu, Ronald.

Ronald, nama yang benar - benar membuat ulah. Ia telah menghancurkan cintanya dan juga telah membunuh Rizki.

Dan amarah Divan kini sudah mencapai puncak.

"Pergi!" Kali ini Divan berteriak penuh amarah.

Sierra berlari dengan tangisannya keluar dari toko roti. Divan pun menitikan air mata, ia sangat hancur hatinya saat ini mengingat kejadian itu.

Laki - laki juga bisa menangis ketika disakiti orang yang disayang.

***

Disepanjang koridor kampus, Adina tersenyum tak sabar ia ingin bertemu Divan, karena besok Divan sudah kembali ke Amerika. Walau banyak orang yang memandangnya aneh, ia tak perduli. Ia segera mencari taksi online yang sudah dipesannya.

Adina Dan DivanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang