LAKI-LAKI PILIHAN

293 3 0
                                    

Coba dech masukkan password ini ‘zaqi forever’ tanpa kapital”, ucapku.

“Zaqi spasi forever gitu ya?”

“Kalau tidak salah”, jawabku sambil berfikir.

“Waaah…cerdas!!” tukas sahabatku dengan cerianya setelah berhasil membuka akun blog wordpressku dengan password “zaqi forever” itu.

“Eh…bisa ya? Tanyaku kembali sedikit tak percaya.

“Iya neng, bisa nich. Makasih ya atas perizinanmu untuk  membajak blogmu ini, hehe”. Jawabnya dengan cekikikan.

“Oya…dan jangan lupa royaltinya neng…….!!!

“Idiiih….. neng geulis satu ini, royalty terbaik adalah doa dariku. Hehehe!

“Eh eh, bisa-bisanya. Maka kau bersiaplah akan menerima surat panggilan pelanggaran hak cip…….. tut..tu..tut.. terdengar bunyi sambungan terputus sebelum aku berhasil menjawab gurauannya.

Kuhembuskan nafas panjang dan tersenyum mengingat sahabatku itu. Aku teringat ketika tadi siang di kampus dia merengek-rengek agar aku memberitahu password login ke website itu. Ada tugas dari salah satu dosen untuk mengoperasikan website, dan dia bahkan belum membuat websitenya sendiri. Dia sangat malas berurusan dengan hal-hal seperti itu.

Aku kembali tersenyum mengingat sesuatu, aku mengingat password loginku. Sudah lama sekali aku tak membuka website itu. Aku ingat terakhir kali aku membukanya 7 bulan yang lalu ketika ada tugas kuliah di semester 5. Kata “zaqi forever” itu sangat tak asing bagiku. Sebuah kata gabungan dari dua nama, namaku dan nama seseorang. Kata itu seperti password wajib bagiku, dimanapun dan kapanpun ketika aku membutuhkan menuliskan sebuah password pasti aku menggunakan kata itu, tepatnya untuk 4 tahun terakhir ini setelah aku mengenal si empunya nama.

“Ahh, kekanak-kanakan sekali aku ini -zaqi, Zamzami dan Auqi- forever”, ucapku menertawakan diriku sendiri.

Bisa-bisanya dalam website pun password itu yang kugunakan. Ya, zaqi adalah kata yang kubuat pertama kali ketika aku membuat email. Zaqi adalah singkatan dari Zamzami dan Auqi. Haidar Alwi Zamzami atau yang lebih akrab disapa dengan nama Zamzami atau Izzam, dia seseorang yang kukenal di masa aliyah atau SMA. Dia bukan temanku di aliyah hanya saja dengan tiba-tiba dia menjadi teman di akhir perjalananku disana. Menjelang ujian semester pertama di kelas 3, dia pindah ke sekolahku dan sejak itulah dia mulai menjadi tokoh di dalam kisahku.

Dia adalah seseorang yang selalu baik dalam pandanganku, dari dulu sampai sekarang menurutku dia tetap yang terbaik. Sebuah cerita tentang aku dan dia terasa begitu istimewa. Bukan karena dia adalah pacarku, kekasihku atau orang terdekatku. Lebih dari itu aku selalu merasa pertemuan kami dan segala yang terjadi pada kami berdua adalah sebuah misi khusus dari Allah. Entah misi seperti apa, namun aku begitu meyakini pertemuan kami bukan pertemuan biasa yang akan berakhir dengan biasa. Di awal kepindahannya di sekolahku, dia terlihat begitu pendiam. Aku jarang melihatnya ngobrol dengan teman-teman yang lain. Dia sering menyendiri, dia sering asyik dengan kesendiriannya. Aku sering memperhatikan tingkahnya di kelas, dia rajin dan tak lama kemudian aku tahu dia itu pintar. Terbukti dia mendapatkan nilai tertinggi di beberapa pelajaran. Aku merasa penasaran dengan kepribadiannya, dia jarang dan bahkan hampir tak pernah terlihat dekat dengan teman perempuan di sekolah. Bahkan aku mendengar cerita dari teman satu bangkunya, dia memang tak punya banyak teman perempuan dan tepatnya lagi dia tak pernah pacaran. Sama denganku!

Hari-hari di sekolah berlalu dengan biasa namun aku mempunyai hobi baru, aku sering memperhatikan tingkahnya. Tapi sampai pada saat kami lulus sekolah, aku bukan temannya. Ya, aku tak pernah berbicara dengannya atau lebih tepatnya kami tak pernah berbicara satu sama lain. Seingatku, semasa sekolah hanya sekali dia menyapa dan menyebut namaku. Itu pun karena kami bertemu secara tidak sengaja di parkiran sekolah. Hanya itu, tak lebih!

Istikharah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang