JALAN LAIN

71 4 0
                                    


Hari Ahad yang cerah untuk melakukan berbagai aktivitas. Setelah menyelesaikan tugasku untuk beres-beres rumah dan mencuci baju, pagi ini aku mendapat undangan untuk mengikuti acara pergantian pengurus sebuah organisasi remaja Islam. Sebenarnya aku berniat untuk tidak hadir tapi tadi malam Mbak Zalina, ketua organisasi itu datang kerumahku dan memintaku secara langsung untuk hadir di kegiatan itu. Sehingga pada akhirnya, akupun hadir.

Sekitar pukul 08.25 WIB aku sampai di tempat dimana kegiatan itu berlangsung. Aku memakai baju warna kesayanganku, gamis ungu tunik dipadu dengan jilbab ungu muda polos. Meski terkesan sederhana tapi aku selalu menyukai paduan busana ini dan nyaman mengenakannya. Tubuhku yang tak terlalu tinggi terlihat lebih sedikit proporsional dengan gamis berwarna cerah ini.

Kuamati tamu-tamu undangan yang sudah hadir. Tak satupun dari mereka yang kukenal. Kemudian pandanganku tertuju pada satu tempat kosong di bangku deretan depan lalu kulangkahkan kakiku kesana. Beberapa saat kemudian Mbak Zalina menghampiriku.

"Assalamu'alaikum....", sapanya.

"Wa'alaikumsalam Mbak."

"Sudah lama ya, maaf tadi belum bisa menyambut. Masih ada sedikit urusan dengan panitia penyelenggara"

"Ah, ya ndak apa-apa mbak, Mbak Zalina kan memang sedang sibuk"

"Datang dengan siapa?"

"Sendirian mbak, tapi nanti Insya Allah ada temanku yang akan datang menyusul. Kebetulan sekarang masih ada urusan."

"Hmm, bagus kalau begitu. Oh ya, sudah kenal dengan orang yang duduk di samping podium itu."

Kualihkan pandanganku ke arah yang ditunjuk Mbak Zalina. Di samping podium itu berdiri seorang laki-laki yang bertubuh tinggi tegap memakai batik hijau marun dengan celana hitam dan kopyah hitam bermotif perak di sisi kanan dan kirinya. Dari wajahnya dapat kutaksir usianya sekitar 25 tahun. Penampilannya cukup rapi. Dia terlihat ramah berbincang dengan seorang perempuan.

"Siapa mbak? Aku tidak mengenalnya" ucapku.

"Namanya Mas Fahmi, santai saja nanti juga akan kenal." Jawabnya sembari tersenyum.

"Mbak Zalina ini begitu kalem, cantik dan dewasa. Pantas sajal dia menjadi ketua organisasi Islam ini." Gumamku.

Sesaat setelah Mbak Zalina meninggalkanku untuk menyapa tamu undangan yang lain, pandanganku mulai menerawang seluruh isi ruangan itu. Sekilas kulihat salah seorang sahabatku di aliyah dulu ternyata datang. Dia datang bersama dengan teman-temannya. Tapi dari sekian banyak teman yang datang bersamanya, tak satupun dari mereka yang kukenal. Dia melihat ke arahku kemudian tersenyum dan melambaikan tangannya dan aku pun demikian. Dia tidak menghampiriku karena tempat duduk laki-laki dan perempuan dipisah. Dan sekarang acarapun dimulai. Meski tak tahu banyak tentang organisasi ini, aku tetap mencoba mengikuti jalannya kegiatan dengan sungguh-sungguh.

Di tengah proses acara pertanggungjawaban pengurus lama, aku mengirim sebuah sms untuk Izzam. Kebetulan sekali tempat kegiatan itu tak jauh dari rumahnya.

"Assalamu'alaikum...."

"Wa'alaikumsalam... liburan ya?"

"Liburan hati. Sekarang dimana?"

"Di rumah, menikmati satu hari libur sebelum lusa PPL ku dimulai"

"Aku sedang berada di sekitar rumahmu, tidak ingin ikut merefresh hati?"

"Ada Acara apa?"

"ORII melakukan pergantian pengurus"

"Hati-hati...nanti terpilih jadi ketua"

Istikharah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang