ennéa - 9

1K 76 14
                                    

Wahai seseorang yang jauh berlalu termakan oleh waktu, di sini, di tempat ini, di ujung kerinduan yang selalu membelenggu, gadis itu menunggu. Menunggu yang terasa begitu menyesakkan, mengenang indah nya nostalgia kala itu sembari bertanya:

"Akankah kau ingat dengan kenangan kita dulu? Kita bertemu dan kau pernah mengikrarkan sebuah janji untuk bersatu. Namun, bagaikan lilin yang dilelehkan oleh panasnya api, kau hilangkan janji itu. Habis, tak tersisa, dan entah kemana perginya. Lalu, kemana harus kubawa serpihan-serpihan ini?"

Anna berkali-kali menatap Asterina dengan pandangan meneliti dan juga heran. Sedari tadi, gadis itu hanya diam saja sambil memainkan sedotan minumannya. Oh, jangan lupakan juga dengan senyumannya yang terus saja mengembang tanpa tahu bagaimana caranya mengerucut. Bahkan, saat tadi berada di kelas saja, temannya itu juga melakukan hal yang sama. Anna takut kalau kesedihan Asterina sudah mulai merusak kesehatan jiwanya.

"Kamu tau, Ter, aku dari tadi takut ngeliat kamu." Anna membuka suara, masih dengan pandangan menatap Asterina. Namun sepertinya, gadis di hadapannya itu tidak terkecoh sama sekali. Buktinya masih diam saja. "Asterina, demi Tuhan, kamu kenapa sih?!"

Asterina terkesiap dan langsung menghadiahi Anna dengan tatapan aneh dan sebal. "Ada apa sih, An? Kamu aneh banget teriak-teriak gitu!"

Anna justru hanya bisa terdiam, tidak percaya kalau Asterina baru saja mengatainya dengan kata-kata yang sebenarnya lebih cocok untuk temannya itu. Memang ya, sedih itu merubah segalanya. Duh, jangan sampai ia seperti itu kalau sedang sedih. "Harusnya aku yang bilang gitu sama kamu!" protes Anna. "Lagian kamu kenapa sih dari tadi cuma diam sambil senyum-senyum gak jelas. Udah gila, ya?!"

Mata Asterina mendelik tajam, tapi ia tidak protes sama sekali. Pandangannya kembali melunak. "Aku gak apa-apa."

Anna mencibik karena dirasanya jawaban Asterina kurang dan bahkan tidak menjawab pertanyaan yang ia ajukan. Mana mungkin tidak apa-apa tapi bertingkah seperti tadi. "Tapi muka kamu udah gambarin kalau kamu kenapa-napa."

Helaan napas keluar dari mulut Asterina. "Ah, aku lupa, kamu kan orang serba tau." Asterina tersenyum mengejek, membuat Anna harus melemparkan tatapan tajamnya yang tidak berpengaruh sama sekali.

"Yaudah, makanya bilang dong kamu ini kenapa?" Anna kembali bertanya, tatapannya seakan menuntut Asterina untuk berbagi apa yang sedang dirasakan oleh temannya itu. "Kamu mikirin apa sampai senyum-senyum gak jelas gitu?"

Asterina sebenarnya masih belum mau menceritakan tentang hal apa yang sedang ia rasakan sekarang. Tapi kalau ia simpan sendiri terus, sampai kapan ia akan diliputi rasa penasaran seperti ini? Ditambah dirinya memang belum berpengalaman dengan apa yang sedang ia alami sekarang.

"Aku mau tanya sesuatu deh sama kamu."

"Tanya apa?" Anna memasang wajah super penasarannya.

Asterina menarik napasnya terlebih dahulu dan menghembuskannya pelan. Pertanyaan yang akan ia ajukan kali ini memang sudah masuk ke tahap yang serius. Walau sebenernya ia memang sudah tahu dengan jawabannya, tetapi ia takut kalau kali ini ia akan kembali mengulangi kesalahan yang sama seperti apa yang sudah pernah ia rasakan sebelumnya. "Apakah dengan terus-terusan membayangkan wajah seseorang bisa disebut sama perasaan suka?"

Anna menautkan kedua alisnya. "Emangnya kenapa?"

"Jawab aja."

Anna memanggutkan kepalanya, mulai tahu ke mana topik ini akan mengarah. Sepertinya Asterina memang sudah mulai melupakan masa lalunya sedikit demi sedikit. Kalau memang benar ia pasti akan senang sekali. Sebagai teman dekatnya, Anna tidak suka melihat Asterina terlalu berlarut-larut dalam kesedihannya. "Belum tentu, bisa jadi itu cuma perasaan kagum."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AstériTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang