PART 1

686 21 1
                                    

“  Aku  lebih  memilih  menjadi  cahaya  lilin  yang  menerangi  lorong  gelap,

Daripada hanya menjadi  cahaya  lilin  yang  berkumpul  bersama  nyala  lilin-lilin  lainnya “

 

-          Amakura Chou –

 

“ Ini  dimana? “  tanya  gadis  kecil  itu  kebingungan. Mata  batu  amethystnya  menyapu  pemandangan  di sekelilingnya. Rupanya  dia  sedang  berada  di  jalan  raya  hutan  perbatasan  kota.

     Sungguh  aneh  dia  merasa  tak  asing  dengan  tempat  itu  sementara  setiap  kali  kepalanya  berusaha  keras  mengingat  sesuatu  hanya  menemukan  fakta bahwa tak  ada  satupun  memori  tersisa. Keningnya  pening  setiap  kali  dia  mencoba  mengingat. Gadis  itu  mengalihkan  pandangan  pada  dirinya  sendiri,rambut  hitam  lurus  sepundak  dan  baju terusan  lengan  pendek  berenda  hitam  sedengkulnya  basah  kuyup  akibat  hujan.

     “ Kau  tersesat  gadis  manis?? "  sebuah  suara  mengerikan  di sertai  sekelebatan  bayangan  gelap  terdengar  di ujung  jalan  raya 

     Gadis  cilik  itu  menginggil  ketakutan, dia  mundur  beberapa  langkah, namun gerakkannya di ikuti  oleh  sosok  di hadapannya. Anak  perempuan  itu  baru  bisa  melihat  wajahnya  ketika  cahaya  remang  dari  deretan  lampu  neon  jalan  raya  menerangi  mereka. Gadis  itu  berteriak  ngeri  melihat  penampilan  penyapanya.

     Seorang  pria  yang  terlihat  separuh  baya, berambut  botak, bermata  hitam   pekat, wajahnya  dipenuhi  luka  dan  sayatan, mulutnya  robek  lebar  dengan  taring  tersembul, air  liur  membasahi  pipinya. Lebih  cocok  di panggil  monster  ketimbang  pria.

     Gadis  kecil  itu  mencoba  berlari, namun  seberapa  kencangpun  larinya  monster  itu  tetap  bisa  mengikutinya. Jangankan  anak  kecil,  kecepatan  fisiknya  melebihi  manusia  dewasa  normal.

     Akhirnya  anak  perempuan  itu  jatuh  tersungkur  akibat  terantuk  batu, bau  amis  darah  membuat  monster  dihadapannya  mengeram  marah  pada  udara, dengan  penuh  nafsu  dia  begerak  cepat  menghampiri  mangsa  kecilnya.

     Gadis  itu  hanya  mampu  menangis, berusaha  berdoa  memegangi  kalung  salib  emas  putih  yang  ternyata  sudah  menggantung  di lehernya  sejak  tadi.

     “ Ya  Tuhan, dimanapun  engkau  berada  tolonglah  lindungi  aku  dari  kuasa  kegelapan  bisiknya  seraya  menitikkan  air  mata, matanya  terpejam  khusyuk.

     Monster  itu  hanya  berjarak  semeter  dari  si  gadis  kecil, dia  sudah  siap  mengoyak  daging  incarannya, serta  menikmati  kemurnian  darahnya, saat  terdengar  bunyi  tembakan  dari  arah  belakang  mereka.

     “ Dasar  monster  jelek! Beraninya  pada  anak  kecil!!

     Gadis  itu  membuka  matanya, menemukan  sesosok  anak  laki-laki  berambut  perak  lebih  tua  sekitar  2  tahunan  dari  dirinya, berdiri  dengan  gagah  sambil  memegangi  sebuah  pistol  yang  harusnya  hanya  diperuntukkan  untuk  orang  dewasa, mata  silvernya  berkilat  penuh  dendam.

MIDNIGHT  KNIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang