Pria itu terlihat mencurigakan. Beribu pertanyaan melintas di pikiranku. Hanya saja aku tak bisa langsung menanyakan semua hal itu.
Pria itu pun mendekat lalu duduk di samping kasurku. Aku pun memasang wajah waspada. Siapa tahu pria ini memiliki sisi jahat. Senyum yang ia buat pun sangat mencurigakan.
"Tenang saja. Anda tak perlu takut. Sebelumnya biarkan saya memperkenalkan nama. Saya Anthony Wilson. Pemilik perusahaan yang telah menyelamatkan anda," ia pun langsung memberikan kartu nama perusahaannya.
"Wilson Medic CO? Perusahan apa ini?" Tanyaku dengan suara lebih kuat dari sebelumnya.
"Ah! Benar juga. Perusahaan kami adalah perusahaab yang mengembangkan 'Switch Tecnology'. Sebuah teknologi yang membuat seseorang yang mati memiliki kesempatan untuk hidup kembali," ia pun menjelaskannya sambil menunjukan program di gadgetnya.
"Maksudmu? Maaf, aku tak begitu mengerti," aku pun mulai duduk dari tidurku.
"Kau tahu. Sebenarnya kau itu sudah mati. Mati percuma lagi," kata-katanya langsung membuatku terkejut.
"Mati? Tapi bagaimana? Aku tak mengingat apa pun selain data diriku sendiri," kalau dilihat-lihat dari tadi aku hanya bertanya.
"Kau banyak tanya juga ya. Mari langsung ke inti. Sebenarnya teknologi ini menggunakan prinsip pengembalian nyawa melalui kenangan. Karena itu aku sangat terkejut karena kau masih memiliki banyak ingatan. Wanita yang tadi disampingmu adalah robot produk pertama kami. Kami mengisinya dengan nyawa sintesis yang nantinya akan berpindah ke dalam dirimu. Setiap kenangan yang ia dapat bersamu, maka jiwanya pun abersamupindah padamu. Dan juga_" aku pun langsung menyela ucapannya.
"Tunggu. Aku tak mengerti satu pun ucapanmu. Apa maksudmu aku sudah mati? Bukannya sekarang aku baik-baik saja. Kau bisa lihat sendiri bukan," aku pun langsung menyangkal ucapannya.
"Kalau begitu perhatikan
" Anthony pun langsung membawa pedang dan langsung diarahkan padaku.Setelah itu ia pun langsung menyayat urat nadi di leherku. Darah pun langsung menyembur keluar. Bulu kudukku langsung berdiri. Secara spontan aku pun berteriak dan menggerang.
"Argh! Sa_. Tunggu, tak sakit sama sekali," luka sayatan tadi pun langsung menutup.
"Sudah kubilang kau ini masih mati. Nyawa dari ingatanmu masih lemah. Karena itu kau masih belum bisa merasakan rasa sakit. Tapi nyawa itu hanya bertahan dalam lima hari. Jika nyawa sintesis dari robot itu belum tertransfer, maka kau dan robot itu akan mati. Dan nyawa sintesis itu akan lenyap karena tak memiliki wadah. Apa kau mengerti? Ada pertanyaan lain?" Ia pun seakan akan memberi kode untukku.
"Untuk garis besarnya aku paham. Tapi apa yang terjadi saat aku sudah hidup kembali?" Aku pun mencoba mencari kepastian.
"Kau akan mendapat ingatan dan rasa sakit kembali. Tapi sebagai gantinya kau akan kehilangan semua ingatan yang berkaitan dengan robot ini. Maaf, waktuku sudah habis. Ini alamat rumahmu sementara. Selamat bersenang-senang selama masa ini. Jika ada yang ingin kau tanyakan, tanyakan saja pada robot itu yang kau berinama Sola." Anthony pun langsung pergi.
Ia aneh. Apa mungkin ada yang ia sembunyikan? Dari tadi dokter pun hanya diam. Seperinya sekarang tubuhku sudah baik-baik saja. Untuk sementara aku harus pura-pura sakit jika di keroyok.
Saat Anthony pergi, dokter pun melepaskan semua alat medis yang dipakai olehku.
"Tenang saja. Aku yakin kau akan baik-baik saja. Pasti kau akan hidup kembali," ucap dokter untuk menenangkanku.
Setelah dokter selesai, aku pun langsung pamit untuk pulang. Sebenarnga bukan pulang. Hanya pergi ke alamt yang Anthony berikan.
Setelah keluar dari rumah sakit aku pun langsung pergi. Jalan demi jalan aku lalui dengan berjalan bersama Sola. Apa robot bisa capek ya? Aku yakin kakiku sekarang sudah pegal. Meskipun sebenarnya aku tak dapat merasakannya sama sekali. Setelah menelusuri banyak rumah akhirnya kami sampai.
Aku tak percaya dengan apa yang sekarang kulihat. Kenapa rumah yang ia berikan cukup besar. Bukannya hanya kami berdua yang akan tinggal di sini. Belum lagi sepertinya aku tak tahu cara membuka pintu depan ini. Ada semacam kotak dengan tulisan 'letakkan lengan di kotak'.
Dengan segera aku pun meletakkan lenganku. Setelah itu kotak tersebut langsung menscan telapak tanganku. Setelah lampu pada kotak berubah menjadi hijau, pintu pun langsung terbuka. Ruang depan yang luas pun langsung menyambut kami. Lantai yang terbuat dari granit dan pilar yang menopang atap berdiri kokoh.
Sola pun langsung menarik lenganku untuk masuk. Setelah sampai di ruang tengah ia langsung memberikanku sebuah chip. Aku pun langsung membukanya di kamar dekat ruang tengah. Sola pun langsung diam di sampingku.
"Alex, apa yang akan kau lakukan?" Tanyanya dengan wajah polos dan tatapan yang masih kosong.
"Mengecek beberapa informasi dari chip ini. Ngomong-ngomong kau dapat dari mana?" Setelah menjawab pertanyaannya aku pun balik bertanya.
"Dari kantung saku milik Anthony tadi. Memangnya kenapa? Aku kira itu yang Alex inginkan,"
"Kau tak boleh melakukannya lagi. Jangan mengambil barang tanpa meminta izin dulu mengerti?" Aku pun langsung mengajarinya.
"Baiklah." Setelah mengatakan itu mata Sola pun langsung fokus pada layar PC yang kunyalakan.
Setelah itu aku pun langsung membuka folder di dalam chip. Saa mencoba untuk mengekstraknya, tiba-tiba kata sandi untuk privasi muncul. Sepertinya ada yang Anthony sembunyikan. Haaa, aku tak bisa membukanya. Apalagi chip ini dilengkapi antivirus. Makin sulit saja untuk membobolnya. Protektornya pun terlalu tinggi.
"Haaaaaa, kenapa harus sesulit ini? Padahal aku tak ingin menjalaninya tanpa ada bukti langsung," keluhku sambil merebahkan tubuhku di kursi.
"Alex, ada apa? Kenapa kau mengeluh?" Tanya Sola masih dengan nada datar.
"Tak ada. Hanya saja chip ini memiliki proteksi dan antivirus yang tinggi. Aku tak bisa mendapat informasi dari kesempatan yang kau buat. Maaf ya. Secara terpaksa kita harus menuruti percobaan ini," ucapku yang sepertinya akan menurunkan semangat Sola.
"Anu, apa boleh aku coba?" Permintaannya langsung mengejutkanku.
"Ya. Silahkan saja." Aku pun langsung membuka foldernya.
Setelah itu Sola pun langsung mengotak-atik. Sistem PC. Karena aku adalah lulusan Universitas komputer, melihatnya mengotak-atik itu membuatku sangat khawatir. Seumur hidup aku tak pernah berani untuk merubah sistem. Setelah cukup lama Sola mengubah sistem, ia pun langsung memasukan kabel USB yang tersambung dengan sisten androitnya. Setelah itu ia pun langsung menambahkan beberapa data dari tubuhnya.
Setelah membuka folder kata sandi pun muncul.
"Ini. Sudah selesai," ucap Sola setelah berhasil membuka data chip tersebut.
"Y-Ya. Terima kasih." Apresiasiku pada usaha keras Sola.
Setelah itu pun aku langsung mengeksplor semua data. Perhatianku langsung tertuju pada folder yang bernama 'objek penelitian'. Mataku pun langsung terbelalak setelah melihat datanya.
Yooo.
Ketemu lagi sama Author super kece ini. *Plakkk.
Cerita ini lebih ngawur ya dari chapter sebelumnya.
Biarlah karena ini yang namanya hidup. 😄
Jangan lupa kritik, saran, read, comment, vote, dan follownya ya.
Kalau misalnya kalian punya rekomendasi buat chapter selanjutnya atau cerita baru di inbox aja ya.See You Next Time😊
Love Tekito ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie Memory Second Life
RomanceKesempatan hidup kedua. Itu yang terjadi pada Alex Disward. Ia dijadikan Objek percobaan untuk kemajuan teknologi medis. Tapi ada dua pilihan harus dipilihnya. Menebus penyesalan atau memenuhi kewajiban. Saat bangun ia dipertemukan dengan robot andr...