CHAPTER 7 - What's Happened?!

188 11 12
                                    

– 6 November 1916 –

.

London, Kediaman Wellesley

.

Perpaduan wangi musk dan air mawar yang kurang lebih dua hari ini mengelilingiku tidak lagi membuat ku tenang dan nyaman. Setelah kejadian waktu itu, walaupun nada bicara dan tatapan yang ditunjukan Mr. Phelan, eh maksudku, Lord Colin kepadaku tidak begitu mengenakkan tapi dia masih bersedia untuk menampungku dirumahnya. Sudah dua hari aku tinggal di sini tapi aku masih belum tahu bagaimana caranya untuk kembali ke masaku. Ya, rasanya aku mulai percaya bahwa aku sudah kembali ke masa lalu dan itu membuatku sedikit frustasi.

Bagaimana kalau aku tidak bisa kembali?

Seketika aku bergidik ngeri ketika kalimat itu muncul di benakku. Aku sangat tidak suka memikirkan hal buruk seperti itu. Jadi, terkadang aku masih mensugestikan diriku bahwa sebenarnya aku sedang dikerjai oleh keluargaku atau aku sebenarnya sedang berada di dalam sebuah acara televisi yang dibintangi oleh si Mr. Phelan itu. Yah, sebuah acara televisi yang menggunakan bantuan kamera tersembunyi untuk melihat reaksi bodoh dari bintang tamunya. Jika memang seperti itu, dapat dipastikan para penonton dan juga kru acara ini sudah menertawaiku habis-habisan. Apalagi abangku yang tersayang itu. Awas saja kalau memang terjadi, aku akan membunuhnya!

Tapi aku rasa takdir tidak berpihak padaku. Selama disini aku tidak menemukan satu pun tanda-tanda adanya kamera dipasang di bangunan ini. Kalaupun ada, berarti mereka sangat profesional sampai-sampai tidak ada celah sedikitpun baik pada kamera ataupun lokasinya. Seperti sungguhan! Akting para aktornya pun sangat meyakinkan, terumata Mr. Phelan yang menjadi Lord Colin Wellesley itu. Dia harus mendapatkan award untuk itu.

Aku menghela nafasku, memikirkan hal tadi saja sudah membuatku terasa sangat lelah dan mengantuk. Pandanganku hanya menerawang melihat bunga-bunga yang ada ditaman yang ada dibawahku. Hingga sudut mataku menangkap ada sebuah mobil yang akhirnya berhenti tepat di depan kediaman Mr. Phelan.

Filbert salah satu pelayan di kediaman Mr. Phelan membukakan pintu mobil itu dengan berhati-hati. Membungkuk hormat ketika pria yang ada sebelumnya berada didalam mobil keluar. Pria itu mengenakan frock coat berwarna gelap yang tampak elegan dan cocok dengan tubuhnya yang tegap dan gagah. Bagian atas wajahnya terlindungi oleh topi yang ia kenakan namun aku dapat melihat ujung rambutnya yang berwarna coklat tembaga menyentuh kerah belakang coat-nya dan senyumannya! Senyuman yang khas. Dan... Aku merasa tidak asing dengan senyuman khas itu.

Aku masih menimbang-nimbang dimana aku pernah melihat senyuman itu sambil terus memperhatikan bahwa Higgins, kepala pelayan kediaman keluarga Wellesley, telah datang dan membukakan pintu utama menyambut pria itu dengan hormat.

'Dia pasti salah satu kolega Mr. Phelan.' Pikirku.

Lalu ketika aku mulai mengingat siapa pemilik senyuman itu, sedetik kemudian aku merasakan jantungku berhenti berdetak saat pria asing itu membuka topinya. Astagah!

Segera aku menegakkan tubuhku dan bangkit dari posisi bermalas-malasku. Dengan sedikit tergesa-gesa aku membuka pintu kamar dan berlari menuju tangga utama. Mengacuhkan suara tercekat dari para pelayan yang terkejut melihatku berlari dengan sangat tidak sopan; aku menarik rok berwarna hijau terang yang aku kenakan hingga tepat dibawah lututku, memamerkan betisku yang aku anggap biasa-biasa saja.

Masa bodoh dengan semua itu! Perasaanku saat ini benar-benar tidak karuan; senang, sedih, dan kesal, semuanya bercampur menjadi satu. Dan ketika aku melihat sosok pria itu berada tidak jauh dari ujung tangga utama, tanpa sadar aku langsung melompat dan memeluk pria itu. Mengabaikan reaksi terkejut yang berubah jadi murka dari Mr. Phelan dan kepala pelayan Higgins disana.

LOST [ DISCONTINUED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang