Shin Jeyoo's POV
Sinar matahari yang masuk menembus celah jendela yang sengaja dibuka oleh ibuku membangunkanku. Dan sinar matahari yang mengenai kulitku ini adalah tanda bahwa hari sudah pagi. Aku masih tetap berada di atas kasur di kamarku, walaupun aku sudah terbangun. Entah hari ini rasanya malas sekali untuk pergi bangun dari ranjangku ini. "Yakk!! Shin Jeyoo, bangunlah!. Kau bisa terlambat sekolah jika kau tetap berguling-guling di atas kasurmu itu" Itu adalah suara ibuku yang membangunkanku. Meskipun aku masih mengantuk, akhirnya aku memaksakan diriku untuk beranjak dari ranjangku ini dan pergi ke kamar mandi. Aku tidak pernah membantah semua perintah ibu, karena ibulah satu-satunya orang tua yang aku punya. Namaku Shin Jeyoo, siswi kelas 12 atau siswi tingkat akhir di Seoul National High School, *abaikan please ini ngarang namanya* salah satu sekolah bergengsi di Seoul.
Setelah selesai mandi dan berbenah, aku pergi ke meja makan untuk sarapan. Saat tiba di meja makan, aku melihat ibu yang lebih dulu makan tanpa menungguku. Aku tahu, setelah ini ibu harus pergi kerja. Aku mendudukkan diriku di kursi meja makan yang berhadapan dengan ibuku. Lalu, aku mengambil makanan dan mulai memakanya. Kulihat ibuku sudah selesai makan dan bersiap pergi meninggalkanku untuk bekerja. "Ibu akan berangkat?" Tanyaku. "Iya. Ibu hari ini akan pulang terlambat. Nanti jika kau sudah pulang, jangan lupa untuk melakukan pekerjaan rumah seperti biasanya. Nanti ibu akan membelikan ayam goreng kesukaanmu" jawab ibu. "Baiklah ibu". "Bersekolahlah dengan sungguh-sungguh, Jeyoo-ah agar kau bisa mewujudkan impianmu." Ucap ibu sambil mengelus pucuk kepalaku sambil mencium keningku, kemudian aku mencium tanganya. Lalu, ibu keluar dari rumah untuk pergi bekerja.Entah sampai sekarang aku tidak tau apa pekerjaan ibuku. Ibu tidak pernah memberitahuku tentang pekerjaanya dan saat aku bertanya tentang pekerjaanya, ibu selalu mengatakan bahwa itu bukan urusanku. Sungguh aku sangat penasaran dengan pekerjaan ibuku tapi sekali lagi, aku tidak ingin membantah perkataan ibu.
Dan ayahku, beliau sudah meninggal sejak aku masih kecil. Bahkan ibu bilang, ayah sudah meninggal saat aku masih berada di dalam kandungan. Oleh karena itu, aku sangat-sangat menyayangi ibuku karena aku tidak pernah sama sekali mendapat kasih sayang dari seorang ayah seperti yang teman-temanku dapatkan. Terkadang aku merasa iri kepada mereka, para temanku, yang mendapatkan hadiah dari orang tua mereka, dijemput oleh orang tua mereka saat pulang sekolah, makan bersama orang tua mereka, dan masih banyak hal lain lagi. Intinya, aku sangat ingin merasakan kehangatan sebuah keluarga.
Setelah sampai di sekolah, aku berniat menuju ke kelas ku yang berada di lantai dua. Sepanjang perjalanan menuju ke kelas, aku melihat ada keributan di aula sekolah. Saat aku melangkahkan kakiku kesana, ada seseorang yang menarikku seolah mencegahku untuk pergi kesana. Saat aku menoleh ke belakan, aku mendapati sahabatku, Kim Ha In yang sedang menggelengkan kepalanya padaku mengisyaratkan bahwa ia melarangku pergi kesana, akupun mengerutkan keningku. Tapi, dia langsung menggenggam pergelangan tanganku erat seraya berjalan meninggalkan aula.Setelah sampai di kelas, aku melepaskan genggamannya dan bertanya "Ada apa sebenarnya disana? Kenapa kau sampai menyeretku pergi dari sana, Ha-in-ah?". "Jeyoo-ah, kita tidak perlu berdesak-desakan untuk melihat apa yang terjadi disana. Nanti juga kita pasti akan mendapat informasi dari teman-teman yang lainya" jawab Ha-in dengan santainya. Tapi kali ini aku menyetujui ucapan Ha-in, karena menurutku kali ini dia benar daripada biasanya yang hanya berbicara omong kosong.
Saat jam istirahat, Ha-in mengajakku untuk pergi ke kantin sekolah. Tanpa penolakan, aku dan Ha-in pergi ke kantin sekolah. Seperti biasa, kantin sekolah akan selalu ramai oleh siswa-siswi yang sedang berada disana entah untuk makan, bergosip, saling bertegur sapa, ataupun untuk hal lain yang mereka lakukan saat istirahat. Dan seperti biasa juga, aku melihat laki-laki yang selama ini mencuri hatiku, Kim Junmyeon namanya, ku akui aku jatuh cinta, bahkan tergila-gila padanya. Sayangnya, aku tidak berani untuk mengatakan bahwa aku mencintai Junmyeon kepada siapapun karena aku sadar, aku tidak pantas untuk Junmyeon. Ku lihat Junmyeon sedang bersama dengan genk-nya, Geng EXO, genk yang terdiri dari 12 orang calon pewaris perusahaan keluarga mereka. Tidak heran jika banyak yang menggilai anggota genk tersebut. Tidak hanya tampan, beberapa di antaranya termasuk siswa yang berprestasi di sekolah ini, walaupun di antara mereka juga ada siswa yang dijuluki 'bad boy ' oleh seluruh warga sekolah.
Setelah selesai makan, kami berdua kembali ke kelas kami karena bel masuk akan berbunyi 5 menit lagi. Kulihat Kyungsoo dan Sehun, anggota genk EXO yang satu kelas denganku, tengah memasuki ruang kelas kami. Kyungsoo adalah siswa yang paling pandai di sekolah ini, ia selalu saja mendapatkan peringkat 1, berbeda dengan Sehun. Sehun adalah seorang bad boy yang tidak pernah peduli tentang pendidikanya. Untuknya, berangkat sekolah hanyalah untuk mendapatkan semua fasilitas yang akan ia dapat dari orang tuanya jika ia pergi menuntut ilmu. Lihatlah betapa beruntungnya dia, tapi dia tidak pernah bersyukur atas keberuntungan yang ia dapatkan.
Bel telah berbunyi, pertanda bahwa pelajaran telah usai. Aku mulai membereskan semua peralatan sekolah yang berada di atas bangku dan memasukkanya ke dalam tas berwarna biru milikku. Aku baru ingat bahwa aku belum mengetahui informasi apa yang tadi dipajang di aula sekolah. Kemudian, aku berbalik dan bertanya kepada temanku yang duduk di belakangku dan Ha-in, Yongjae. "Yongjae-ah apa informasi yang dipajang di aula tadi?" Tanyaku pada Yongjae. "Oh itu, itu hanya tentang ujian kelulusan kita. Kita hanya disuruh untuk melunasi uang bulanan kita sebelum ujian kelulusan dimulai. Pembayaran terakhirnya 2 hari sebelum ujian, tepatnya hari sabtu pekan ini" jawabnya. Aku menghela nafasku kasar mengingat kami harus membayar uang bulanan 2 kali lipat dari biasanya. Aku bingung harus bagaimana. Aku tidak mungkin meminta kepada ibu lagi untuk melunasinya, karena baru saja minggu lalu aku meminta uang pada ibu untuk membayari buku-buku penunjang yang harganya sama sekali tidak murah.
"Baiklah jikalau begitu, terima Kasih atas informasinya, Yongjae-ah." Gumamku pelan sambil menepuk pelan pundaknya. "Ha-in-ah, ayo kita pulang!!" Lanjutku pada Ha-in. "Kajja" jawabnya ceria sambil menggandeng tanganku."Ehmm, Ha-in-ah aku ingin ke kamar mandi. Bisakah kau tunggu aku disini? Jika kau keberatan, kau boleh pulang dulu" ucapku pada Ha-in. "Baiklah, maafkan aku Jeyoo-ah hari ini oppaku mengajakku untuk berbelanja bulanan, jadi aku akan pulang dulu. Aku tidak bisa menemanimu" ujarnya dengan nada kecewa. "Tidak apa-apa Ha-in, pulanglah kalau begitu. Berhati-hatilah Ha-in-ah. Sampai jumpa besok" ucapku sambil mencubit pipinya yang chubby itu. "Sampai jumpa besok juga, Jeyoo-ah" teriaknya setelah meninggalkanku sambil melambaikan tanganya ke arahku.
Setelah itu, aku pergi ke kamar mandi perempuan yang letaknya tak jauh dari kelasku. Disini sangat sepi sehingga aku sedikit takut. Saat sudah sampai di depan kamar mandi, aku mendengar suara samar yang aku yakini bahwa ini adalah suara desahan seorang wanita. Aku tidak sepolos seperti apa yang mereka katakan, aku tahu semua yang harus diketahui oleh gadis berusia 18 tahun. Refleks aku berjalan ke arah sumber suara. Aku yakin bahwa suara itu berasal dari kamar mandi laki-laki. "Ouchh..there...ahhh...ahhh...cepatlah Sehun, ak..u...sudah...tidak..tahan...la..gi" desahan wanita itu terdengar semakin keras. Dan tadi dia menyebut nama Sehun? Apakah Sehun sedang membawa mangsanya lagi?. "Sedang apa kau disini, nona Shin?" Tanya seorang laki-laki yang suaranya sudah sangat kukenali, itu adalah suara Junmyeon. "Ehmm.. aku tadi hanya ingin pergi ke kamar mandi, tapi aku mendengar ada desahan seorang wanita jadi aku mencoba untuk mencari dari mana suara ini berasal" jawabku tegas tanpa keraguan. "Benarkah? Atau jangan-jangan..." Junmyeon menggantungkan kalimatnya dan menampilkan seringaian yang tercipta dari bibirnya itu.
Sial, dia sangat tampan.
"Junmyeon-ssi, aku pulang dulu. Sampai jumpa" ucapku berusaha meninggalkanya, tapi dia malah menahanku dengan memegang pergelangan tanganku. "Tunggu" ucapnya terkesan memerintah. Aku membalikkan badanku dan sekarang aku menghadap ke arahnya, sehingga aku dapat melihat wajahnya dalam jarak yang sangat dekat. "Ada apa, Junmyeon?" Tanyaku dengan gugup. "Aku hanya mengingatkanmu Jeyoo, jangan coba-coba untuk mengulangi hal ini lagi jika kau masih mau mempertahankan kehormatanmu itu. Kau tahu benar siapa Sehun kan? Aku harap kau tidak seperti perempuan yang saat ini sedang bercinta denganya" ucapnya memperingatkan yang membuatku bergidig ngeri, tapi entah kenapa aku sangat senang karena Junmyeon lah yang mengingatkanku dan lagi, dia tak kunjung melepaskan genggamannya pada pergelangan tanganku. "Aku mengerti, Junmyeon. Tapi, bisahkah kau melepaskan ini" pintaku sambil mengalihkan pandanganku ke arah pergelangan tanganku. "Oh. Maafkan aku" ucapnya sambil melepaskannya. "Baiklah Junmyeon, aku pulang dulu".
"TUNGGU!!!"
.
.
.
TBCPart 2 bakal aku publish kalo readers nya udah lebih dari 10 yaa. Budayakan vote dan comment yaa!
감사합니다 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Deserve To Be Your Lover, Kim Junmyeon? (EXO SUHO FF)
Fiksi PenggemarMain cast : Suho EXO as Kim Junmyeon You / OC as Shin Jeyoo Warning : PG 17+