BAB IV : Maniak Kelinci

35 7 2
                                    

Cindy POV

"Cindy! Bangun!" Aku membuka mataku saat suara khas Bunda membangunkanku.

"Duh Bunda, Cindy masih mengantuk." ucapku sambil menarik selimut dan langsung menutupi lagi tubuhku.

"Cindy, ayo bangun! Lihat sudah pukul tujuh sayang, nanti kamu terlambat ke sekolah!" cerocos bunda sambil berkacak pinggang.

Aku langsung menoleh pada jam di kamarku, dan seketika mataku terbuka lebar. Astaga aku telat! Gawat tinggal 30 menit. Dan sialnya lagi pelajaran pertama hari ini adalah Bu Dila, matilah aku hari ini. Bu Dila adalah guru ekonomi yang terkenal sebagai killer teacher, ah bisa kena hukuman lagi kalau aku terlambat.

"Huuaa~ kenapa Bunda gak bangunin aku dari tadi sih?" ucapku memarahi Bunda sambil melompat dari tempat tidurku dan berlari ke arah kamar mandi dengan nafas memburu.

"Bunda udah bangunin kamu dari jam enam. Kamu nya aja yang susah dibangunin..." teriak Bunda dari kamarku. Dan setelah itu aku tak mendengar lagi celoteh Bunda.

Aku langsung bergegas membersihkan tubuhku. Dalam waktu kurang 10 menit aku sudah siap dengan pakaian sekolah dan berlari menuruni tangga menuju dapur untuk sekedar meminum susu. Oh ya aku baru ingat kalo hari ini jadwal piketnya Zero pantas saja dia gak datang ke rumah seperti biasa.

***

"Cindy, ayo sarapan dulu! Bunda sudah buatkan kamu susu putih juga loh." ajak bunda sambil terus mengunyah roti dimulutnya.

"Pagi Bunda, Ayah. Aku langsung berangkat saja. Zero hari ini tidak menjemputku kerena ada jadwal piketnya. Berhubung Kelas dimulai 20 menit lagi, jadi Cindy harus menunggu busway terlebih dahulu dan itu pasti memerlukan waktu yang lama dan itu-"

"Baiklah Cindy, cepat kau berangkat. Jika kau terus berceloteh, kau akan benar-benar terlambat." potong Ayah.

Aku pikir Ayah memang benar, aku juga harus menyiapkan tenagaku untuk lari  maraton nanti. Aku langsung meneguk susu putih itu,

"Ummn, oke Ayah, Bunda aku berangkat sekolah dulu, Bye~!" Aku segera menyalami ayah dan bunda bergantian.

"Hmm... hati-hati, Cindy!" kata Bunda.

"Iya." jawabku berteriak sambil terus berlari.

Dari kejauhan aku melihat bus masih menaikkan penumpang belum jalan, Aku segera mempercepat lariku dan segera masuk ke bus itu.

***

Sampainya di sekolah aku melihat gerbang belum di tutup sama pak Reza. Ku lirik jam tanganku yang menunjukan pukul 07.26. Empat menit lagi bel, nyaris saja aku terlambat. Aku segera lari menuju ke lokerku yang berada di ujung sekolah. Setibanya di depan lokerku yang bernomor 21. Aku segera membuka loker. Dan kemudian tampaklah jejeran hadiah yang diberikan oleh penggemar-penggemar fanatikku. Boneka, surat cinta, cokelat dan beberapa aksesoris yang sengaja di letakkan di dalam lokerku. Mataku terfokus pada amplop berwarna biru langit dengan tempelan stiker gambar kelinci sebagai perekatnya.

Aku segera mengambil hadiah dari lokerku dan aku masukkan ke dalam paper bag yang sudah aku persiapkan seperti biasa, kecuali surat yang menggemaskan itu.

Aku segera menyelipkan surat menggemaskan tersebut ke dalam buku pelajaranku. Mengingat jam pertama sudah dimulai, aku segera memeluk buku pelajaranku dan mulai berlari dengan kekuatan maksimum sebelum Bu Dila, guru ekonomi yang galaknya minta ampun masuk ke dalam kelas.

Aku segera masuk ke kelas. Beruntung, Bu Dila belum masuk ke kelas.

"Huaa~ aku selamat..." ucapku sambil mengatur napas dan berjalan ke tempat dudukku dengan lunglai.

The ChrysalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang