BAB V : Sang Ketua

33 6 5
                                    

Leon POV

"Cindy!"

Panggil gue ke Cindy yang sontak menolehkan kepalanya ke arah gue yang berada di depan kelas.

"Ada apa?" sahutnya.

"Cindy, kau udah makan?" tanya gue bersemangat.

"Belum."

"Baiklah kalau kau belum makan. Ayo, kita ke kantin ! Gue yang traktir."

Gue lalu menarik tangannya sedikit paksa.

"Leon apa-apaan sih? Main tarik-tarik saja!" bentak Cindy kesal.

"Oh sorry, gue rasa ini efek dari kelaparan. Cindy ayo ke kantin~" bujuk gue dengan puppy eyes yang benar-benar gagal.

"Baiklah...." ucapnya dengan suara datar. Tapi gue tahu, pasti dia mau-mau aja, yah berhubung dia temen baik gue.

Sesampainya di kantin, kami sudah melihat Zero tengah duduk di bangku kantin paling pojok dekat dinding pembatas antara kantin dan taman belakang. Cindy yang ngerasa itu Best Place langsung berlari ke arah Zero.

"Tumben kamu pinter milih tempat?" tanya Cindy.

"Hanya ini meja yang kosong." jawab Zero singkat sambil menyeruput minuman berwarna orange di tangannya.

"Lo mesen duluan?" tanya gue yang melihatnya memegang cup minuman.

"Bukan. Ada anak perempuan dari kelas sepuluh yang memberikan ini padaku."

"Ehem" Cindy berdehem pelan, mencoba mengejek Zero. "Oh, jadi lo sekarang punya secret admried gitu?"

"Mana ada, sih secret admired ngasihnya langsung !" kata gue menimpali perkataannya yang sok tau itu.

"Sebenarnya ibu kantin yang memberikan ini padaku. Dia bilang kalau ada anak perempuan kelas sepuluh yang memintanya." jelas Zero lagi.

"Tuh kan, kamu sih sok tau. Aku yakin, pasti dia gak berani deketin secara langsung. Apalagi dia masih kelas sepuluh !" balas Cindy sok benar.

"Serah lo deh. Daripadi nyerocos mending lo pesan makanan aja sana?" Gue mendorongnya pelan, "Pesan makanan yang biasa aja. Pakai uang lo dulu, nanti gue ganti."

Cindy hampir menolak tetapi keburu gue dorong tuh, haha. Gue menyerobot minuman yang ditangan Zero lalu meneguknya sampai habis. Sambil-sambil nunggu Cindy, gak ada salahnya kan minum?

Beberapa menit kami menunggu, Cindy belum datang datang juga. Dari tempat duduk, gue ngeliat dia lagi ngobrol sama anak cowok sambil megang nampan di tangannya. Tumben tuh anak mau ngobrol sama anak cowok dari kelas lain? Selain si Zero sih pastinya.

Gue memeerhatikan mereka dari tempat duduk. Kayaknya wajah tuh anak gak asing, deh. Dimana ya gue pernah lihat dia?

"Cin, cepetan dong !" teriak gue kuat hingga seluruh kantin menatap gue. Bodolah ditatap gitu, yang penting gue bisa makan cepat.

Cindy menoleh lalu melotot karena teriakan gue. Dia kemudian balik ke meja sebelum setelahnya pamitan dengan cowok berandalan yang berbicara dengannya.

"Apaan sih kamu?! Alay banget teriak-teriak gitu?" katanya yang hanya gue balas dengan cengiran kuda.

"Abisnya lo lama banget. Gue udah laper nih." balas gue tak mau kalah.

"Kalau mau cepat kenapa harus nyuruh aku. Kamu kan punya kaki tangan untuk mesan sendiri." jawabnya marah.

"Bukannya lo ya yang mau-"

The ChrysalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang