Kibum

22 1 1
                                    


Sebuah tangan kekar hangat tak terasa melingkar diperutku. "K-kibum? I-itukah kau?" Tanyaku gugup, masih dengan tatapan mata yang terpaku, saraf kakiku tak mampu bekerja, seolah-olah membeku oleh adegan dihadapanku itu.

"Ne.. Jihyun-ah, aku tahu kau mencintainya. Menangislah jika kau merasa itu perlu. Tetapi setelah itu, kau tak boleh berduka lagi, tak boleh bersedih lagi," ucapnya lembut. Suaranya mengalun indah ditelingaku. Nafasnya terasa hangat dileherku.

"K-Kibum-ah, cinta itu m-menyakitkan ya.." Ucapku sesengukan. Bulir itu asik dengan dirinya sendiri, terjun bebas dari mataku yang sudah memerah ini.

"Cinta itu tak menyakitkan Jihyun-ah. Perpisahanlah yang menyakitkan. Kehilanganlah yang menyakitkan. Jika Cinta itu menyakitkan, percayalah, hal itu bukanlah Cinta. Cintalah yang menutup luka itu dan membuat kita bahagia kembali," ucap Kibum. Air mataku kembali mengalir dengan deras setelah mendengar ucapannya itu.

"Jja! Kita kembali. Kau tak boleh larut dalam kesedihan terlalu lama Jihyun-ah," ucapnya kemudian memegang pundakku dan membalikkan badanku.

Kibum.
Tulus. Satu kata yang menggambarkannya. Cintanya tulus padaku. Sayangnya tulus padaku. Perhatiannya tulus padaku. Meski tak seperti Jinki, meski tak seindah Jinki, tapi perasaannya lebih dari sosok Jinki. Seandainya aku bisa, aku akan lebih memilih untuk mencintainya. Tapi apa daya, sosok Jinki masih belum mengembalikan hatiku.

L for L.O.V.E (L.O.V.E SERIES)Where stories live. Discover now