Bagian 5

12.9K 970 68
                                    


Ali melemparkan tasnya kesembarang arah. Menjatuhkan dirinya pada kasur empuk yang sangat dia butuhkan untuk tubuhnya yang terasa sangat lelah.

Matanya memandang langit-langit kamar yang masih asing untuknya itu. Menerawang jauh kedepan. Membayangkan kelakuannya yang dulu. Kelakuan yang sangat amat buruk dimata orang dan dia baru menyadari itu semua. Ya, penyesalan selalu ada. Dan datang selalu terlambat.

Tapi mau bagaimana lagi? Ali tak akan bisa mengulang waktu lampau.

Klek

Ali menoleh kearah pintu kamar. Dia tersenyum geli melihat ada seseorang yang mengintipnya dari luar. Astaga, lucu sekali anak itu.

"Ngapain disitu? Masuk aja." Ujar Ali seraya beranjak duduk.

Prilly, yang ada diluar kamar itu menyembulkan kepalanya. Memperlihatkan cengiran lebarnya pada Ali.

"Kenapa?"

Prilly menggigit kukunya takut. Gadis itu terlihat menunduk dan sedang berpikir.

"Bilang aja, gak apa-apa."

Prilly mengangkat kepalanya, lalu melangkah memasuki kamar Ali.

"Prilly.. Anu.. Prilly mau eskrim,"

Ali menaikkan sebelah alisnya. Menatap heran Prilly yang menatapnya takut. Sebegitu menyeramkannya kah seorang Ali di mata Prilly?

"Kok kamu jadi kayak takut gini sama kak Ali, Prill?" tanya Ali yang ingin mengutarakan apa yang ada di pikirannya.

Prilly menelan salivanya susah payah. Dia perlahan memundurkan langkahnya. Takut jika tiba-tiba Ali marah dan membentak seperti di sekolah tadi.

"Kalo kakak gak mau, gak apa-apa kok!" Seru Prilly takut dan langsung berlari terbirit keluar dari kamar Ali.

Ali yang melihat perubahan sifat Prilly itu terkekeh geli. Antara gemas dan heran melihat gadis itu.

Pria itu kemudian menghela nafas lelah, lalu melirik jam tangannya. Dia segera beranjak dari duduknya, mengambil kunci mobil yang dipercayakan oleh Alan padanya. Merenggangkan sedikit otot-ototnya dan berjalan keluar dari kamar.

.....

Ali memasukkan plastik putih berisikan beberapa eskrim kedalam freezer, lalu mengambil satu bungkus eskrim kemudian menutup lemari esnya.

Dia berjalan kearah kamar milik Prilly, mengedarkan pandangannya saat pintu kamar Prilly sudah dibukanya.

Dia tersenyum sekilas saat mendapati Prilly sedang berdiri di balkon kamar. Entah apa yang diperhatikan gadis itu, Ali mendengar gadis itu tertawa berkali-kali.

Dengan jahil, Ali berjalan mengendap-endap kearah Prilly. Lalu secara tiba-tiba menyentuhkan satu bungkus eskrim yang ada ditangannya ke wajah Prilly. Membuat gadis itu terpekik kaget.

"Hahahaha.."

Ali terbahak saat melihat wajah Prilly yang benar-benar lucu. Gadis itu menekuk wajahnya dan menatap Ali sebal.

"Kak Ali! Ih!" Serunya kesal.

Ali berusaha meredam tawanya sambil mengusap setitik air mata yang keluar dari sudut matanya.

Dalam hati Ali terhenyak. Sudah lama dia tak pernah tertawa sedalam ini hingga air matanya menetes. Dia benar-benar tak ingat kapan dia tertawa selepas ini. Memang dulu dia bahagia, bahagia yang hambar.

"Prilly marah!" Ali terkesiap mendengar pekikan gadis yang berdiri di sampingnya itu. Astaga, Ali bahkan melupakan tujuannya kesini.

"Maaf ya. Habisnya kamu asik banget sampe gak sadar pintu kamar kebuka. Ngeliat apa sih, hem?" tanya Ali sangat lembut membuat hati Prilly berdesir. Namun sungguh, Prilly tak dapat menerjemahkan apa yang dia rasakan kini.

Baby Sitter In Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang