Bagian 2

15.5K 1.1K 32
                                    

Ali menurunkan koper besarnya dengan susah payah dari dalam mobil. Dia mendesis kesal karena sang sopir tak mau membantunya. Saat pemuda itu meminta bantuan sopir itu, sang sopir malah berbicara Maaf Den. Pesen tuan, saya tidak boleh membantu aden selain mengantarkan aden kesini. Benar benar membuat Ali kesal bukan main.

Sesaat setelah Ali berhasil menurunkan kopernya dan menutup pintu bagasi, mobil yang mengantarnya tadi langsung pergi tanda kata pamit sedikitpun.

"Ajegile! Pak Asep bener bener cari masalah sama gue"Gerutu Ali menatap mobil Bmw hitam yang mulai menjauh itu.

Ali menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu membalikkan badannya untuk melihat rumah majikannya.. Mungkin. Oh Tuhan. Ali belum percaya jika dia akan turun derajat.

Ali menatap rumah besar yang ada dihadapannya itu dengan wajah melongo. Kepala pemuda itu menggeleng beberapa kali sambil berdecak kagum melihat bangunan megah berlantai tiga dihadapannya. Sungguh tidak pantas disebut rumah, melainkan istana.

"Ini sih istana. Temen Papa kaya banget, men"Gumang Ali yang masih menatap kagum rumah itu.

"Maaf Mas, cari siapa?"

Ali terlonjak kaget mendengar suara bass yang mengejutkan itu.
Sambil mengelus dada, pandangan Ali beralih kegerbang yang menjulang tinggi dihadapannya. Dibalik gerbang itu terdapat seorang pria berumur 40-an berbaju hitam menatapnya penuh tanya.

"Ini Pak.. Saya Ali-"

"Oh.. Mas Ali. Silahkan masuk, Mas"Ucap satpam itu sambil membukakan gerbang bercat warna gold itu.

Dengan langkah yang sedikit ragu, Ali berjalan memasuki pekarangan rumah itu. Sambil menguatkan hatinya untuk memulai perjalanan hidup yang menyedihkan. Hiks.

Sesampainya di ruang tamu, ada seorang wanita tua berumur 50-an menyambut Ali dengan senyuman hangat. Ali hanya tersenyum kikuk, karena baru kali ini dia bersikap manis didepan orang. Oh gosh! Ini sangat menyiksa batin Ali.

"Mari, Mas. Saya antar kekamar"

Ali mengangguk, lalu berjalan dibelakang wanita itu dengan menyeret kopernya yang berat.

Sesampinya dikamar, dia memandang sekeliling ruangan itu.

"Not bad"Gumang Ali.

"Apa Mas?"Tanya wanita itu yang mendengar gumangan Ali namun tak terlalu jelas.

"Ah. Bukan apa-apa"Ucap Ali sambil meletakkan kopernya disudut ruangan.

"Mas Ali mau lihat orang yang akan Mas asuh, sekarang?"Tawar wanita itu. Ali berfikir sejenak, lalu mengangguk.

"Sebelumnya, nama ibu siapa?"Tanya Ali karena dia belum mengetahui nama wanita itu.

"Oh iya, saya Bi Darsih. Saya pembantu disini, Mas"

Ali mengangguk-anggukan kepala lalu mengikuti langkah Bi Darsih. Awalnya Ali sedikit heran saat Bi Darsi menaiki anak tangga. Dia pikir, apa tidak bahaya jika anak balita diberi kamar pada lantai atas.

Atau jangan-jangan.. Ali akan mengurus seorang bayi?
Ali menggeleng histeris saat pemikiran itu mengelilingi otaknya. Astaga! Apa jadinya jika benar dia akan mengurus seorang bayi. Bukan apa-apa, dia hanya berfikir apa jadinya bayi itu jika dia yang mengurus. Bisa habis.

Klekk..

Pintu kamar itu terbuka secara perlahan. Sedikit, Ali bisa melihat kamar itu berwarna biru bercampur merah muda.

"Non.."

Seorang gadis yang sedang memandang jendela kamarnya seketika membalikkan badan. Ali terpaku melihat gadis itu.

Baby Sitter In Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang