Part 3_Peringatan

30 0 0
                                    

"lo tahu siapa Resta kan ?" Arga memandang Yoga, sahabatnya yang cukup tahu kehidupan Arga, mengingat diluar sekolah mereka banyak terlibat dalam pekerjaan dan hoby yang sama. Yang dimaksud Yoga tentu saja bukan sekedar nama gadis itu yang diketahuinya, tapi lebih ke kehidupnnya, kebebasannya, kepopulerannya dan entah apa lagi.

"Gue cuma nolongin dia kemarin" Yoga mendengus ,mengenal Arga sekian lama membuatnya cukup mengenal karakter Arga yang cuek , dan tak mau terlibat masalah yang berpotensi mengungkap jati dirinya, jadi saat kemarin dia melihat Arga menolong Resta jelas ada yang salah disini dan kemungkinan besar adalah ketertarikan, sesuatu yang sanggat berbahaya apabila dibiarkan berkembang.

"Resta itu mawar, tentu cantik tapi juga berduri" Arga cukup pintar untuk menangkap suatu peringartan dari pernyataan yang dilemparkan Yoga, gadis itu akan membawa masalah untuknya. Mengingat kondisi dirinya juga tidak baik.

"Gue tahu apa yang harus gue lakukan" Yoga mengangguk mendengar suara tegas Arga walaupun sisi hatinya yang lain tidak yakin, tapi dia tahu Arga cukup pintar untuk tak mengambil resiko yang dapat menghancurkan dirinya, sementara Arga tak mungkin mempertaruhkan perjuangannya selama ini, tinggal beberapa langkah lagi dia membuktikan pada orang itu bahwa dia bisa menentukan hidupnya sendiri.

Lagi pula Arga belum ingin direpotkan dengan berbagai macam jenis perasaan, apa lagi melibatkan remaja perempuan macam Resta yang mungkin saja tidak sedikitpun akan menoleh ke arahnya seteleh ini, mengingat bagaiman asingnya mereka berdua di sekolah selam ini.

-

Resta menatap tajam vita ketika lemparan sedotan itu mengenai wajahnya"apaan sih?"desis Resta jengkel

Vita mendengus dan tersenyum masam" Gue ngerasa kecolongan"

Resta mengangkat alis tak mengerti maksud kata kata sahabatnya " maksud lo apa?"

"Lo suka sama Arga?"

Resta hampir saja menyemburkan minuman dimulutnya, kalau tidak bisa mengendalikan diri dengan baik, sementara Vita kembali menikmati sotonya tanpa peduli efek pertanyaannya tersebut.

"ngaco lo" tolak Resta dengan nada jengkel

"Heh, bicth, gue kenal lo ya, dan jelas gue tahu lo lagi kenapa" Resta merutuki kepekaan Vita terhadap dirinya hingga mudah bagi sahabatnya itu untuk mengetahui ada yang tidak beres dengan dirinya.

"Gue nggak kenapa kenapa" jawaban Resta yang justru menuai decakan Vita..

"Gue sebenarnya nggak masalah lo suka sama Arga, tapi ya..."Resta membiarkan Vita menjeda kalimatnya demi menegak es teh di depannya, mendadak Resta berminat terhadap ocehan sahabatnya itu.

"Emang dia mau sama lo? Nggak usah pasang muka gitu, lo jelas ngerti ini bukan perkara fisik" potong Vita saat melihat Resta mulai memberenggutkan wajahnya.

"Ini perkara kecuekan Arga yang nggak pernah kelihataan jalan sama cewek manapun, selama kita sekolah, dan jangan lupa juga masalah kemisteriusan cowok itu belum lagi cewek cewek populer kayak kita Cuma dianggap pembawa masalah bagi cowok lurus macam Arga itu" Resta mendadak teringat fakta yang sempat terlupakannya, jelas Arga sangat cuek apalagi terhadap makluk berjenis kelamin yang bertolak belakang dengannya, belum lagi sifat Arga yang misterius yang terkesan menutup diri.

"Udahlah Resta sayang, mending cari yang lain aja, mumpung belum berkembang itu perasaan, nanti kalau udah terlanjur cinta mati susah ngatasinya, lo bisa patah hati sendiri, mending jauhin dia"

Resta termangu, dia harus mengingat lagi, Arga adalah salah satu cowok katagori lurus disekolahnya dan sangat enggan berurusan dengan sesuatu yangt idak memberi keuntungan padanya dan justru memberi masalah padanya.

Arga jelas akan memikirkan berkali kali untu melirik gadis seperti dirinya yang pasti dianggap pembawa masalah bagi dirinya..

Resta pesimis untuk pertama kalinya menanggapi persaannya, biasanya begitu mudah baginya menarik perhatian kaum adam itu, tapi tentu saja karena itu bukan Arga.

Bukan pemuda yang diikuti temannya dengan langka lebar dan tergesa gesa melewatinya saat bel pulang sekolah berbunyi tanpa menoleh sedikitpun pada dirinya.

Resta merasa telah salah menjatuhkan hatinya pada cowok itu. Gadis remaja itu membalikan tubuhnya, melangkah menuju parkiran mobilnya dengan hati gamang.

Yang tidak diketahui Resta, bahwa Arga sempat membalikan tubuhnya memandang Rersta dengan pandangan yang sulit diartikan.

-

Resta benar benar mengumpulkan keberaniannya menatap tajam mata di depnnya, dia merutuki kebodohannya yang tertidur hingga malam hingga tak mendengar suara deru mobil laki laki brengsek yang sekarang terus melangkah maju mendekat ke Resta, sementar gadis itu sudah tak bisa mundur, punggungnya sudah menempel ke dinding dapur.

Biasanya gadis itu akan kabur dan menginap di tempat Nadia atau mengunci diri di kamar jika laki laki itu pulang tetapi sepertinya hari ini dia cukup sial, karena saat melangkah ke dapur laki laki itu tiba tiba saja di belakang Resta dengan seringaian menyebalknnya.

"Menggir" Resta berusaha melewatinya, tetapi lengannya di cekal dan secepat kilat tubuhnya di ditarik hingga tersudutkan ke dinding mata itu semakin mengintimidasi dirinya, mengirimkan sinyal berbahaya, Resta tak suka perasaan takut seperti ini.

"Anakku semakin cantik saja" tangan laki laki itu dengan kurang ajar menelusuri wajah Resta, gadis itu langsung menolehkan wajahnya berusaha menghindari sentuhan laki laki di depannya.

"lo bukan bokap gue, lo cuma laki laki bajingan yang menipu nyokap gue, dan menjebak gue terkurung di sini"

Reno Respati adalah laki laki berusia pertengahan tiga puluhan yang menikah dengan bundanya setelah kematiannya ayah Resta, gadis itu tak tahu bagaiman deteailnya, dan bagaiman bisa terjadi, bundanya dan ayahnya saling mencintai, tak mungkin setahun setelah ayahnya meninngal, dengan mudahnya bundanya menikah dengan Reno, apa lagi terlihat bahwa bundanya terlihat sanggat tunduk dan takut pada Reno jelas ada yang tidak beres. dan dengan kurang ajarnya laki laki itu menunjukan ketertarikan pada Resta, gadis itu tentu pernah mengungkapkan hal tersebut pada bundanya tetapi Reno cukup pintar dengan melabeli ketertarikan itu dengan perhatian ayah ke anaknya membuat Resta muaak.

Resta cukup beruntung saat laki laki itu mengurusi bisnisnya di luar kota, tetapi saat laki laki itu pulang Resta benar benar merasa tidak aman di rumh, apalagi saat bundanya tak ada seperti saat ini.

"Tenang saja hari ini bundamu lembur, jadi kita bisa sedikit bersenang senang" Reno memajukan wajagnya, tetapi lagi lagi Resta memiringkan wajahnya, membuat bibir laki laki itu hanya mengenai pipinya.

"Bunda" Teriakan Resta yang cukup kencang membuat Reno menoleh dan lengah, Resta segera menendang kaki laki laki itu, yang langsung melepaskan tangan yang mengurung Resta sibuk melihat kakinya yang di tendang Resta, sementara gadis itu segera berlari keluar, dia begitu buru buru hingga tak sempat mengambil kunci mobil bahkan tak memperhatikan arah larinya. Sesuatu yang jelas salah karena saat dia berhenti untuk mengatur nafasnya dan kembali melihat ke arah depan, beberapa laki laki melihatnya dengan pandangan siap memangsa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang