{22}

135 30 15
                                    

[END]

Angin malam berhembus menerpa kedua insan yang saat ini tengah menatap ke arah bintang-bintang yang bersinar tak kalah terangnya dari sang rembulan. Mereka berbaring di tengah hamparan bukit yang luas. Mereka saling diam dan hanyut dalam pikiran masing-masing.

Seorang yeoja yang sedang merenungkan masa lalunya dan seorang namja yang setia menemani yeojachingunya.

Tidak ada yang spesial dari bintang-bintang di langit itu. Hanya beberapa bintang yang bertebaran dan dua bintang yang bersinar paling terang, hanya sesimpel itu.

Yeoja itu bangkit dari tidurnya dan terduduk menatap lurus ke arah hamparan bukit yang luas itu dengan tatapan kosongnya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam dan memejamkan matanya. Membiarkan angin dingin berhembus menerpa wajah mulusnya.

Kenapa?

Kenapa kau pergi?

Beri aku alasan,

gula berjalanku..

"Chagi-ya"

Namja itu pun terduduk di samping yeoja yang dipanggilnya itu. Ia mengikuti arah pandang yeojachingunya.

"Kook-ah,"

Jungkook menoleh, didapatinya Hyesoo yang masih memejamkan matanya. Jungkook tersenyum, ia merasa beruntung bisa memiliki gadis sepertinya.

Beginikah rasanya kehilangan?

Kenapa begitu sakit?

Kenapa harus secepat ini?

Hyesoo membuka matanya perlahan, menoleh ke arah Jungkook. Ia menyernyitkan dahinya ketika melihat Jungkook tak berhenti tersenyum kepadanya.

"Mwoya?" Tanyanya dengan raut muka yang menunjukkan kebingungannya.

Jungkook menggeleng pelan, diusapnya puncak kepala Im Hyesoo, "Seharusnya aku yang bertanya padamu. Kau kenapa?"

Hyesoo menghembuskan nafas panjang dan kembali menatap ke depan.

Ada apa denganku? Bahkan akupun tidak mengerti apa yang terjadi padaku, Kook-ah.

"Apakah sesakit itu?"

Sesakit ini kah? Entahlah, aku masih tak bisa menafsirkan semua ini.

"Kalau kau butuh tempat bersandar, bersandarlah padaku. Bahuku ini lebih dari tempat bersandar bagimu, tapi juga merupakan penopang untuk semua rasa lelahmu." Jungkook berujar lembut dan menyandarkan kepala Hyesoo ke bahunya.

Jungkook merangkul gadisnya dan mengusap bahunya perlahan, "Kalau kau ingin menangis, mengangislah. Mengangis sekeras-kerasnya, biarkan dunia ini mengetahui kesedihanmu. Biarkan mereka menjadi pendengar baikmu." Ujar Jungkook dan masih mengusap bahu Hyesoo.

"Dan kau?" Hanya itu yang keluar dari bibir Hyesoo.

"Aku?"

Hyesoo mangangguk lemah di atas bahu Jungkook.

"Aku akan selalu berada di sampingmu, mendengar semua tangismu dan menjadi orang pertama yang akan menghapus air matamu." Ucapnya dan diakhiri dengan senyum yang tulus.

Hyesoo menghadap Jungkook. Kedua tatapan mereka menyatu. Hilir angin yang terus berhembus membuat rambut panjang milik Hyesoo ikut tertiup angin.

Jungkook menyelipkan beberapa helai rambut milik Hyesoo ke belakang telinganya. Keduanya tersenyum.

Perlahan, Hyesoo menitikkan air matanya yang sudah sedari tadi bertengger di pelupuk matanya. Jungkook menangkup kedua pipi Hyesoo dan mengusap air matanya.

Letters [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang