TIGA

29 1 0
                                    

   Oke, ini sedikit rumit. Jadi, Dominic yang kabur beberapa hari lalu merupakan adik sepupu dari walikota. Dominic ini memiliki dendam terhadap walikota. Kata walikota, Dominic -atau nama aslinya Nicholas- ini marah lantaran walikota menikahi pacarnya -atau mantan pacarnya. Yang artinya wanita itu adalah ibu dari Abhi. Dominic yang semasa itu baru pulang dari kuliahnya diluar negri tidak menyangka pacarnya -yang sudah lama lost contac - tengah hamil besar dan merupakan istri sepupunya sendiri. Beliau kalap dan memutuskan untuk memusuhi walikota. Setelah Abhi lahir, Dominic sempat beberapa kali mencoba mencelakainya dan juga mencoba membawa kabur Asti -ibu Abhi. Dominic berhasil membawa kabur Asti hingga sekarang Asti tidak pernah diketahui keberadaannya. Beberapa hari lalu sebelum Dominic kabur, walikota sempat menemuinya dan menanyai dimana istrinya berada. Dominic hanya menjawab Asti sudah mati.

Berkaitan dengan Abhi, walikota sengaja memalsukan kematiannya dan mengubah namanya. Alasannya karena beliau takut Dominic akan menjadikan Abhi sebagai alat untuk menghancurkannya. Dalam rekam medis, Abhi dinyatakan meninggal semasa bayi karena tenggelam. Kebenarannya, Abhi di rawat oleh keluarga nyonya Hudson. Nyonya Hudson adalah teman kuliah walikota yang dengan senang hati mau merawat Abhi. Oh ya, Abhi dulunya bernama Alkavani Rayyan. Sesuai dengan nama walikota Arrayan Stepham.

"Ngelamunin apa?" suara Yana menarikku ke realita. Aku mengangkat alis.

"Ngelamunin apa?" ulangnya. Aku hanya menghedikan bahu membalasnya. Yana memutar mata.

"Rhea, kok tumben kantin." suara lainnya membuatku menoleh. Azmi mengunyah makanannya sambil menatapku, menanti jawaban.

"Pengen aja," bohong. Ini semua karena Abhi. Tadi aku melihatnya di perpustakaan dan duduk di kursi yang biasa ku duduki. Karena malas menyapanya atau bicara dengannya, aku memilih memutar arah menuju kantin. Dan aku menghampiri Yana dan temannya, Azmi.

"Owh ..." gumam Azmi. Lalu hening, hanya suara kunyahan dan denting sendok yang terdengar.

"Eh, Abhi!" suara Yana memecah keheningan. Aku menatap malas seseorang yang sedang berjalan mendekati meja kami. Abhi. Ah! Baru juga tadi aku menghindarinya.

"Haiii," sapanya kelewat riang, aku menaikan alisku. Malas sekali aku berurusan dengannya.

"Hai mantan, gimana kabarmu? Masih jadi buaya?" Azmi terkekeh sendiri mendengar pertanyaannya. Sedeng!

Abhi duduk di sebelah Azmi, yang artinya tepat di depanku. Dia tersenyum miring, dan seketika aku merinding. Firasat buruk. "Enggak lagi kok. Lagi fokus ke seseorang nih, Mi." ucapnya santai dengan mata menatapku silet. Tajam.

"Eh ciiiyyyehh.... Siapa tuh? Tumben-tumbenan banget insyaf. Gue doa'in lo di tolak." Azmi memang kejam. Aku sendiri mengakuinya.

"Hish .... Sialan lo!" gerutu Abhi. Dia melirikku sekilas, sebelum kembali fokus mengimbangi percakapan - atau celotehan- bersama mantannya.

Aku kembali makan, sambil terus memasang telinga. Siapa tahu ada yang mencurigakan dari cerita nostalgia dua orang di depanku yang pernah menjalin cinta.

"Eh, eh, kasih tahu dong! Siapa sih cewek yang lo maksud?" mendengar pertanyaan Azmi, Abhi malah menoleh padaku dan menatap tepat dimataku. Jangan bilang seseorang-nya itu, Aku? Dia kan menembakku kemarin. Ah Tiddaaakk....

"Rh,--" Abhi baru saja membuka mulut, tapi bunyi nyaring bel mencengah. Untuk alasan yang tidak jelas, aku bersyukur. Menghela nafas lega seolah aku baru selamat dari maut. Kata lainnya Abhi.

"Gue ke kelas duluan yah!" pamitnya.
  Dia hilang. Maksudku, hilang dari pandangan. Aku menatap Yana dan Azmi yang terburu-buru menghabiskan semangkuk mie ayam. Yana menghabiskan lebih dulu, dia kemudian mengelap sudut bibirnya dengan serbet dan menyesap jus jeruk yang tersisa hingga habis. Sementara Azmi yang memang terkenal bersifat anggun, belum menyelesaikan makannya.

010Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang