#Part 2

72 17 3
                                    

Hari ini gue ada kuliah pukul 08.00 pagi. Sebenarnya, gue malas kalau ada kuliah pagi begini. Dengan berat hati aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Setelah mandi aku memakai kaos polos berwarna biru donker dan celana jeans berwarna abu – abu dan rambut yang dikucir satu seperti biasa. Aku bukan tipe wanita yang suka memakai rok. Mamahku selalu ngomel karena aku cuek terhadap penampilanku. Menurutku, kita kan harus menampilkan apa yang bikin kita nyaman kan?

Setelah sarapan gue memakai sepatu sneakers nike berwarna hitam.

Mamah mencolek lenganku "Rachel, diluar ada temen kamu ngajakin bareng katanya."

Gue heran, baru kali ini ada yang ngajak ke kampus bareng. Lalu aku berpamitan dan pergi keluar rumah untuk menemui si penjemput itu. Diluar ada sebuah mobil Chevrolet Camaro. Wah, mobil ini mewah sekali. Lalu si pemilik mobil keluar, dan ternyata adalah Wira. Pria yang tadi malam sepayung denganku. Dia berbeda sekali dengan tadi malam. Hari ini dia mengenakan kemeja berwarna putih dan lengannya yang panjang itu dilipat sampai siku dan sebuah jam tangan bermerek G-Shock hitam ditangan kirinya. Keren sekali.

"Hei, bareng gue yuk?" kata Wira sambil tersenyum lembut kepadaku.

"Mm, yaudah yuk." Aku agak gugup melihat Wira setampan ini. Aku masuk ke mobil yang kursinya empuk sekali. Aku tidak pernah semobil dengan pria kecuali papahku atau kakak laki – lakiku. Di mobil ini hanya terdengar suara radio dari Gen fm yang sedang mengalunkan lagu Justin Bieber – Sorry. Ini lagu favoritku. Sesekali aku menyanyi mengikuti alur lagu ini.

"Suka lagu ini ya?" Wira memandangiku sambil tersenyum geli. Mungkin karena suaraku yang tidak bagus.

"Iya ini lagu favorit gue banget." Jawabku dengan semangat.

"Mmm, lo mau kan jadi temen gue?" entah mengapa Wira gugup mengatakan hal ini.

"Why not? Gue bisa kok temenan sama siapa aja. Jadi sekarang lo juga temen gue." Jawabku sambil menepuk bahunya.

"Makasih yah, kira – kira nanti habis lo kuliah ada waktu gak? Temenin gue muter – muter sini dong, gue kan gak tau daerah sini."

"Nanti jam 10 gue tunggu lo di loby kemarin aja, Wir." Lalu aku keluar mobil dan meninggalkan Wira untuk menuju kelas.

saat aku berjalan menuju kelas tiba – tiba ada seseorang mengagetkanku dari belakang. Sudah pasti dia adalah Bobby. Bobby adalah temanku dari SMA. Dia adalah temanku terakrab disini. Banyak sih temen selain dia. Tetapi, aku merasa lebih nyaman kalau di dekat Bobby. Dulu, waktu SMA aku pernah naksir dia saat kelas 11. Tetapi, aku menyembunyikannya karena Bobby adalah kekasih Dea yang teman dekatku. Aku dan Bobby dekat semenjak dia putus dengan Dea saat kelas 12 akhir. Kita bersahabat. Rasaku terhadap Bobby sudah hilang. Aku menganggapnya seperti kakakku sendiri. Begitu pula dengan Bobby, dia menganggapku seperti adiknya sendiri.

"Chel, habis kuliah makan yuk?" Bobby mengajakku sambil mengusap kepalaku.

"Habis kuliah? Gak bisa, Bob. Gue udah terlanjur janji mau main keliling Jakarta sama temen."

"Temen? Siapa? Baru kali ini ada yang ngajak lo keliling Jakarta selain gue. Pacar? Gebetan baru lo?" jawab Bobby sambil mendelikkan matanya.

"Ah yaelah, gebetan apaan?! Dia itu temen baru sekaligus tetangga baru gue, Bob."

"Kok lo mau sih diajak keliling Jakarta sama orang yang baru lo kenal? Ntar kalau lo diculik gimana coba?" jawab Bobby yang semakin mengintrogasiku.

"Apaan sih lo? Ngaco banget mulut lo ih. Tenang aja, Bob. Dia bukan orang jahat kok." Jawabku yang berusaha menenangkan Bobby.

"Yaudah, kalau gitu nanti gue ikut lo." Jawab Bobby yang setelah itu menghilang menuju kelasnya.

"What?! Heii..." aku berusaha mengikuti Bobby. Tetapi, kelasku sudah dimulai.

Umm.. sial nanti si Bobby beneran ikut gak ya? Pikirku. Gue hanya bisa melamun entah apa nanti jadinya kalo si Bobby ikutan. Ok, jam Baby-G gue udah nunjukin jam 10, gue langsung bergegas menuju loby. Dan sesampai disana berdirilah sesosok cowok yang gue kenal, ya dia Wira. "OMG, nih si Wira cepet banget nyampenya" batinku.

"Hei Rachel," sapa Wira

"Oh, hai Wir. Sorry, nunggu lama ya." Gue sok basa-basi aja sih lagian dianya kecepeten.

"Oh enggak kok, santai ajalah, Btw jadikan kita muter-muter."

"Mmm,, jadi kok."

Gak lama kemudian ada seseorang yang gue kenal banget, lari-lari kaya lagi di kejar anjing sampe ngos-ngosan sambil manggil-manggil nama gue. "Rachelll"teriaknya dengan keras.

"Ehhh,,, gila ngapain lo Wir." Tanya gue.

"Gue ikutan ya hell, mmm... hai lo Wira ya, salken ya gue Bobby."

"Oh, salken juga. Umm.. loe mau ikutan juga ya."

"Yoi, bolehkan." Sambil memperlihatkan wajah yang memelas.

Tak lama kemudian munculah seorang cewek berambut pendek pirang memanggil nama Bobby. Dia adalah Mita. Bobby sontak kaget dan dia kemudian memutuskan tidak ikut bersama gue dan Wira, kemudian dia lari, menjauh dari cewek itu. Gue sih sedikit agak seneng setidaknya gak ada yang ganggu gue sama si Wira. Lalu Wira menyuruh gue untuk nunggu di pintu depan, kemudian dia mengambil mobil mewahnya itu si Chevrolet Camaro. Ketika gue melangkah menuju pintu depan, munculah di hadapan gue ada seorang cewek yang gue gak tau dia siapa, asalnya dari mana, bokap nyokapnya namanya siapa, umurnya berapa oke menurut gue itu terlalu lebay. Tiba-tiba dia nunjuk muka gue, tepatnya di hidung gue.

"Eh loe," Tanya dia sok kerennya.

"Mmm.. gue ,"

"Iya, lo."

"Iya, gue. Kenapa?" batinku njirr...banget nih orang, aneh banget.

"Loe, Rachel kan."

"Iya. Emang kenapa?" wah gue ternyata famous... dan itu hanya batinku.

"Gini ya, gue itu pacarnya si Wira. Btw loe gak usah deket-deket lagi deh sama dia."

Kemudian gue melangah sedikit menjauh dari dia dan menjawab "Uh ya. Ya baik." Dan gak lupa dengan tampang cuek gue. Muka dia sedikit merah serasa mau meledak sih "Anjirr.. Eh kok lo pergi sih, kampret banget. Awas loe ya." Teriaknya dengan keras serasa mulutnya kaya toak dan so pasti dia gak gue gubris. Ternyata si Wira udah nyampe duluan di pintu depan. Gue ngerasa gak enak banget sih dia pasti nunggunya lama.

"Btw, sorry ya Wir. Nunggu lama ya... tadi gue gak sengaja liat pacar loe, jadi gue tadi ngobrol bentar sama dia. Loe udah punya pacar ya?"

"What??? Pacar??? Btw gue itu belum punya [ pacar ]." Jawabnya super duper kaget

"Serius loe Wir. Tadi aja dia ngaku-ngaku jadi pacar loe."

"Gak taulah." Kemudian dia nyuruh gue masuk mobil mewahnya itu. Yuhuuu... ini kedua kalinya gue duduk di kursi empuknya ini. Ok, sesuai janji. Gue muter-muter Jakarta sampe punyeng. Gak sengaja gue liat jam di mobil ternyata udah pukul 19:00. Wah udah malem nih, dan si Wira sepertinya tau apa yang gue pikirkan. Kemudian dia ngajak gue balik. Tapi sebelumnya gue balik ke rumah. Dia tiba-tiba memparkirkan mobilnya di tepi dan dia ngajak gue keluar dari mobil. Dia nyuruh gue tutup mata, katanya sih gue dibawa ketempat rahasiannya dia. Jujur, hati gue udah gak karuan dag...dig...dug serasa mau meledak, soalnya baru kali ini ada cowok yang ngasih surprise ke gue. Waktu yang gue tunggu akhirnya datang juga dan dia nyuruh gue buka mata. O.M.G keren banget, ternyata gue di bawa ke tempat yang tinggi di mana gue bisa melihat bintang-bintang di langit dan keindahan Jakarta.

"Gimana, hell. Loe suka gak?"

"Sumpah, gue suka banget. Ini keren banget Wir. Loe tau tempat kaya ginian ya. Btw loe nemu di mana." sahutku dengan mata berbinar-binar menatap indahnya bintang-bintang

"Hehehe... tadi malem sih gak sengaja aja, nyari di OK Google." Sahutnya dengan muka cengengesan.

Angin dinginnya malam telah menusuk-nusuk kulit gue. Gak gue sadari ternyata gue udah ngabisin waktu di sini sekitaran satu setengah jam an. Dan sepertinya si Wira sadar apa yang gue pikirin. Dia ngajak gue balik ke mobil. Kemudian si Wira nganter gue nyampe rumah. Sampai juga gue di depan pintu gerbang rumah. Gue langsung say good bye ke Wira. Mobil Wira sudah tidak terlihat lagi, gue melangkah menuju pintu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang