AWAL PERKENALAN

2 1 0
                                    

"Nafila, bang"

"Felix" jawabnya tegas.

"Dan jangan pake sebutan abang. Itu terlalu akrab buat kamu, orang luar" bisiknya tajam dan pelan. Mungkin takut kedengaran Fela.

Nafila terkejut dan tersentak mendengar ucapan itu. Segera dilepasnya tangan yang masi bertaut itu.

Felix sebenarnya tidak masalah menganggap Nafila sebagai adiknya seperti Fela. Dia sudah sering banget mendengar tentang Nafila dari keluarganya. Tapi sikap gadis itu tadi yang membuatnya tidak suka. Gadis itu memandangnya dengan tatapan seakan melihat cokelat lezat. Dia risih dengan cewek yang baru kenal saja sudah bersikap tidak tau malu. Memandang pria dengan tatapan lapar. Huh terkesan cewek murahan jadinya. Lebih baik dari awal dia mulai menjaga jarak.

"Ayo kita masuk. Bang Felix pasti laper kan? Udah jam satu ini" kata Fela sambil melihat jam tangannya, memecah keheningan mereka.

Felix segera merangkul adiknya masuk ke dapur meningkalkan Nafila melangkah pelan menyusul di belakang mereka.

"Gimana bang, abang suka masakan bunda?" tanya bunda ke bang Felix.

"Enak bunda. Aku kangen banget sama masakan bunda. Apalagi ini semua kesukaan aku. Wiiih jadi nambah nih porsinya" jawab Felix tersenyum meringis.

"Jangan kekenyangan lo bang, masih ada puding mangga tuh. Kesukaan bang Felix kan?" sahut Fela.

"Tenang dek, perut abang mah masih muat banyak" kekeh Felix barengan dengan ayahnya yang tertawa lebar.

"Abang kamu kan memang dari dulu perut karet. Porsi makan ayah aja masih kalah dari abangmu" sambung ayah.

Nafira hanya ikut mendengarkan percakapan mereka dengan diam. Dia bingung dengan sikap bang Felix terhadapnya. Bukannya ayah, bunda dan Fela pernah bilang kalo bang Felix menunggu bisa bertemu dengannya. Malah tiap kali mereka pergi ke Kanada, pasti bang Felix juga menitipkan salam padanya.

Fela juga bilang bang Felix senang mendapatkan adik lagi. Kenapa malah tadi bang Felix menunjukkan sikap tidak suka padanya? Dia tidak merasa pernah berbuat salah, hello...mereka kan baru saja bertemu.
Nafila menghela nafas pelan, dia jadi kikuk sendiri. Sekarang bang Felix sudah tinggal di sini juga, sungguh tidak nyaman tinggal satu rumah dengan orang yang terlihat tidak menyukai kehadiran kita.

"Pudingnya mantap bunda. Sering-sering bikin ya" 
Terdengar sahutan dari bang Felix membuat Nafila tersadar dari lamunannya.

"Itu bikinan Fila, bang. Fila memang pandai bikin kue, udah pasti dijamin enak. Abang aja ketagihan kan?" kata Fela.

Mendengar Nafila yang membuat puding itu, sontak Felix menoleh ke arah Nafila. Dilihatnya Nafila memandang kearah dengan tampang mumpeng. Felix jadi tambah kesel. 

'Ini cewek masih aja ga tau diri. Ngeliatin cowok sampe kayak gitu. Di depan banyak orang lagi. Tuh urat malu uda putus kali. Dasar muka tembok' Felix mendumel dalam hati.

***

Nafila baru saja selesai membaca novel di balkon kamarnya. Di tutupnya buku itu, dan melangkah ke pagar batas balkon, berdiri menatap ke depan.

Nafila membalikkan badan ketika mendengar suara pintu kamarnya terbuka dan nampak Fela melangkah masuk berjalan kearahnya.

"Neng, tar malam kita dinner di luar ya"

"Ogah. Tar gue jadi baygon lagi. Enak di lo berduan ma Dika" oceh Nafila.

"Sama bang Felix juga kok. Jadi lo ikut gabung, biar pas kita berempat" tanggap Fela.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKU MASA DEPANMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang