4.

6 2 0
                                    

"..."

"Yahh... kok gitu sih kak?" Balas Neysha dengan muka merah padam. Kakinya dihentakkan di tanah. Alif dan Gilang yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala.

"...."

"Ihh.. iya-iya bawel" Neysha langsung mematikan telfon dan mengembalikan kepada Alif.

"Makasih kak" kata Neysha kepada Alif.

"Ada apa? Kok marah-marah gitu." Tanya Gilang.

"Mmm... Ternyata kakak saya nggak bisa jemput. Jadi, saya naik taksi deh. Maaf kak kalo penantiannya jadi sia-sia" jawab Neysha.

Neysha malu. Neysha merasa tak enak dengan Alif dan Gilang karena penantian mereka tidak membuahkan hasil.

'Kryukkkkruuk'
Itu apaan? Perut Neysha mengamuk. Tambah malu deh Neysha. Muka Neysha langsung memerah. Kedua cowok yang ada di depannya saling pandang sambil senyam-senyum.

"Lo lapar? Mending ikut kita aja, lagian kita juga mau makan. Nanti pulangnya gue anter" ajak Gilang.

"Gausah kak, nanti ngrepotin" tolak Neysha halus.

"gapapa kali" ucap Gilang sambil beranjak dari duduknya langsung menarik Neysha.

Seseorang dari belakang yang melihat mereka bergandengan pun hanya bisa tersenyum kecut.

"Gue juga mau gandeng lo, Ney" Batin Alif.

~~~

"Yaudah, gue balik dulu ya" pamit Gilang setelah mengantar Neysha dengan selamat.

"Makasih kak, maaf banget udah ngrepotin" ucap Neysha.

Gilang hanya mengangguk.

Setelah mobil Gilang menghilang, Neysha langsung lari ke kamarnya.

'Brraakk'

Neysha membanting pintu kamarnya. Kemudian mengobrak-abrik ranjangnya. Kemudian loncat-loncat diatasnya sambil mengacak-acak rambutnya yang dikepang aneh.

"GUE BENCI KAK ROBII..... BENCI, BENCI, BENCI" teriak Neysha.

Neysha merasa bersalah dengan Alif dan Gilang. Kenapa Robi harus ada acara rapat dadakan? Penantian mereka harus sia-sia.

Dia juga harus makan bareng sama kedua senior.

"Ihh...perut kok lo malu-maluin gue?"

Dia masih kesal dengan kejadian tadi. Uhh.. malu banget.

Oh iya, Robi tadi memberi tugas pada Neysha. Robi menguruh membawakan barang-barang yang harus dibawa ke rumah sakit.

Setelah menyiapkan barang-barang, dia pergi mandi. Lalu, menunggu Robi menjemputnya untuk pergi ke rumah sakit.

Neysha dan Robi kini telah berada di ruangan Rani. Dilihatnya, Rani sedang menonton TV. Neysha melihat banyak rangkaian bunga dan buah-buahan.

"Assalamualaikum Mah, maaf ya kita baru dateng" kata Robi.

"Waalaikumsalam" jawab Rani sambil memposisikan dirinya untuk duduk. Neysha segera membantu mamanya duduk.

"Sebernernya sih habis sekolah mau langsung kesini mah, tapi Kak Robi tuh sibuk banget" gerutu Neysha.

"Gapapa kok Ney, tadi ada temen mama yang menjenguk jadi mama nggak kesepian deh" terang Rani.

Di kamar Rani mereka semua bercanda. Keluarganya mereka yang hangat. Rasa cinta hadir disana. Namun ada yang kurang. Kurang tanpa ada kehadiran seorang Ayah.

10 tahun lalu, Damar, suami Rani meninggal ketika menyelamatkan korban kebakaran Hotel. Damar seorang pemadam kebakaran. Waktu itu, korban tewas hanyalah Damar. Anggota Pemadam kebakaran berduka, seorang perwira pemadam kebakaran yang disegani telah tewas.

***

Hari ketiga atau hari terakhir MOS diawali dengan kegiatan membersihkan lingkungan sekolah.

"Neysha, kamu ikut kakak sekarang bersihin gudang belakang" perintah Gladys.

Kemudian Neysha berjalan mengikuti Gladys dan ketiga temannya. Sesampainnya di gudang salah satu teman Gladys menutup pintu kasar yang membuat jantung Neysha serasa copot.

Lalu gladys menggebrak meja yang ada.

"Ohh... jadi gini kelakuan anak sekarang. Udah berani ngegoda senior ya?" Kata Gladys sambil mendekatkan dirinya kepada Neysha.

Neysha sendiri kaget. Dia sudah merasakan perasaan tak enak sejak tadi. Mengapa hanya dia seorang yang diajak bersihin gudang tadi?

"...Mmaaf kak, maksudnya apa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Lovely BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang