Bagian 2: Duri yang Mengganjal

83 12 0
                                    

Sesaat, kepergian orang yang kau sayang akan membuat luka yang sangat dalam.
-NSL-


Setelah ia benar-benar hidup sendirian. Bibi dari pihak ibunya datang menjemput. Karena Hana harus menerima kenyataan jika rumah yang telah menjadi saksi bisu kebahagiaan dan kesedihannya selama bertahun-tahun telah dijual oleh ayahnya sendiri.

"Kamu nggak usah khawatir. Hidup memang begini, kadang manis kadang pahit. Tinggal terima aja," terang Bibinya saat mereka sudah berada di dalam mobil.

Hana hanya diam menatap nanar rumahnya yang mulai tampak mengecil karena jarak. Sesekali ia menghela nafas berat. Ia merasa hampa. Seperti ada bagian dari dirinya yang hilang.

Ketika sampai di rumah Bibinya, Hana masih tetap merasa hampa. Kakinya terasa berat melangkah. Bersama dengan daun kering yang terbawa angin, Hana masuk kedalam rumah yang tak asing lagi ia tempati.

"Kamu di kamar Rafa yah."

Hana menoleh menatap bibinya yang sibuk memunguti mainan Gina anaknya yang masih berumur tiga tahun. Sebenarnya ia ingin menanyakan sesuatu namun urung. Ia hanya mengiyakan kemudian pamit menuju tempat yang telah disebutkan.

Lagi-lagi ia menghela nafas berat, kali ini ia lega, setidaknya ia masih memiliki Bibi yang siap menampungnya. Entah sampai kapan, rasanya berat menjadi beban oranglain, mau tidak mau dia harus tahu diri.

"Eh, lo udah dateng. Gue pikir lo nyangkut di rumah pohon," ujar si cowok yang berada di ambang pintu memerhatikan Hana memindahkan pakaiannya ke lemari.

Sekilas Hana menoleh, kemudian menjawab dengan gumaman.

Cowok itu mendesah pelan. Ia ingin mengatakan sesuatu namun urung. Saat melihat kondisi saudaranya yang sedang terpuruk, ia merasa buruk karena tak mampu menghentikan kerusuhan yang telah terjadi.

"Kamu pasti bisa Hana." Gadis itu berbisik pelan kepada dirinya sendiri, berharap kalimat itu mampu membuatnya tenang.


*****

Tembok bercat biru langit dengan stiker bermotif salah satu tokoh animasi robot adalah pemandangan awal yang Hana tangkap saat ia terbangun. Sayup-sayup kokok ayam menyadarkan diri lamunan panjang.

Sepanjang malam ia terjaga. Mungkin kantung matanya mulai menghitam. Ia menghela nafas lagi entah sudah berapa kalinya. Untuk bergerak sedikitpun ia merasa enggan. Entah takdir apa yang disiapkan untuknya hingga melewati cobaan seperti ini. Rasanya begitu berat hingga merasa lebih baik jika dirinya tiada.

Tuk... Tukk...

"Hana bangun, kamu pergi sekolah kan?"

Suara ketukan dan panggilan dari luar membuat Hana menggerakkan badannya membuka pintu. Di depan pintu, bibinya memakai daster dengan rambut diikat sambil tersenyum hangat mulai mengelus bahu Hana.

"Kamu makan dulu, bibi sudah siapin sarapan. Setelah itu kamu mandi lalu pergi sekolah." Ucap bibinya sambil menarik tangan Hana menuju tempat makan.

Hana hanya bergumam. Mau tidak mau dia harus menurut.

"Mau gimanapun keadaannya. Kamu jangan tinggalin sekolah. Karena itu akan jadi bekal kamu nanti." Ujar bibinya lagi menasihati.

"Nanti kita sama aja berangkatnya, gua 'kan udah punya SIM." Ucap Rafa sambil menunjukkan SIMnya dengan bangga. Berharap Hana akan sedikit terhibur.

Hana hanya tersenyum tipis lalu berkata "yoi Raf, lo emang udah tua."

"Makasih loh Hana, pujiannya." Ujar Rafa dengan raut jengkel sembari melahap makanannya.

Setelah semua selesai, mereka berdua berpamitan untuk pergi sekolah. Sebenarnya Rafa dan Hana terpaut usia satu tahun. Mereka juga berbeda sekolah. Tapi Rafa menyempatkan untuk mengantar Hana dengan alasan sekalian.

"Aduh, gue lupa ambil kaos kaki nih, tungguin yah!" Ucap Hana sambil berlari masuk.

Saat ia akan menutup pintu kamar, ia mendengar suara pria yang ia rasa adalah ayah Rafa.

"Kamu pikir, kamu bisa ngebiayain dia. Untuk anak kita saja udah pas-pasan. Kamu malah sok-sokan ngambil anak orang, emang kamu kaya?"

Setiap kata itu terdengar jelas di telinga Hana, hingga rasa sesak menjalar di seluruh dadanya. Air matanya mulai menetes namun ia buru-buru menghapusnya lalu segera berjalan ke arah Rafa yang sudah lama menunggunya.

1 November 2021

Maaf guys untuk keterlambatannya.
Jangan lupa vote dan komen!!

OaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang