"TOMMY CEPETAN KALO DALAM 5 MENIT KAMU BELUM TURUN DADDY TINGGAL"
Tommy menggerutu disetiap langkahnya menuruni tangga, satu tangannya memegangi koper dan tangannya yang lain menata rambutnya yang belum disisir karena terburu-terburu. Dia merutuki ayahnya dalam hati, salah siapa yang tidak membangunkannnya tepat waktu, padahalkan ayahnya itu mengetahui kalo dia tidak bisa bangun pagi. Dan sekarang dengan seenak hatinya memarahi Tommy karena dia lama sekali turunya. Tommy benar-benar sebal dengan ayahnya kali ini.
Tommy melihat ayahnya di ruang tamu dan sedang membenarkan jaket adiknya yang menurut padangannya sudah rapi 'apalagi yang perlu dibenarkan?' pikirnya. Ayahnya memang kadang-kadang berlebihan. Dan dia menatap Niel adik laki-lakinya sedang menekuk wajahnya, entah apa yang sudah ayahnya lakukan sehingga wajah Niel seperti itu
"Dad I'm not kid anymore" niel memelototkan matanya kepada Donny 'ayahnya' yang masih sibuk membetulkan jaketnya yang membuat Niel sebal. Pasalnya Donny memerlakukan Niel seperti anak kecil. Yah walaupun nyatanya Niel memang masih berumur 8 tahun. Dia memang tidak suka jika Donny memperlakukanya seperti anak-anak. Tetapi berbeda lagi jika Tommy yang memanjakanya dia akan selalu menempel pada kakaknya itu dan Tommy sama sekali tidak keberatan.
"Dad katanya buru-buru, ayo berangkat Tommy masih ngantuk, mau tidur lagi di mobil" Donny menghembuskan nafas, menatap Tommy sambil menaikkan alis
"Boleh tidur lagi, tapi nanti yang jadi pilotnya kamu oke?" Donny menyeringai menatap Tommy yang memelototkan mata kearahnya
"Nggak bisa gitu dong! Kan Tommy ngantuk, nanti kalo tiba-tiba ketiduran gimana? Lagian kenapa mesti naik pesawat pribadi sih?" Tommy protes. Kali ini dia benar-benar ingin tidur karena semalam dia begadang main game dan lupa waktu hingga jam 2 pagi dan tadi Donny membangunkannya jam 5 pagi. Kalo naik pesawat pribadi kenapa harus membangunkanya pagi-pagi sekali. Kan nggak mungkin ketinggalan pesawat. Tommy rasanya pengen mencekik leher ayahnya.
"Nggak. Kan mubasir kalo pesawatnya dianggurin gitu aja"
Tommy memutar bola matanya mendengar perkataan ayahnya. Yang benar saja, lagian tidak ada yang menyuruh untuk membeli pesawat pribadi. Pemborosan. buang-buang uang. Donny memang suka membeli barang-barang yang menurutnya tidak penting jika Tommy menanyakan untuk apa barang itu pasti jawabannya selalu 'uang daddy nggak bakalan habis kalo cuma beli ginian' kan nggak nyambung.
"Ayo cepet masuk mobil, jordan udah nungguin di bandara" Donny berjalan keluar. Jordan adalah sahabat ayahnya dan juga biasanya akan menjadi pilot dengan ayahnya. Koper-koper sudah diangkut ke mobil oleh David 'asisten Donny'
Tommy baru saja ingin melangkah mengikuti Donny tetapi lengan kemejanya ditarik-tarik. Dia menundukkan kepalanya dan mendapati Niel yang mengerucutkan bibirnya dan mengarahkan tangannya ke atas minta digendong.
Tommy tersenyum dan mengangkat Niel kepelukanya, menggendongnya seperti bayi koala. Adiknya ini memang suka merajuk tetapi tidak mau kalo dimanjakan oleh ayahnya. Tetapi jika Tommy yang melakukan dia akan dengan senang hati menempel seharian dengan kakaknya seperti ini.
***
Sebuah mobil memasuki sebuah rumah dengan pagar dari tembok yang menjulang tinggi mengelilingi hingga bangunan didalamnya tidak terlihat dari luar.
Donny yang berada di kursi pengemudi menengokkan kepalanya kesamping, melihat Tommy yang masih menekuk wajahnya dan Niel berada dipangkuanya sedang tertidur, sepertinya putranya itu masih marah
"Tom keluarin kepala kamu sebentar dong. Dan liat ke benda bulat yang ada di pojok sana" Tommy menoleh ke ayahnya sebentar dan langsung menuruti perkataannya. Dan tiba-tiba terdengar suara wania
"Selamat datang tuan muda" dan setelahnya pintu gerbang terbuka dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
gently intertwine
Teen Fictiongue emang nggak bisa untuk menjanjikan kesetiaan, karna kita nggak tau masa depan kita bagaimana, yang pasti saat ini gue cinta lo Ataya.~ Joseph Antomy Theodore ini bukan tentang kita di masa depan, tetapi tentang gue sama lo di masa sekarang.~ Ana...