Part 4-kencan

21 2 0
                                    

Mulmed Michael

Tommy

Sudah dua hari sejak aku memberi Ataya nomor telepon ku, yang berarti hari dimana Damian mengajak ku menyaksikan balapan Bryan yang akhirnya kalah, tetapi gadis itu belum juga menghubungiku tentang ajakan kencan yang kutawarkan.

Apakah dia tidak mau ?

Ataukah dia malu?

Aku menjadi gemas sendiri. Sebenarnya apa yang ada dipikiran gadis itu? Hanya ajakan kencan saja lama sekali.

Persetan dengan penolakannya. Aku akan memaksanya mengikutiku. Bilang saja aku pemaksa aku tidak peduli.

"Tommy bakso lo buat gue ya, punya gue di habisin si justin?" aku mencari sumber suara, dan ternyata Jack yang berada di samping Michael menatapku dengan wajah yang dibuat seimut mungkin. Aku bergidik. Itu sama sekali bukan gayanya.

Kita berenam sedang berada di kantin. Dengan meja yang sama seperti pertama kali aku menginjakkan kaki di sekolah ini. berada di tengah-tengah. Sepertinya mereka suka menjadi pusat perhatian.

"Tommy boleh ya?" jack kembali berbicara. Yang membuatku mau tidak mau mengangguk dan menyodorkan mangkuk bakso ku yang isinya tinggal setengah.

"Tapi lo yang bayar ya?" aku berkata yang seketika membuat Jack merengut.

Dia tidak jadi menyuapkan bakso kedalam mulutnya "ya kalo gini sama aja, gue harus bayar double" jack menggerutu.

"Ya lo suruh justin yang bayar lah, kan dia yang makan!"

"Si kutu kan pelit, mana mau"

"Uang jajan kalian kan banyak, cuma bakso aja ngemis segala" Bryan menyela

Dan setelahnya aku mendengar Bryan meringis. Kakinya ditendang Justin dari bawah meja.

"Nanti malem gue mau kencan sama si Lili, dan gue nggak mau uang gue habis" Justin berkata

"Bakso nggak bakal nguras isi dompet lo bego!" Bryan berseru gemas.

"Isi otak lo cuma kencan, kencan, dan kencan ya?" aku mengerutkan dahi, penasaran dengan jawabannya. Semenjak aku mengenal Justin memang dia yang paling 'hyperactive' jika menyangkut cewek.

"50% papa, 40% mama, 9% cewek dan 1% sekolah" dia menjawab santai.

Aku melongo, 1% sekolah? Lantas kenapa nilainya tidak pernah berada di bawah 90? Aku tau karena kemarin mereka membahasnya.

"IQ lo berapa?" aku kembali bertanya

"150" anjir lah cuma beda 1 angka sama aku, pantas saja tidak ada guru yang protes saat mereka membolos. kalo Damian aku tau dia memang jenius, IQ-nya jauh berada di atas ku.

"Pamer, bayarin bakso gue ?" Jack mencibir, dia masih heboh tentang siapa yang akan membayar bakso.

"Gue bayarin" Michael menyaut.

Jack melihat Michael dengan mata berbinar, matanya berkata seolah-olah lo nyelamatin gue dari kebangkrutan.

"Mickey lo memang baik, nggak kaya mereka" jack nyengir lebar. Bahagia karena uangnya tidak akan berkurang.

"Gue yang paling baik, karena gue suka seyum. Si Michael kan irit bicara tuh" Justin menimpali

"Itu namanya lo murahan" Jack berkata santai seraya memakan bakso ku yang tidak jadi dimakanya tadi.

Aku dan Bryan ngakak seketika. Aku mengangguk setuju dalam hati. Michael hanya tersenyum. Dan Justin melotot kearah Jack.

Michael mempunyai sifat 11 12 seperti Damian. Irit berbicara, tersenyumpun aku hanya melihat ketika kita berenam berkumpul seperti ini. Aku belum pernah melihatnya tertawa ngakak.  Bedanya Damian itu dingin, sedangkan Michael pendiam dan raut wajanya biasa saja. Dia tidak akan berbicara jika dirasa tidak penting. Dan jika Damian sekali bicara mulutnya kaya cabe, pedes banget.

gently intertwineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang