part 2- Tanda Tangan

30 2 0
                                    

Cerita ini di publish di tiga tempat @RamadhanniaAyu @diahsekarss

Cerita ini murni dari pemikiran kita bertiga. Nggak ada maksut buat plagiat, menghasut, mempengaruhi atau semacamnya. Walaupun mainstrim tema 'cool guy' tapi disini pemeran utamanya bukan Damian. Dan aku bakalan sangan berterimakasih sama yang sudah mau baca dan kasih saran.

Happy reading

Mulmed Damian

**
Ataya

Aku melihat kertas dihadapanku, masih kurang 2 kakak OSIS lagi. Oh tuhan! Kenapa melelahkan sekali hanya untuk mendapatkan 25 tanda tangan kakak OSIS senior. Syarat apalagi yang akan mereka berikan? Kenapa masuk SMA segala ada ritual seperti ini? Kenapa harus? Ini Namangan bukan orientasi tapi pem'bully'an.

Aku bergidik membayangkan kembali persyaratan yang diberikan kakak-kakak OSIS. pertama mereka menyuruhku menghitung rumput yang ada di taman belakang. Kedua menyuruhku menangkap 10 kupu-kupu 'memangnya ini taman bunga?'. Ketiga membuat 10 suara berbeda dalam berbicara dan banyak lagi. Shhh absurd sekali permintaan mereka.

Dan sekarang masih ketos dan wakilnya yang belum kumintai tanda tangan. Entahlah dia berada dimana. Aku hanya melihatnya saat dia memberi sambutan didepan podium tadi. Mungkin tugasnya hanya mengawasi dan tidak ikut andil dalam MOS. kalau anak buahnya saja bisa begitu menyebalkan dalam memberikan persyaratan, ini 'bos'nnya. Dilihat dari tampangnya saat berpidato tadi ekspresi wajahnnya datar sekali. Bahkan tidak tersenyum sama sekali saat berbicara padahal terdapat puluhan guru yang menonton. Mungkin besok-besok aku harus memberinnya buku 'macam-macam ekspresi' (?) supaya ekspresinnya bermacam-macam.

"Hey Ataya! Ngelamun aja sih, gue berasa ngomong sama batu deh!" aku mengerjapkan mataku, oh aku lupa! Aku bersama Sonila saat ini, Gadis yang baru saja kukenal saat MOS tadi. Duduk di gazebo belakang sekolah, lelah karena memenuhi permintaan kakak OSIS yang super absurd.

Aku nyengir "maaf deh, ayo cari kakak ketosnya!" Sonila cemberut "aku belum siap tau ketemu kak ketos, capek! Pasti bakalan lebih parah deh ngerjainnya" tapi dia tetap berdiri dan membetulkan roknnya

Aku hanya menatapnnya sambil tertawa "kitakan berdua, jadi bisa berbagi lah" dia semakin menekuk wajahnnya.

Aku sendiri juga was was. Belum apa-apa memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi membuatku merinding.

"Ayo tinggal 2 nih kan tanggung La, masa mau nyerah gitu aja sih?" aku menarik tangannya untuk berjalan mengikutiku.

"Tapi kakak ketosnnya ada dimana?" Sonila berhenti berjalan yang membuatku menghentikan langkahku juga. Kalo dipikir-pikir kita memangnya mau kemana? Keberadaan kak ketos kan tidak tau.

"Keliling aja deh, siapa tau nemu" aku mengusulkan. Yang dihadiahi Sonila pelototan. Ya mau bagaimana lagi, memang harus keliling kan untuk menemukan?.

"Ataya kok gitu sih! Tanya yang lain deh siapa tau ada yang mau memberitau" aku mengedikan kepalaku mengisyaratkan untuk bertanya.

"Dasar nggak mau repot!" Sonila bersungut-sungut tapi tetap melangkahkan kakinya menuju anak-anak yang baru datang dari arah timur, sepertinya mereka sudah selesai mendapatkan tanda tangan.

Aku menengadahkan kepalaku keatas. Mataharinya sedang bahagia, panas banget. Mengangkat tangan untuk menutupi wajahku dari sengatan sinar matahari. Sambil menunggu Sonila aku tetap berdiri di tempat.

Sonila berjalan menghampiriku dengan wajah berseri-seri. Aku bingung kenapa perubahan suasana hatinya begitu cepat? Sebentar cemberut sedetik kemudian tertawa.

"Mereka ada di lapangan basket, ayo ayo!" Sonila segera menyambar tanganku dan menarikku agar aku mengikutinya berlari.

Aku mendelik. hampir saja aku terjatuh "pelan-pelan dong!, gue bisa jalan sendiri tanpa lo tarik-tarik!"

gently intertwineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang