Part 5- First Love ? Maybe

21 2 0
                                    

Mulmed Sonila

***

Malam ini Damian mengendarai mobilnya menuju sebuah tempat yang sangat spesial. Setiap sabtu malam seperti ini, dia selalu datang ke tempat ini. Sebenarnya malam ini dia tidak berencana untuk kesini. Tetapi karena si Justine mengirim pesan memintanya untuk gabung dengan mereka (teman-temannya ),  akhirnya dia memutuskan untuk gabung dengan mereka. Ini bukan sebuah club. Bahkan mereka jarang sekali masuk ke club, hanya saat-saat tertentu saja mereka datang ke club. Tempat tongkrongan mereka adalah sebuah cafe dengan suasana yang enak banget buat ngobrol-ngobrol.  Thommy juga ikut gabung bersamanya malam ini.

Seperti malam-malam biasanya, disini Damian hanya duduk sambil menyimak pembicaraan teman-temannya yang kurang berbobot ini. Mereka selalu saja mempunyai topik aneh untuk dibahas.

Thommy sedang duduk satu sofa dengan Damian. Sejak tadi mata Damian tak pernah lepas dari ponsel yang ada digenggamannya. Biasanya Damian sangat jarang sekali bermain-main dengan ponselnya. Tapi entah mengapa malam ini menjadi pengecualian. Sepertinya Thommy sejak tadi memperhatikan keanehan itu.

"Liat apaan sih? ". Tanyanya. Thommy memang banyak tahu tentang Damian, karena keduanya memang sudah sejak lama kenal.
"Nothing". Jawab Damian singkat.

Damian sendiri juga bingung dengan keanehannya malam ini.
"Ck, sejak kapan lo suka mantengin tu benda?" . Sepertinya jawaban tadi kurang membuat Thommy puas.
"Kenapa sih lo Dam, diem mulu? " . Sekarang Bryan ikut-ikutan nimbrung mempertanyakannya.
"Heh bego,  emang biasanya Damian gimana?  Dia kan emang biasa diem. Nggak kaya lo". Jack menelonyor kepala Bryan.
"Gue kenapa?  Ganteng? ". Jawabnya enteng.

"Najis". Michael menanggapi lelucon itu sambil menirukan gaya orang muntah.

"Heh Dam, lo punya cewek ya? ". Bryan bertanya dengan suara yang bisa dibilang lumayan nyaring, membuat semua kepala menoleh kearahnya. Sementara yang ditatap hanya menggaruk-garuk tengkuknya sambil menggumamkan kata maaf pada pengunjung lain yang terganggu karena ulahnya.

Damian hanya menaikkan satu alisnya untuk menanggapi pertanyaan bodoh itu.

"Kenapa lo tanya gitu? ". Kini giliran Jack yang bertanya.
"Yah, kan biasanya yang suka mantengin ponsel sampe nggak kedip itu tandanya lagi jatuh cinta".

"Ngaco, emang lo liat kalo gue nggak kedip". Damian menanggapi itu dengan nada suara yang sangat datar.

Bryan memang ngaco, semua yang diucapkan mulutnya tidak pernah disaringnya.

"Yah Dam, gitu aja ngegas. Woles bro, gurau je".
Sepertinya Bryan benar-benar sinting. Dia berbicara dengan logat orang Malaysia sama seperti kartun anak-anak yang sering mucul di TV. Kartun Upin dan Ipin.

"Ck, gue cabut". Damian buru-buru meminum latte yang sempat dipesannya tadi, kemudian menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas meja.

Damian memutuskan untuk pulang lebih dulu, bukan karena marah pada Bryan tapi karena malam ini dirinya benar-benar tidak mood untuk sekedar bercanda.

"Eh Dam,  lo marah? " . Bryan gelagapan. Mungkin dia mengira Damian marah padanya.
"Nggak, gue emang lagi nggak mood". Jawab Damian.  Mana mungkin Damian marah pada mereka. Segila apapun mereka,  mereka tetap sahabatnya.

"Hati-hati". Michael melambaikan satu tangannya. Damian lalu melanjutkan langkahnya keluar dari cafe ini.

Saat tinggal selangkah untuk mencapai mobilnya, tiba-tiba ponsel yang ada dalam saku jaketnya bergetar. Satu pesan masuk, dari Bryan.

From : Bryan Cllifort

Gue minta maaf. Janji nggak bakal godain lo sampe bikin lo nggak mood buat nongkrong bareng kita lagi. Seriusan Dam. Besok gue traktir deh,
Sorry ya bro. Gue sayang lo.. Hehe

gently intertwineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang