Alkisah di sebuah istana, tinggalah seorang Puteri. Puteri itu adalah satu-satunya orang yang tinggal di istana itu, dan juga di daerah itu. Bisa dibayangkan bagaimana sepinya sendirian berada di tempat nan luas selama bertahun-tahun. Puteri itu bernama Silentia. Artinya; kesunyian, sepi, sendirian.
Bertahun-tahun ia ingin tahu seperti apa bila ada manusia lain di sisinya. Akankah dia dikuasai olehnya, atau akankah orang itu menemaninya? Dia tidak tahu. Dia menjadi terlalu takut akan kemungkinan dia akan dikuasai orang lain, sehingga dia ingin selamanya sendiri.
Suatu ketika terjadi perang besar antara dua kerajaan, daerahnya sepi dan tidak banyak diketahui orang sehingga ia merasa aman aman saja. Namun, ada seorang pemuda yang terluka parah akibat perang itu dan tersesat di daerah kerajaan sang Puteri. Tidak sengaja sang Puteri melihatnya. Dia ingin menolong orang itu tapi dia takut kalau-kalau itu sebuah perangkap.
Dia mengamati pria itu dari kejauhan, dilihatnya darah pria itu mengalir banyak sekali, mengubah warna rerumputan yang hijau menjadi kemerahan. Silentia tidak suka darah. Menurutnya, darah adalah simbol kesakitan, luka, dan kematian. Jadi, dia memutuskan untuk menyelamatkan pemuda itu dari kematian.
Silentia berlari medekati pria itu dan segera mengobatinya. "Apa kau baik-baik saja, Tuan?" tanya Silentia sopan, sambil menutup luka pria itu dengan sobekan gaunnya. Pria itu tak bisa mengatakan apapun, lidahnya pun penuh darah seperti dadanya. Silentia memutuskan untuk merawat pria itu sampai dia sembuh, baru ia akan menanyakan segala hal. Bukan hanya tentang siapa pria itu, namun juga tentang dunia.
Setiap hari Silentia menyiapkan air, mengganti perban pria itu, dan membersihkan lukanya. Hari demi hari terus berlalu. Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Akhirnya pria itu sembuh. Silentia sangat bahagia, karena usahanya tidak sia-sia. Orang yang ditolong olehnya bisa selamat, dia juga senang karena dia akan bisa menanyakan kepada pria itu tentang segala hal.
"Tuan, bagaimana keadaan Tuan?" tanya Silentia sopan dan lembut kepada pria itu. "Aku sangat senang, aku merasa sudah sembuh sepenuhnya. Berbulan-bulan kau merawatku dengan tulus. Sebenarnya kenapa kau melakukannya?" tanya pria itu kepada Silentia. Silentia hanya mematung. Ia tidak tahu kenapa ia mau melakukannya, bahkan untuk orang asing dan itu pria. "Aku hanya ingin menyelamatkan anda dari kematian, Tuan." jawab Silentia lirih sambil menunduk. Ia masih mengingat-ingat kenapa ia mau menolong pria itu.
"Siapa namamu?" tanya pria itu pada Silentia, dia hanya merasa tak enak jika terus-terusan dipanggil 'Tuan' dan memanggil Silentia 'kamu'. "Nama saya Silentia." jawab Silentia sambil menjulurkan tangannya. Uluran tangan Silentia dibalas oleh pria itu. "Bonheur." katanya. Baru kali ini Silentia merasakan kehangatan, walau itu hanya di jari-jari dan telapak tangannya. "Silentia, apa yang bisa kulakukan untuk membalas semua kebaikanmu?" tanya Bonheur.
Mata Silentia langsung berbinar, dia benar-benar ingin tahu tentang dunia ini, seindah apa istana-istana di daerah lain, bahkan ia sangat penasaran, apakah dunia benar-benar memiliki 'ujung'. "Apakah kau tahu seperti apa dunia ini?" tanya Silentia lembut sambil menatap dalam-dalam mata Bonheur. "Dunia ini kejam, aneh, dan menakjubkan sekaligus. Dunia ini akan mencampakkan orang-orang sepertimu dan lebih memilih orang-orang jahat untuk bisa tinggal dalam masyarakat. Dunia ini juga memenuhi semua kebutuhan orang-orang mampu dan menelantarkan orang-orang yang kurang mampu. Memenuhi segala keinginan orang yang kiranya kelak bisa membayar kembali bantuan yang telah diberikan pada mereka. Tapi semua itu sangat seru untuk 'ditonton' walau nyatanya sangat menyedihkan untuk dinikmati, karena pada dasarnya tidak ada yang bisa dinikmati. Persis seperti drama. Namun, ingatlah bahwa dunia ini bukan drama. Jangan bertingkah seolah kau aktris teater. Bertingkahlah sebagaimana mestinya kau menjadi dirimu walaupun pada dasarnya keduanya sama-sama bisa dibilang 'berakting'." jelas Bonheur panjang lebar.
Kedua bibir Silentia tak lagi terkatup, bola matanya semakin berbinar, dan kedua kelopak matanya terbuka semakin lebar. "Bonheur, kau bilang dunia ini kejam, aneh, dan menakjubkan, tapi kenapa kau tidak menceritakan bagian menakjubkan dari dunia ini kepadaku?" tanya Silentia dengan mata sayu karena ia merasa. Agak... kecewa ternyata dunia ini tidak seindah yang ia bayangkan. "Ya itulah yang membuat dunia ini menakjubkan, dia memiliki jutaan keindahan, namun yang lebih banyak terjadi dan diceritakan adalah hal-hal jahat yang konyol tadi." jawab Bonheur sambil sedikit tertawa. "Bonheur, maksudku adalah keindahan dari dunia ini, seperti... apa itu pelangi?" tanya Silentia untuk kesekian kalinya.
"Kau tidak tahu apa itu pelangi?" tanya Bonheur sambil menahanan tawanya. "Aku benar-benar tidak tahu, Bonheur. Yang ku tahu, di langit hanya ada awan, bulan, bintang, dan matahari. Itu saja mereka semua tidak muncul bersamaan, hanya awan yang selalu muncul tiap waktu. Tapi apakah matahari mengenal bulan, dan bintang mengenal matahari? Apakah kerikil di dasar laut tau seperti apa keindahan Bunga Mawar? Dan, apakah kamu mengenal aku, dan aku mengenalmu sebelumnya? Tidak. Seperti itulah aku, di daerah yang sangat rimbun, gelap, sepi, dan terpencil ini aku bahkan tidak pernah tau apa itu pelangi."
"Pelangi adalah... mahkota dunia. Dia bersinar dengan warna-warna cerah yang sangat indah. Itu seperti sebuah keajaiban." jawab Bonheur singkat. "Ayo, tunjukan kepadaku seperti apa itu pelangi, dan ada dimana. Agar aku bisa melihatnya setiap saat." pinta Silentia. "Tidak bisa, Silentia. Pelangi hanya muncul pada saat tertentu. Saat ini tidak mungkin akan muncul pelangi, tapi biar kuberi tahu sesuatu. Saat kau melihat pelangi, kau akan merasa istimewa. Karena saat pelangi itu muncul dihadapanmu, belum tentu orang di tempat lain juga melihat keindahannya. Kau juga akan merasa tenang ketika kau tahu bahwa di dunia ini ada hal kecil yang tidak muncul setiap waktu namun bisa membuatmu bahagia untuk waktu yang lama." papar Bonheur.
Mata Silentia kembali berbinar ketika dia mendengar segalanya. Dia berpikir bahwa semua yang dikatakan Bonheur adalah pelangi pertama yang dirasakannya. Ia merasa bahwa cerita Bonheur adalah 'hal kecil' yang tidak muncul setiap waktu namun bisa membuatnya bahagia untuk waktu yang lama.
"Bonheur, apa ada pelangi yang selalu muncul setiap saat?" tanya Silentia lagi. Dalam hatinya dia berjanji bahwa ini adalah pertanyaan terakhirnya untuk Bonheur agar Bonheur bisa segera pulang ke tempat asalnya. "Sudah kubilang, tidak ada, Silentia. Kalaupun ada, pelangi itu adalah dirimu." jawab Bonheur. Mata Silentia berkaca-kaca, baru kali ini dia merasakan dirinya istimewa. "Kau harus kembali ke tempat asalmu, Bonheur!" kata Silentia dengan mata berkaca - kaca dan suara bergetar. Tapi Bonheur menolak, dia telah menemukan jiwanya, jiwanya yang selama ini melayang entah kemana, yang ternyata tersangkut dan ikut terbawa oleh pelangi ini yang dinamakan Silentia.
"Tidak, aku ingin menjadi pelangimu, dan aku juga tak mau terpisah dari pelangiku." jawab Bonheur tegas. Jawaban Bonheur mendatangkan kebahagiaan yang dahsyat untuk Silentia, Silentia menangis, dia benar-benar merasa seperti melihat pelangi terindah dalam hidupnya, yang bahkan belum pernah dilihat oleh orang lain. Bonheur sangat bahagia, karena akhirnya dia bisa menjadi seorang yang sesuai dengan namanya; Bonheur yang berarti kebahagiaan.
Kini Bonheur hidup bersama Silentia dan membuktikan bahwa di tempat yang sunyi tetap ada kebahagiaan walau hanya diantara keduanya.
--- Fin ---
BEDEWEEE maafkan aku yang telah lama menghilang.... Moga moga kalian suka.
Oh iya, untuk kedepannya aku mungkin ga bakal nulis novel lagi tapi cerita cerita one shot gini ya...
Makaseeeh