CHAPTER III : REWIND

126 4 0
                                    


Haikal melipat surat berwarna pink yang berisi tulisan tangannya. Membungkusnya ke dalam amplop polos kemudian menyelipkannya di sela halaman buku milik Noe yang dipinjamnya seminggu yang lalu.

Ini surat ketiga yang ditulisnya untuk Noe. Surat pertama ia masukkan ke bawah pintu kamar kost Noe. Surat kedua niatnya hendak diberikan langsung kepada Noe, tapi surat itu tercecer entah dimana. Namun hingga surat ketiga ditulisnya, tak ada satu balasan pun dari Noe.

Aku harus sabar.
Batin Haikal menyemangatinya.

Haikal bukan tidak melihat jika Noe sangat mengagumi sosok Kira. Pernah suatu ketika Haikal mendapati Noe mencuri pandang pada Kira melalui jendela perpustakaan yang menghadap ke taman kampus.

Haikal tidak mampu melepaskan pandangannya dari Noe. Ia menyukai gadis itu ketika mereka berjumpa pertama kali di rumah Bibinya. Ternyata Noe adalah anak dari teman bibinya. Haikal adalah anak yatim piatu yang memang dirawat sejak kecil oleh paman dan bibinya.

Pertemuan pertama itu terjadi ketika Paman dan Bibi haikal akan pindah ke kota lain. Pamannya yang bekerja sebagai Kepala Cabang sebuah bank di kota Yogyakarta, mengadakan acara perpisahan dengan teman-teman akrabnya.

Saat itulah ia bertemu Noe, anak gadis semata wayang Om Danu dan Tante Ivon. Begitu Haikal memanggil mereka.

Gadis itu sangat ramah. Karena Haikal termasuk kategori pria yang sangat pemalu untuk memulai pembicaraan dengan lawan jenis. Haikal termasuk pria berparas tampan. Matanya agak sedikit sipit. Ada lesung pipi yang cukup dalam menghiasi wajahnya.

Segera mereka berdua menjadi akrab, selain karena mereka seumuran tapi gadis itu juga sangat luwes dan mampu membuat Haikal berdecak kagum mendengarkan ceritanya yang penuh dengan pengalaman seru. Mereka berdua berjanji untuk terus berkomunikasi.

Namun malangnya, Haikal mencatat nomor telepon gadis itu pada secarik kertas yang ia simpan di saku celana jeans yang ia pakai. Tanpa sadar jeans itu tercuci bersama kertas yang berisi nomor telepon. Haikal sudah berusaha untuk menyelamatkan, tapi kertas itu mayoritas bagiannya hancur. Tidak bisa terbaca.

Ia terpikir untuk menanyakan kepada Paman dan Bibinya, minimal bertanya nomor telepon kedua orang tua Noe. Tapi diurungkannya karena terlalu malu.

Haikal menyandarkan diri di kursi sebelah ranjangnya. Membayangkan wajah Noe yang dilihatnya ketika masa orientasi mahasiswa baru. Tidak disangka ia bertemu lagi dengan Noe, yang lebih membuatnya bahagia adalah Noe masih mengenalinya. Seperti pertemuan sebelumnya, mereka pun tetap akrab.

Gelegak rindu Haikal membuncah, kesabaran dan doa selama tiga tahun membuahkan hasil. Ia tersenyum membayangkan ada hari dimana ia dan Noe bisa bersama lebih dari sebagai teman.

Tapi khayalan indahnya tidak berlangsung lama, sosok Kira tiba-tiba muncul tanpa permisi. Haikal mengenal Kira sejak tahun pertama di Sekolah Dasar. Kira adalah kakak kelas Haikal. Takdir membawa mereka menjadi teman di klub sepakbola. Mereka berdua pemain yang cukup hebat di dalam team. Kira selalu menjadi Kapten dalam tim mereka.

Ya, Kira memang selalu beberapa langkah lebih dahulu ketimbang dirinya.

Bahkan untuk seorang gadis yang bernama Noe. Haikal tetap tertinggal dan Kira selalu memunggunginya. Haikal bertekad ia tidak akan pernah menyerah sampai berhasil mendapatkan Noe. Keinginan untuk mengalahkan Kira perlahan membesar.

***

Noe sedikit terlambat tiba di kampus. Dilihatnya dari jauh Dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan sudah masuk ke ruangan kelas. Dia pun memperlambat langkah kakinya, tidak perlu buru-buru untuk masuk karena ia memang akan disuruh keluar juga pada akhirnya.

ITSUMADEMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang