CHAPTER V : MENYULAM LUKA

138 8 4
                                    

Sungguh tercengang Haikal mendengarkan cerita Noe tentang peristiwa buruk yang menimpanya. Seolah keadaan tidak lebih buruk, justru saat ini dia terikat dalam pernikahan yang tidak masuk akal. Ingin Haikal menarik dia ke waktu dan kondisi yang berbeda.

"Arrgghh! Jantungku serasa mau pecah! Kiraaaaa! Brengsek!!" Pekik Haikal tercekat.

Orang-orang di sekitar mereka duduk menoleh, mencari tahu apa yang sepasang laki dan wanita ini perdebatkan.

Wanitanya terlihat tidak mampu menyembunyikan air matanya. Meskipun cahaya di cafe agak sedikit samar, tapi rasanya setiap mata mampu menangkap rona berbeda dari wanita tersebut.

Sementara si pria, mendadak menaikkan suaranya hingga lupa bahwa mereka ada di tempat umum.

Haikal menyentuh lembut tangah Noe, setelah mampu menguasai emosinya. Ditariknya tubuh Noe mendekat ke dadanya, perlahan. Dipeluknya erat wanita yang sangat dicintainya itu. Sungguh jika ia bisa memutar kembali, Jakarta adalah pilihan nomor sekian baginya.

Noe terisak, basah oleh airmata. Semua dinding tinggi yang selama ini dia bangun untuk mengitari hatinya, rubuh. Rubuh di dalam pelukan p
ria yang dulu hanya jadi pelariannya saja. Pelarian dari lelaki sialan yang menggagahinya di malam kelabu.

Pelukan hangat yang ia butuhkan selepas malam perenggut kehormatannya. Sesuatu yang ia temui dari Haikal. Malangnya tak ia dapati dari pria yang diam-diam ia cintai, Kira.

Haikal makin erat memeluk Noe, sungguh tak peduli akan status pernikahannya. Baginya, luka wanita ini adalah prioritasnya. Ia merasakan sakit yang menjamah wanita mungil di pelukannya. Ia bahkan sanggup untuk membunuh Kira saat ini.

Setelah pertemuan kelima, barulah Noe berani menceritakan tentang kisah hidupnya. Kisah pahit yang tiada siapa mengerti. Haikal tidak kuat. Amarahnya tersulut, persis api disiram bensin. Betapa peliknya beban yang dibawa oleh wanita yang masih dicintainya ini. Ya- ia masih sangat mencintai wanita ini. Wanita yang dilepaskan olehnya dengan harap, bahwa wanita mungil berbadan dua ini akan mendapatkan cinta yang ia impikan.

Ya, betapa ia masih mencintai wanita ini dengan segenap jiwanya, sehingga tak ada lagi wanita yang mampu menggantikannya.
Wanita yang sedang menangis keras dalam peluknya.

Ia memandang lekat Noe, menciumi dahinya. Pipinya, hidungnya. Diangkatnya dagu Noe sedikit ke arah wajahnya. Dikecupnya lembut bibir Noe kemudian dipeluknya lagi.

Tidak, tidak akan dilepasnya lagi wanita ini.
Tidak untuk kedua kalinya. Tidak kali ini.

Noe merasakan kecupan hangat dari bibir Haikal. Sontak airmatanya berhenti keluar. Perasaan dikasihi seseorang membuka tabir di malam itu. Perasaan kerinduan akan rasa aman, rasa nyaman, seolah terpenuhi seketika. Dia pun merasakan yang sama, tak ingin lagi lari. Lari dari luka yang ditanggungnya. Dia akan menghadapi luka itu, bersama pria yang memeluknya dengan erat.

Noe merasakan penyesalan yang mendalam tentang dia yang dulu. Seharusnya mata hatinya terbuka, selalu Haikal yang ada untuknya bahkan disaat ini. Bertahun Haikal disisinya, mencoba menggantikan Kira, namun bertahun jua Kira tidak terganti.

Tapi tidak malam ini.
Noe ganti mengecup Haikal, matanya berbinar memandang pria itu. Persis seperti kerlipan bintang pada suatu malam di Kali Kuning. Sesuatu yang terlambat ia sadari.

Malam terus melangkah dengan pelan, cafe masih penuh tidak ada bangku kosong. Sepasang pria dan wanita itu saling menatap dan memandang. Seperti tidak ingin pulang, karena kerinduan dan rasa kesepian ini sudah tertahan sekian lama.

Mereka duduk lebih rapat, si pria tetap melingkarkan tangannya ke pinggang si wanita. Berdua mereka menikmati kebersamaan karena sebentar lagi mereka akan berpisah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ITSUMADEMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang