Tuk.. Tuk..Nampak seorang gadis melewati koridor rumah sakit Sudirman siang ini.
Pipinya basah karena air mata. Wajahnya memerah namun tak menghilangkan kesan manisnya.
Ia terduduk didepan pintu ICU sambil sesegukan. Pasalnya, sudah 4 kali dalam 2 minggu ini ayahnya masuk kesana.
Ibunya hanya diam seribu bahasa. Matanya yang sendu lelah melihat sang buah hati sedih.
Gadis itu, Fiola Tea
Teman-teman memanggilnya Fio.
"sayang, Ayah pasti juga sedih kalo liat anak kesayangannya sedih" sang ibu mencoba menguatkan, untuk dirinya juga mungkin.
"jantung ayah kenapa sih, bun?" jawabnya masih sesegukan.
Ibunya hanya diam dan mulai merengkuh putri semata wayangnya agar lebih tenang.
"Fio mau ketoilet dulu, bunda"
"iya, hati-hati nak"
***
Fio keluar dari toilet setelah beradu dengan tangisan di sana.
Bertepatan dengan itu, sebuah brankar melewati dirinya menuju UGD. Sepertinya dari Ambulance yang baru saja datang.
Fio mengangkat bahunya acuh.
Banyak darah di kening kiri pasien barusan. Fio tak terlalu melihat wajahnya karena para medis sangat terburu-buru mendorong brankarnya.
Fio tak terlalu memikirkannya lagi dan ia segera bergegas ke tempat bundanya kembali.
Ting..
Bunda, 16.46
Ayah udah sadar, FiPlip..
Ia segera menutup ponselnya lagi dan bersiap berjalan pergi.
Brukk...
"aduh handphone gue!!" pekik Fio
Ia segera mengambil hp-nya kembali dan mendongak melihat orang yang menabraknya.
"lo tuh jangan lari-lari di rumah sakit dong" Fio berucap sedikit keras.
Pria yang menabraknya hanya menatap bingung ke arah mata Fio.
"apa lo liat-liat?"
Pria itu tak berucap dan segera pergi meninggalkan Fio.
"cowok aneh" gumam Fio sambil berjalan kembali.
Beberapa pasang mata terlihat memperhatikan Fio dengan tatapan aneh.
****
"Ayah?" ucap Fio saat memasuki ICU.
Ayahnya terbaring di salah satu brankar disana. Dengan pakaian serba biru dan alat bantu pernafasannya.
"Ayah? Cepet sembuh ya"
Ayah hanya mengangguk dan membelai rambut putrinya dengan sayang.
Fio dan bundanya hanya tersenyum sendu melihat lelaki terkasihnya siuman.
****
Fio menutup pintu ruangan ayahnya dari luar dan terduduk di kursi sebelahnya.
Menghela nafas beratnya dan menghapus beberapa butiran air mata dipipinya yang tak sengaja keluar.
Blekk..
Seorang pria duduk disebelahnya. Iris mata coklatnya juga terlihat sendu.
Fio merogoh tas selempangnya dan menyerahkan tissue pada si pria itu.
"nih.. Tisu, masa cowok nangis sih"
Pria itu menengok dan menatap bingung atas perlakuan Fio.
"lo liat gue?" jawab si pria
"hello, orang segede lo nggak keliatan?" jari Fio memetik di udara.
"ohh"
"mau nggak tisu nya?"
"nggak usah, ingus lo tuh beleberan"
"omaigat, kalo ngebo'ong di fikir dulu dong"
"mending lo berenti ngomong sama gue, pada diliatin tuh"
"ha?"
Fio melihat sekelilingnya. Banyak pasang mata melihatnya dengan tatapan aneh. Seperti mencerminkan kata 'ni anak gila?'
****
-oh maafkan daku masih amatir sama-sama belajar aja
-vote🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
Radiance
Teen FictionKamu percaya takdir? Aku percaya. Dimana yang akan pergi bisa menengok. Dan tergiur untuk kembali. Karena takdir berpihak pada sang cahaya.