4-expressing

72 7 5
                                    


Hening.

Satu kata itu yang dapat mendeskripsikan suasana atap rumah sakit ini.

Mereka berdua. Fio dan Aldrian. Diam dengan fikiran masing-masing.

Dengan keadaan Aldrian mendekap Fio. Aldrian tak tau benar apa masalah Fio. Tapi mungkin dengan gadis itu menangis, setidaknya dapat melegakan perasaannya.

Menepuk-nepuk punggung Fio. Hanya itu yang bisa di lakukan Aldrian saat ini.

Kenapa cuma dia yang bisa gue pegang? Batin Aldrian

"hiks... hiks... "

****

30 menit..

Kurang lebih sudah sejak 30 menit yang lalu, Fio sesegukan.

"ekhem.." Aldrian berdehem, tapi gadis dalam bahunya tak kunjung melepas pelukannya.

"Fi, udah mau magrib nih"

"Fi?"

Aldrian melepas pelukannya. Gadis itu tertidur dengan cukup nyenyak rupanya.

Aldrian menaruh kembali kepala Fio dalam bahunya. Wajah Fio terlihat lelah saat ini.

Dan Aldrian kembali memeluknya, mencoba memberi kehangatan.

Kenapa cuma lo? Yang bisa liat gue?  Fikir Aldrian

****

Sang raja siang lengser sementara. Digantikan si ratu malam yang cantik jelita bernama rembulan.

"enggh... "

Fiola mulai membuka kelopak matanya perlahan.

Hangat.

Nyaman.

Dan

Bahu penopang.

"Aldrian?"

"bangun juga lo"

"maaf ngrepotin"

Aldrian mengangguk.

Fiola berdiri, hendak kembali ke bundanya.

Pergelangan tangannya di tahan. Aldrian menggenggamnya.

Dahi Fio berkerut. Ia bingung dengan Aldrian. Apa ia harus lebih lama menemani Aldrian?

"ada yang harus lo tau"

"apa?"

"ikut gue sebentar"

Aldrian menggandeng jemari Fio dengan lembut. Membawanya pada kebenaran dalam hidup Aldrian.

****

Bangsal Anggrek no. 156

Disinilah mereka sekarang.

"gue bakal jelasin sama lo, tolong jangan potong ucapan gue sebelum gue bolehin"

Fiola mengangguk.

Ceklek..

Pintu bangsal ruang rawat inap mulai dibuka.

Mata Fio melotot, dan mulutnya menganga lebar dengan tangan yang menutupinya.

"iya, itu gue" Aldrian mulai menjelaskan sambil berjalan mendekat ke brankar.

"kalo lo pikir gue hantu, gak pa-pa"

"gue nggak tau gue ini apa"

"gue koma karena kecelakan"

Aldrian mulai memandang Fiola yang matanya sudah berair.

"waktu kita tabrakan di lobi, itu brankar gue yang didorong. Lo liat darahnya sebanyak apa kan?
Waktu itu gue bingung ngeliat jasad gue sendiri. tapi gue mulai ngerti kalo gue ini sekarang cuma arwah"

"dan soal elo diliatin waktu ngobrol sama gue, karena yang bisa liat gue cuma lo. awalnya gue kira lo punya indra ke enam. Tapi lo nggak bisa liat arwah selain gue"

"kata arwah di atap tadi, waktu buat bisa liat gue cuma 40 hari. dan itu terhitung sejak gue mulai tak sadarkan diri"

"kalo hitungan gue sih ini udah hari ke-5"

Fiola pergi. Menghempaskan genggaman Aldrian yang sejak tadi tak dilepasnya.

Aldrian mendengus kasar. Ia tau Fiola pasti kaget, butuh waktu untuk memahami ini semua.

****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RadianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang