Freezing (+myg)

66 9 2
                                    

Drrt Drrt...

Aku dengan malas meraih ponselku yang bergetar. Menggeser layarnya dan bersiap meneriaki orang yang berani-beraninya mengganggu tidur siangku di hari yang luar biasa dingin ini.

Tanpa melihat ke layar aku menempelkan benda persegi panjang tersebut ke telingaku.

"Halo ?"

"Ah, kau menjawab panggilanku !"

Suara laki-laki berseru girang saat aku menjawab telponya terdengar. Aku tahu betul suara siapa itu walaupun aku tidak melihat nama si pemanggil.

Aku berpura-pura tidak senang dan bicara dengan nada biasa. Walaupun begitu aku tidak bisa menahan senyuman di wajahku.

"Kupikir kau tertidur."

"Tadinya begitu."

"Ah, maaf aku menganggumu."

"Tidak juga, aku belum sepenuhnya tertidur."

"Ngomong-ngomong, bisakah kau bukakan pintunya ? Aku kedinginan disini."

Aku segera menyingkirkan selimutku dan berlari keluar kamar. Persetan dengan dingin yang menyerbuku, aku sekarang hanya ingin bertemu kucing pemalasku itu.

Aku membuka pintu apartemen kami. Benar saja, sosok yang tega meninggalkan kekasihnya sebulan yang lalu ke jepang kini berdiri di hadapanku. Lelaki bersurai Mint cerah, berkulit putih pucat, dengan senyum paling manis. Dia benar-benar di kucing pemalasku. My Min Yoongi is here.

Aku segera menghambur ke pelukannya. Lengannya membalas pelukanku sesaat. Lalu melepasnya dan mengambil sesuatu yang sepertinya tadi dia letakkan di lantai. Pria ini terkekeh pelan saat aku menggesek-gesekan kepalaku di dadanya. Mencari kehangatan.

Yoongi berjalan pelan dengan aku yang masih memeluknya erat "Hey, biarkan aku masuk dulu,dong"

Aku menenggelamkan kepalaku padanya. Enggan melepas pelukan ini, "I miss you so bad."

"Hmm... aku tahu"

Aku melingkarkan kakiku ke pinggangnya. Lalu menggantungkan tanganku di lehernya. Menggelayut layaknya seekor anak koala ke induknya. Yoongi dengan pasrah menutup pintu dan membawaku ke sofa. Aku melihatnya meletakkan beberapa kantong plastik dan kantong kertas di atas meja.

"(Y/n)-ah, lepaskan aku sebentar saja." Yoongi memohon tapi aku menggeleng. Rasa rinduku sudah sampai ubun-ubun.

"Setelah aku membereskan barang barangku, aku berjanji akan memelukmu seharian."

"Benarkah ?" Yoongi mengangguk.

Aku menurunkan kakiku dan melepaskan tanganku dari lehernya. Aku mengecup bibirnya sekilas sebelum pergi meninggalkannya ke dapur.

Aku membuatkannya segelas coklat hangat untukknya. Aku tahu pasti ia sangat lelah. Saat aku kembali, dia tengah duduk di sofa, menonton TV. Aku mengambil mantelnya yang menggantung di senderan sofa.

Setelah meletakkan gelas itu di depannya, aku membalut pundaknya dengan mantelnya kembali. Dia hanya menatapku bingung.

"Hari ini dingin sekali. Lebih baik kau tidak melepaskan mantelmu."

"Pemanasnya kemana ?"

"Rusak."

Dia terdiam.

"Lalu kau ?"

"Aku kenapa ?"

Dia tidak menjawab. Dia lantas berdiri dan duduk di karpet yang ada di lantai. Dia melambai-lambaikan tangannya kepadaku, menyuruhku untuk menghampirinya.

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang