Sarangheo Sungjae -15-

786 66 7
                                    


         Aku melangkah ragu keluar dari rumah. Entah apakah ini keputusan yang baik atau tidak, aku harus tegas. Tegas untuk diriku dan juga untuk Sungjae.

Mungkin disini lah semuanya akan berakhir. Katakan saja bahwa aku ini naif. Tapi, bukan kah itu menyakitkan ketika kau harus menggenggam sebatang mawar penuh duri? Sebagaimana pun kau memaksa untuk menggenggam mawar berduri itu, pada akhirnya kau akan berdarah, kau akan kesakitan. Dan aku sadar, aku tidak ingin berdarah maupun kesakitan. Itu sebabnya aku harus melepaskan mawar itu. Menyakitkan, memang. Tapi lebih menyakitkan lagi ketika kau mencoba untuk menggenggamnya kembali.

         Di depan sana, kedia mie sudah terlihat oleh pandanganku. Aku yakin Sungjae sudah berada disana, aku sengaja datang terlambat. Aku tidak ingin menunggu, itu hanya akan membuatku berubah pikiran. Aku sudah bilang, kan, kali ini aku harus tegas.

Langkah kakiku beranjak masuk ke dalam kedai mie, aku melihat Sungjae yang menatapku dari mejanya. Meja yang sama saat kita pertama kali bertemu. Ia tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya padaku. Aku hanya membalasnya dengan senyum samar. Oh, ini akan semakin sulit.

"Tumben sekali kau telat," katanya, saat aku duduk tepat di depannya.

Aku tersenyum samar.
"Maaf." Jawabku singkat.

"Ya sudah tidak apa. Eh, aku sudah memesankan Samyang! Sebentar lagi sepertinya datang." Katanya dengan riang dan menampilkan senyum manisnya, ia tampak bahagia kali ini dan aku tidak suka. Aku tidak suka merusak kebahagiaannya.

"Aku tidak akan lama." Kataku, yang berhasil membuat wajah Sungjae bingung. "Kenapa?" Tanyanya, aku tersenyum samar. "Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan padamu." Jawabku.

"Apa?"

"Ini ten--"

Perkataanku terpotong ketika pesanan Samyang milik Sungje dan milikku datang.

"Selamat menikmati." Seru karyawan kedai mie itu dengan ramah. Aku baru melihat orang ini, sepertinya orang baru.

"Sebaiknya kita makan dulu, Sohyun." Sungjae tersenyum sambil memamerkan sumpit berwarna hitam di depanku.

"Um.. bisa tidak ketika membicarakan ini sambil makan saja?" Karna aku tidak ingin hal-hal tetangmu mengganggu dan mengubah pikiranku, Sungjae...

"Apa itu penting sekali?" Sungjae mengaduk mienya dan menatapku sekilas.

Aku mengambil sumpit dan memandangnya.
"Ya." Jawabku singkat.

"Baiklah, silahkan saja." Katanya, ia mulai mengambil mie diantara kedua sumpitnya dan menyuapinya ke dalam mulut. Sedangkan aku baru saja mengambil sepasang sumpit.
Sebelum mengaduk makananku, aku menatapnya lekat.

"Aku rasa, kita cukup sampai disini saja." Kataku dengan mantap. Aku benar-benar yakin kali ini.

Aku melihat ekspresi Sungjae yang berhenti mengunyah mienya dan menatapku heran.

"Ma-makasudnya? Ayolah, kau pasti bercanda kan?" aku bisa melihat wajah kagetnya. Aku menundukkan wajah, tidak berani menatapnya. Itu sangat menyakitkan.

"Sohyun, aku minta kau jelaskan padaku." Aku bisa mendengar nada serius dari suaranya. Namun, aku bahkan tak berani berkata apa-apa, rasanya apa yang ingin aku katakan tertahan di tenggorokanku dan tidak bisa keluar.

"Sohyun." Mataku mulai berkaca-kaca. Aku tidak sanggup mengatakannya, namun aku pun tak mau terus menerus menggenggam mawar berduri.

"Sohyun?" Dan detik itu juga air mataku turun dari kedua mataku. Ini memancing emosionalku. Padahal saat di rumah aku sudah berjanji tidak akan menangis didepannya, tapi aku baru saja melakukan hal itu.

Sarangheo Sungjae (BTOB fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang