EPILOG

2.1K 76 10
                                    

Rio berada di kamarnya-dan juga kamar Ify dulunya, berdiam diri sambil memeluk bingkai foto kepunyaan Ify. Terlihat wajah cantik dan ceria Ify dengan senyum lebar, membuat pria berkulit hitam manis ini begitu merindukan istrinya. Hatinya masih belum rela Ify meninggalkan dunia, walaupun kejadian itu sudah 3 bulan yang lalu. Luka di hati Rio masih membekas, sulit diobati.

"Fy, aku kangen banget sama kamu. Aku kesepian, Fy. Kenapa kamu ninggalin aku secepat ini? Apa kamu enggak sayang sama aku? Apa kamu mau aku sendiri di dunia ini? Kamu tega ninggalin aku sendirian. Aku pengen peluk kamu, tapi sekarang aku hanya bisa peluk foto kamu. Makasih banyak, kamu udah mau jadi malaikat di hidup aku "air mata Rio menetes, walaupun pria ini sudah menahan diri agar tidak menangis.

Riko dan Rika yang tanpa sengaja melewati kamar Rio, merasa sedih saat melihat Papi mereka menangis. Mereka pun masuk ke dalam kamar Rio.

"Papi jangan nangis. Walaupun Mami udah enggak ada, tapi Papi masih punya Riko dan Rika. Papi jangan sedih, ya "hibur Riko.

Rio cepat cepat menghapus air matanya dan tersenyum pada kedua anaknya, yang ia miliki sekarang.

"Makasih ya, Riko, Rika. Papi janji enggak akan nangis lagi, gak akan sedih lagi. Papi hanya kangen sama Mami kamu "Rio membelai lembut rambut Riko dan Rika.

Riko dan Rika tersenyum, kemudian memeluk Rio. Rio tersenyum tipis.

'Lihat, Fy. Anak kita sudah besar sekarang. Aku janji akan menjaga mereka berdua supaya jadi anak yang berguna untuk negara. Semuanya akan kulakukan untukmu, Sayang 'ucap Rio dalam hati.

*****
Sivia, Shilla dan Agni sedang berada di rumah Shilla. Ketiganya sama sama berduka atas kematian sahabat mereka yang paling pengertian. Sivia, dia masih takut untuk menceritakan semuanya. Hatinya gelisah, bimbang akan kebenaran yang belum terungkap, bahwa ia berperan dalam membunuh Ify.
Ia tau bahwa cepat atau lambat hal yang sebenarnya akan terungkap. Sivia tidak ingin orang lain yang mengetahuinya terlebih dahulu. Ia hanya ingin bahwa dari bibirnya sendiri keluar pernyataan itu.

"Kenapa Ify secepat itu pergi? Gue kangen banget sama dia. Apa dia enggak sayang sama kita makanya dia pergi? "Shilla bertanya entah kepada siapa.

Sontak Agni dan Sivia menoleh pada Shilla, gadis itu sedang menangis. Sivia dan Agni mendekati Shilla dan memeluk gadis itu bersamaan.

"Bukan cuma lo yang kehilangan Ify, Shill. Tapi kita juga ngerasain kehilangan sahabat yang paling baik. Semua ini udah takdir, udah diatur Tuhan. Jadi kita gak boleh marah. Ify juga pasti udah tenang disana. Dia enggak mau kalau kita terus terusan kayak gini. Kejadian itu udah 3 bulan yang lalu, kita harus bisa bangkit. Ayolah! "hibur Agni.

Shilla mengangguk, gadis itu menyunggingkan senyum tipis. Ia akan berusaha melupakan masa lalu yang buruk. Namun ia akan tetap mengenang Ify di dalam hatinya.

*****
Keesokan harinya, Shilla meminta Iel mengantarkannya ke puncak. Ia ingin ke tempat dimana Ify menghembuskan nafas terakhirnya. Ia merasa, ada yang harus ia lihat lagi disana.

"Shill, aku mau beli minum dulu di deket situ. Kamu disini dulu, ya? "ucap Iel pada Shilla.

Shilla mengangguk, kemudian ia berjalan menuju taman itu dan duduk di dekat kursi itu, kursi dimana Ify menghembuskan nafas terakhirnya.

"Ify, entah kenapa gue mau kesini. Gue kangen sama lo, gue juga mau lo gak sendirian menghadapi kematian lo disini. Jadi gue disini untuk merasakan kesedihan lo "ungkap Shilla, air matanya mengalir begitu saja.

Mata Shilla menangkap sebuah surat yang ada di rerumputan, tepat di bawah kursi. Surat itu ada bercak darah.

"Itu surat apa? Kenapa ada disini? Apa sebelum Ify meninggal ia membaca surat? Tapi apa isinya? "Shilla bertanya pada dirinya sendiri.

MC (2) ✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang