Fauzan : Bagian 6

1.3K 97 7
                                    


Aku kehilangan Tamara!!.

Dia tidak ada dirumah dan aku mengakui kali ini aku menyesal membiarkan dia pergi tanpa mengejarnya. Tas berisi dompet dan hapenya ada padaku, lalu bagaimana caranya pulang?. Kemana dia?.

"Hapemu berbunyi!" Pasha membawa hapeku dengan wajah yang tegang. "Ayah mertuamu"

"Halo Yah?"

"Gimana kabarmu Zan?"

"Alhamdulillah baik yah, ayah bagaimana?"

"Bagus kalau kau masih bisa baik, Tamara?"

Aku harus jawab apa? "Eng Tamara hmm"

"Fauzan"

"Y-ya Yah?"

"Istrimu ada dirumah, menangis sudah hampir 3 jam. Kau selesaikan masalah keluargamu baik-baik. Ayah menyetujuimu menikahinya karna ayah yakin kau bisa mengatasinya"

"Baik yah, Fauzan kesana"

"Ayah keluar kota besok subuh. Tapi ayah akan pergi malam ini agar kalian bisa menyelesaikan masalah kalian. Ayah tidak suka mendengar pertengkaran suami istri"

Aku mengangguk "Makasih Yah"

...

Baru masuk rumah suara tangis Tamara sudah memenuhi seisi rumah. Kalau orang lain mungkin akan berlari ketakutan karna mengira suara itu adalah suara kuntilanak. Tangisnya persis tak berubah ketika masih SMP dulu ketika aku bertengkar dengannya pertama bertemu.

Aku menikahi wanita yang seumuran denganku. Tapi sebenarnya aku menikahi wanita yang berwatak lebih muda dari umurnya. 26 tahun dia bisa terlihat seperti anak SMA, terlebih jika memakai seragamnya.

"Sudah 4 jam dia nangis terus, itu karna sudah capek makanya volumenya berkurang" Mbok Suti menyambutku dengan aduannya.

"Dikamar ya Mbok?"

"Kamar Ayah"

Aku melangkah kekamar membuka pintu yang tidak dikunci. Melihatnya yang duduk bersandar di dinding kamar memeluk lutut dengan dahi bertopang di lutut dimana jeansnya masih basah.

"Tidak capek menangis?"

Ia tidak mengubrisku dan masih menangis.

"Tamtam, berhentilah bersikap seperti anak-anak. Kau sudah tua, sudah menjadi istri dan bahkan kau sudah bisa menjadi seorang ibu. Tapi prilakumu ini keterlaluan. Bagaimana bisa kau mendorong Hera hanya karna dia mengataimu gila?"

Ia mengangkat kepalanya menatapku berang dengan matanya yang sembab. Ia sesenggukan dan kelihatan susah bernafas. Ia berdiri menghadapku entah dengan amarah seperti apa lagi.

"Kau yang gila menganggap hal itu biasa saja!. Aku tau kau ingin membalas dendam denganku tapi tidak seperti ini!. Aku masih bisa menghargaimu didepan Bio tapi tidak dengan kau. Bagaimana bisa kau menyelamatkan mantan kekasihmu terlebih dahulu dari pada aku, istrimu?!. Kau menutupi dia dengan jasmu dan memberikan nafas buatan sementara denganku kau memarahiku didepan banyak orang!. Aku yang kekanakan ini tau bagaimana bersikap mengharagai suamiku didepan orang lain, didepan saingannya. Tapi tidak dengan kau pria dewasa yang berusaha CLBK dengan mantan Sales rokok itu!!"

"Tam_"

"Keluar!" Ia menuding kearah pintu "aku tidak butuh dipujuk, atau mediasi apapun agar kita kembali baik seperti biaSa!. Aku salah menikahi sahabatku sendiri!!" Ia memegang kepalanya sambil tangan kirinya menuding ke arah pintu.

"Tam tam!" Aku mendekatinya menahan tubuhnya yang hampir ambruk kelantai. "Mbok!!, tamara Pingsan!"

...

THE COFFEE  EFFECT (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang