CHAPTER 1

106 36 38
                                    


          Pukul 07.30 waktunya untuk berangkat sekolah. Sebelumnya, aku segera menghampiri ayah dan ibu untuk berpamitan. Dan setelah itu, aku berlanjut menuju garasi untuk mengambil sepeda gunung kesayanganku. Ku bawa keluar lalu segera menggoesnya.

        Tak butuh waktu lama, aku pun sampai di depan sekolah. Karena aku berangkat memakai sepeda, oleh karena itu,aku menuntunnya karena aku harus bersalaman dulu dengan bapak atau ibu guru yang sudah menyambut kehadiran para siswa. Hanya beberapa guru saja yang berdiri menunggu para murid datang.

      Setelah memarkirkan sepedaku di tempat parkiran khusus sepeda, aku langsung berjalan santai menuju kelasku. Ruang kelasku berada di lantai dua. Yang berarti aku harus menaiki tangga. Aku sangat tak suka kalau harus naik turun tangga. Rasanya capek sekali kakiku.

         "Assalamualaikum" ucapku memberi salam ketika masuk kelas.

       "Waalaikumsalam" jawab teman-temanku yang sudah berangkat.

         Seperti biasa, aku selalu berangkat terlebih dahulu sebelum Tiara→teman sebangku ku. Dia selalu berangkat siang. Dikarenakan bukannya ia pemalas dan kurang disiplin, tapi karena ia harus terlebih dahulu menunggu kakaknya yang sudah kelas 9 SMP itu.

***

        Kelas 7D, itulah kelasku. Kelas yang paling ramai, paling berisik, dan paling gaul pastinya..#eaakk. Dan juga kelas yang paling bandel. Kelasku sudah sangat terkenal kenakalan nya.

       Contohnya seperti pada saat sekarang ini. Kelasku tidak beda jauh dari pasar sembako yang sedang turun harga. Para anak laki-lakinya yang sedang berdubrak-dubrak meja layaknya seorang drummer, dan salah satu dari mereka sebagai vokalis nya. Para ciwi-ciwi pun tak kalah ramai. Termasuk aku, kami para anak perempuan 7D, sedang melakukan hompimpah untuk mencari siapa yang akan kalah dan berjaga. Ya, kami sedang melakukan permainan rok dodok dalam bahasaku.

       Barang siapa yang terkena sentuhan tangan dari sang penjaga, maka ia yang akan jadi penggantinya. Dan, sebelum kita terkena sentuhan dari si penjaga, sebaiknya kita secepatnya berjongkok dulu. Karena dengan berjongkok, kita tidak bisa dikenai oleh si penjaga. Seperti itulah permainannya. Demi mengisi waktu luang karena bosan menunggu guru mapel masuk.

      Diantara kami, tidak ada yang merasa bosan ataupun lelah. Setiap hari kami memang selalu bermain seperti ini sampai dimarahi oleh guru. Terkadang juga, jika kami sudah dimarahi tetap saja kami bermain.

      Tap..tap..tap..
Terdengar suara sepatu ber-hak tinggi berjalan menaiki tangga.

        "Kalian semua..! Keluar!!      Dan hormat bendera!!" Teriak guru yang baru datang langsung saja menghukum kami seenak jidatnya sendiri.

        "Kok gitu sih bu?"keluh salah satu teman ceweku.

         "CEPATT!!!!!". Teriak bu Risma yang sangat menggelegar itu.

       Kami pun bergegas turun ke bawah menuju lapangan. Lapangan untuk hormat bendera sebagai hukuman, sudah tak asing lagi bagi kami. Kami sudah terbiasa dengan panasnya terik matahari.

        "Kalian harus berdiri disini sampai bel istirahat!!!" Bentak bu Risma.

        "Ya bu.." jawab kami dengan malas.

       Sudah hampir 1 jam kami dipanggang matahari. Banyak terdengar celotehan dari teman-teman ku khususnya cewek.

      Ihhh...panas bingit,,aku gak kuat lagi..

      Duh,,,bisa-bisa kulitku jadi gosong nih kalo dipanggang terus.

     Mommy,,,aku gak mau item..

     Awas ajah lo bu, gue kutuk lo jadi batu.

       Dan masih banyak lagi celotehan dari mereka. Aku hanya bisa menggelengkan kepala mendengar celoteh mereka semua.

    
***
       Teet...teet..teet...
  Bunyi bel istirahat.

       "Alhamdulillah.."
       Teman-teman ku bersujud syukur, setelah mendengar bel istirahat.

       "Yeyy,,akhirnya selesai juga." Ucap Tiara.
 
        "Kantin yuk" ajakku.

       "Ayo cepet!" Tiara langsung menarik tanganku dengan semangat.

      Aku hanya meringis menahan sakit pada tanganku yang digenggam sangat erat oleh Tiara.

       Kami segera mencari tempat duduk yang kosong untuk tempat kami makan.

       "Disitu!" Tiara menunjukkan tempat kosong untuk kami berdua makan.

       "Lo mau pesen apa? Biar gue yang pesen sekalian." Tanya Tiara.

      "Mmm,,,bakso sama es teh manis ajah deh." Jawabku.

      "Oke." Tiara memberikan jempol dari jarinya itu, dan pergi ke penjual untuk memesan.

        Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya Tiara datang dengan membawa nampan berisi 2 mangkuk bakso, dan 2 gelas es teh manis.

       "Tumben cepet." Kataku.

       "Ya. Lagi gak terlalu rame hari ini." Jelas Tiara.

        Disaat kami sedang asik menyantap makanan. Tiba-tiba Tiara menepuk bahuku dan menunjuk jarinya kearah...

    Hah? Rendi?? Omaygat..!!
  
      Aku langsung menghentikan makanku sebentar, untuk melihat cowok yang sedang berjalan kearah kantin bersama kawannya.

        Ya, dia Rendi namanya. Aku menyukainya sejak masih masa MOS. Walaupun dia berbeda kelas denganku, tapi itu tidak membuatku untuk berhenti menyukainya. Waktu MOS kita memang bareng dan satu ruang. Tapi entah kenapa, pada saat pembagian kelas dia tidak bareng lagi denganku.

         Banyak yang mengataiku sebagai ratunya pencinta cogan.
Ya memang itu benar dan tidak salah. Karena aku sudah menyadarinya. Disebabkan karena aku terlalu banyak menyukai cowok khususnya cogan.

      Sudah banyak yang menjadi korban kegilaan ku. Diantaranya ada yang sekelas, kelas sebelah, kelas terjauh, hingga kakak kelas pun aku sukai.

***
   
      Setelah bel masuk berbunyi, aku segera beranjak pergi dan membayar makanku tadi.

###

Yaa..
Aq upload cerita lagi,, ya walaupun gkada yg baca..
Tapi mudah2n yg ini banyak yg baca ya..
Maaf klo ceritanya gk nyambung.. namanya aja msh belajar..iya nggak??

Oke. Mksih buat kalian yg udh mau baca cerita ini..
Tinggalkan vomment yah..!

Brebes,  Jawa tengah
15-02-2017
       
       

IF I SAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang